Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Banjir Featured Lintas Peristiwa Spesial Sumatera Sumatera Barat Sumatera Utara Tsunami

    Sungai Berpindah, Muncul Aliran Baru usai Banjir Sumut-Sumbar, 'Tsunami Kayu' Lenyapkan Rumah Warga - Tribunnews

    10 min read

     

    Sungai Berpindah, Muncul Aliran Baru usai Banjir Sumut-Sumbar, 'Tsunami Kayu' Lenyapkan Rumah Warga - Tribunnews.com

    Editor: Facundo Chrysnha Pradipha

    Tribun-Medan.com/Azis Husein Hasibuan
    BANJIR BANDANG - Kondisi Desa Garoga, Sumatra Utara, berubah drastis setelah banjir bandang. Aliran sungai berpindah dan terjadi 'tsunami kayu'. 
    Ringkasan Berita:
    • Kondisi Desa Garoga, Sumatra Utara, berubah drastis setelah banjir bandang melanda kawasan tersebut.
    • Aliran sungai berpindah dan terjadi 'tsunami kayu' yang melenyapkan rumah warga.
    • Sementara di Sumbar, sungai baru terbentuk setelah banjir bandang.

    TRIBUNNEWS.COM - Perbatasan Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) dan Tapanuli Tengah (Tapteng), tepatnya di Desa Garoga Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) dan Desa Anggoli (Tapteng), Sumatra Utara berubah drastis setelah banjir bandang melanda kawasan tersebut.

    Akun media sosial TikTok @amang.amir, menunjukkan kondisi Desa Garoga melalui citra Google paska banjir bandang menerjang kawasan tersebut.

    Dalam citra Google tampak kondisi Desa Garoga yang sebelumnya merupakan pemukiman padat, berubah menjadi aliran sungai baru yang melebar.

    Aliran sungai baru itu membawa material kayu gelondongan dalam jumlah besar, seperti 'tsunami kayu'.

    Banyak yang mengira, material banjir bandang itu berasal dari Sungai Batangtoru, sungai besar di Tapanuli Selatan.

    Namun, dari penelusuran akun @amang.amir, jarak Sungai Batangtoru ke titik bencana cukup jauh, sekira 8 kilometer.

    Kondisi Desa Garoga, Kecamatan Batangtoru, Sumatra Utara
    BANJIR BANDANG - Kondisi Desa Garoga, Kecamatan Batangtoru, Sumatra Utara melalui citra Google oleh akun TikTok @amang.amir.

    Sehingga, kemungkinan kecil kayu itu terbawa dari Sungai Batangtoru ke Desa Garoga.

    Rekomendasi Untuk Anda
    Banjir Sumatra, Pakar UGM: Kontributor Dosa Ekologis Sudah Saatnya Berhenti

    Di kawasan perbatasan Desa Garoga dan Desa Anggoli, kayu gelondongan terlihat berserakan melenyapkan rumah penduduk.

    Dari penelusuran citra Google, kayu-kayu itu dimungkinkan terbawa dari aliran sungai kecil di hulu, yang berada tepat di atas Desa Garoga.

    Saat area hulu ditelusuri, tampak perubahan besar pada tutupan lahan. Hutan di puncak dan lereng pegunungan terlihat gundul.

    Selain itu, terlihat tumpukan kayu dan bekas tebangan, melalui citra Google.

    Sementara di Tapanuli Selatan, terdapat aktivitas pertambangan yang berada pada ketinggian 400-600 mdpl, pada kawasan dataran tinggi yang masuk pegunungan setempat.

    Kemudian, sepanjang aliran sungai-sungai kecil dan Batangtoru, hutan-hutan di sekitarnya banyak yang telah hilang.

    Kondisi inilah yang membuat air hujan dengan intensitas tinggi tidak lagi terserap tanah, melainkan langsung mengalir deras menuju desa, membawa serta kayu, lumpur, dan batu-batuan besar.

    Fenomena paling mengejutkan terjadi di pertengahan Jembatan B0036 dan B0035 Desa Garoga, yang sebelumnya tidak memiliki aliran sungai.

    Namun, setelah banjir bandang, jalan di antara dua jembatan itu terputus oleh aliran sungai baru yang terbentuk secara alami akibat tekanan air dan material besar dari hulu.

