Susul China, Trump Pasang Target 2028 untuk Misi Astronot AS ke Bulan - Tribunnews
Susul China, Trump Pasang Target 2028 untuk Misi Astronot AS ke Bulan - Tribunnews.com
Ringkasan Berita:
- Trump menetapkan target mengirim astronot AS kembali ke Bulan pada 2028 dan membangun pangkalan permanen pada 2030,menyusul langkah China.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluarkan perintah eksekutif baru yang menegaskan ambisi Washington untuk memperkuat dominasi di luar angkasa.
Dalam dokumen bertajuk “Memastikan Keunggulan Ruang Angkasa Amerika” yang ditekan pada Kamis (18/12/2025), Trump menegaskan bahwa penguasaan ruang angkasa menjadi faktor krusial bagi keamanan nasional dan kemakmuran ekonomi Amerika Serikat.
“Amerika Serikat harus mengejar kebijakan luar angkasa yang memperluas jangkauan penemuan manusia, melindungi kepentingan vital negara, dan meletakkan dasar bagi era baru eksplorasi antariksa,” demikian bunyi perintah eksekutif tersebut.
Adapun salah satu poin utama perintah itu adalah target mengirim kembali astronot Amerika ke Bulan pada tahun 2028.
Setelah itu, AS berencana memulai pembangunan pangkalan Bulan permanen pada 2030 guna memastikan kehadiran jangka panjang di luar angkasa dan membuka jalan menuju eksplorasi Mars.
Langkah ini sejalan dengan program Artemis yang telah lebih dulu dijalankan NASA.
Di mana program tersebut memang dirancang untuk membawa manusia kembali ke Bulan dan membangun basis di wilayah kutub selatan, yang dinilai strategis karena memiliki cadangan air es.
Perlu diketahui sebelum program ini disahkan, AS sempat menegaskan ambisi untuk mendaratkan astronot ke Mars.
Akan tetapi karena pertimbangan strategis, teknis, ekonomi, dan geopolitik strategi tersebut diubah.
Peralihan haluan ini terutama didorong oleh realitas kesiapan teknologi. Misi berawak ke Mars dinilai masih terlalu kompleks dan berisiko tinggi dalam waktu dekat.
Jarak yang sangat jauh, durasi perjalanan bertahun-tahun, radiasi kosmik, hingga tantangan logistik membuat Mars belum realistis sebagai tujuan utama jangka pendek.
Sebaliknya, Bulan jauh lebih dekat dan memungkinkan uji coba teknologi penting seperti sistem penopang hidup, habitat permanen, serta produksi energi sebelum manusia benar-benar menuju Mars.
Alasan kedua adalah nilai strategis dan keamanan nasional. Dalam beberapa tahun terakhir, persaingan global di antariksa meningkat, terutama dengan China yang juga menargetkan pendaratan manusia di Bulan pada akhir dekade ini.
Dengan kembali ke Bulan lebih cepat, AS dapat mempertahankan kepemimpinan geopolitik di luar angkasa dan mencegah kekosongan pengaruh strategis di wilayah Bulan yang kaya sumber daya.
Terakhir, faktor ekonomi juga berperan besar. Eksplorasi Bulan membuka peluang industri antariksa komersial, mulai dari pertambangan, energi, hingga logistik orbit.
Pemerintah AS melihat potensi investasi besar dari sektor swasta jika fokus diarahkan ke Bulan lebih dulu, sementara Mars masih dianggap terlalu mahal dan belum menarik secara bisnis dalam waktu dekat.
Serangkaian alasan tersebut yang mendorong Amerika Serikat mengubah fokus dari Mars ke Bulan.
Perubahan Kepemimpinan NASA
Adapun perubahan haluan ini sejalan dengan pergeseran kepemimpinan di tubuh Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menjadi bagian penting dari arah baru kebijakan antariksa pemerintahan Presiden Donald Trump.
Dalam konteks perintah eksekutif “Memastikan Keunggulan Antariksa Amerika”, pergantian pimpinan ini dipandang sebagai langkah strategis untuk memastikan program-program NASA selaras dengan prioritas nasional yang baru.
Sebelumnya, NASA dipimpin oleh Sean Duffy dalam kapasitas sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Administrator.
Di bawah kepemimpinannya, NASA melanjutkan berbagai program warisan, termasuk persiapan misi kembali ke Bulan melalui program Artemis serta pengembangan teknologi pendukung seperti reaktor nuklir untuk penggunaan di luar angkasa.
Namun, per tanggal 18 Desember 2025 tongkat kepemimpinan NASA resmi beralih kepada Jared Isaacman, seorang pengusaha miliarder sekaligus astronot swasta.
Berbeda dengan pendahulunya, Isaacman ditunjuk sebagai Administrator penuh, bukan pelaksana tugas.
Penunjukan ini menandai pergeseran pendekatan pemerintah AS, dengan semakin mengedepankan peran sektor swasta dan inovasi komersial dalam eksplorasi antariksa.
Masuknya Isaacman dipandang sejalan dengan visi Trump yang ingin mempercepat eksplorasi Bulan, memperkuat ekonomi antariksa, dan meningkatkan daya saing AS terhadap negara pesaing seperti China.
Latar belakang Isaacman sebagai pelaku industri dan penerbangan antariksa komersial dinilai memberi perspektif baru dalam pengelolaan NASA, terutama dalam hal efisiensi, kolaborasi dengan perusahaan swasta, serta percepatan jadwal misi.
Dengan kepemimpinan baru, NASA diharapkan tidak hanya fokus pada pencapaian ilmiah, tetapi juga membantu Trump menempatkan energi nuklir sebagai elemen kunci dalam strategi antariksa AS.
(Tribunnews.com / Namira)