    Awal Mula Berpindahnya Sungai Garoga

    Melansir Tribun-Medan.com, berpindahnya arus Sungai Garoga, Kecamatan Batangtoru dianggap sebagian warga menjadi satu di antara penyebab banjir bandang menghantam rumah mereka.

    Kondisi sungai sebelum banjir bandang terjadi terdapat dua aliran, warga menyebutnya Sungai Garoga 1 dan Sungai Garoga 2.

    Desa Garoga berada di tengah-tengah kedua sungai itu.

    Warga di sana seperti tinggal di sebuah pulau, letak desa berada lebih rendah dengan jalan raya.

    Pada Senin (24/11/2025) sekira pukul 23.30 WIB, Sungai Garoga sebenarnya sudah memberikan tanda-tanda akan meluap. Debit air mulai naik masuk hingga ke jalan.

    Kemudian saat dini hari sekira pukul 03.00 WIB, Sungai Garoga semakin meluap, masuk ke rumah warga.

    Air sungai sempat surut sekira pukul 08.00 WIB. Akan tetapi kembali meluao pada pukul 11.00 WIB. Luapan Sungai Garoga sudah sedada orang dewasa.

    Pada momen inilah banjir bandang terbesar datang dari hulu sungai. Banjir turut serta membawa kayu gelondongan.

    Kayu-kayu gelondongan dalam jumlah besar terus berdatangan seperti 'tsunami kayu'.

    Inilah yang membuat luap air di jembatan dua Sungai Garoga tak bisa mengalir lagi. Kayu itu tersangkut, dan jembatan akhirnya jebol.

    'Tsunami kayu' ini lantas mencari arus baru hingga melebar ke sisi kanan. Di sana terdapat rumah-rumah warga yang letaknya lebih rendah daripada jalan raya.

    Jembatan Garoga 2 tak mampu lagi menahan kayu gelondongan yang akhirnya membuat arus sungai berpindah.

    Aliran banjir di sini sudah berbelok ke kanan. Ia mencari sisi yang lebih rendah, rumah-rumah warga Garoga.

    Ada sekira 240-an kepala keluarga yang tinggal di daerah ini, hanya berjarak sekitar 500 meter dari bibir sungai.

    Perpindahan arus sungai ini persis melintasi pemukiman warga. Semua rumah di sana luluh lantak, habis disapu banjir bandang.

    Jalan raya yang tadi berada lebih tinggi dibanding rumah warga pun jebol. Ini akibat perpindahan arus sungai dari Jembatan Garoga 2 yang tersumbat kayu.

    Muncul Sungai Baru di Sumbar

    Sementara di Sumatra Barat, tepatnya Sungai Guwo, mengalami fenomena fluvial geomorphology, perubahan morfologi sungai yang terjadi secara cepat akibat curah hujan ekstrem.

    Hal itu diungkapkan konten kreator sekaligus pendiri Malaka Project, Ferry Irwandi melalui unggahannya di akun Instagram.

    Ferry Irwandi turun langsung ke wilayah terdampak banjir bandang di Aceh dan Sumatra.

    "Debit air sempat naik, jembatan hancur bagiannya dan merendam rumah-rumah warga," kata Ferry Irwandi di akun Instagram @irwandiferry, dikutip Tribunnews Senin.

    Menurut penuturan warga yang sempat diwawancarai oleh Ferry Irwandi, aliran sungai yang terlihat saat ini sebenarnya tidak pernah ada sebelumnya.

    Dulu, kawasan itu merupakan daratan dan pemukiman penduduk, bukan jalur air.

    Namun, banjir bandang membawa bebatuan dari perbukitan.

    Pemukiman ini terjepit di antara dua sungai, bahkan menjadi tiga setelah banjir bandang.

    "Jadi sungai yang kalian lihat sekarang, itu baru terbentuk, jadi sungainya awalnya satu sekaranng mulai melebar."

    "Jadi punya tiga aliran sungai yang awalnya satu dan sekarang kayak gini, jadi dulu ini rumah penduduk, bukan mereka buat di tengah sungai," ungkap Ferry Irwandi.

    Ferry Irwandi menambahkan, setiap hujan turun, warga memilih keluar rumah untuk memantau langsung ketinggian dan kecepatan air karena rasa takut yang masih membekas.

    (Tribunnews.com/Nanda Lusiana, Tribun-Medan.com/Azis Husein Hasibuan)

    Komentar
    Additional JS