Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Banjir Banjir Bandang Bencana Featured Kayu Lintas Peristiwa Sumatera

    Temuan Kayu saat Banjir Bandang Sumatra Diduga Akibat Pembalakan Liar dan Degradasi Hutan - Media Indonesia

    3 min read

     

    Temuan Kayu saat Banjir Bandang Sumatra Diduga Akibat Pembalakan Liar dan Degradasi Hutan

    Ficky Ramadhan
    30/11/2025 17:55

    Temuan Kayu saat Banjir Bandang Sumatra Diduga Akibat Pembalakan Liar dan Degradasi Hutan
    Ilustrasi.(Dok.MI)

    MANAJER Kebijakan Lingkungan Hidup Yayasan KEHATI, Muhamad Burhanudin menegaskan banyaknya kayu yang hanyut dalam jumlah besar saat banjir bandang di Sumatra amat mungkin terkait aktivitas pembalakan liar atau degradasi hutan. 

    "Secara ekologis dan forensik bencana, jawabannya sangat mungkin ya (ada pembalakan liar)," kata Burhanudin saat dihubungi, Minggu (30/11).

    Ia menyebut masalah ini memunculkan persoalan serius terkait kerusakan hutan dan daerah aliran sungai (DAS). Salah satu temuan paling menonjol ialah banyaknya kayu gelondongan yang hanyut bersama arus banjir, yang dinilai menjadi indikator kuat adanya aktivitas penebangan di kawasan hulu.

    Baca juga : 

    Ia menjelaskan bahwa terdapat tiga pola utama yang selalu muncul dalam banjir bandang di Sumatra dan berkaitan dengan kemunculan material kayu dalam jumlah besar.

    Pola pertama yakni keberadaan tumpukan kayu sisa pembalakan liar maupun eksploitasi legal yang tidak sesuai prosedur.

    Burhanudin menyebut praktik ini sering meninggalkan pangkal batang besar dan limbah tebangan di kawasan hutan. Dalam sejumlah lokasi HPH, HTI, serta perkebunan, pembukaan jalan dan aktivitas penebangan tidak disertai debris management yang memadai, sehingga kayu sisa menjadi material yang mudah hanyut ketika debit air meningkat.

    Baca juga : 

    Pola kedua ialah ditemukannya kayu dengan ciri potongan baru. Burhanudin mengungkapkan bahwa dalam beberapa kejadian di Aceh Timur, Mandailing Natal, dan Tapanuli Selatan, kayu-kayu yang terbawa arus memiliki pola penebangan yang sangat jelas.

    "Kayu-kayu itu berdiameter besar, masih fresh atau basah, potongannya rapi, dan terdapat bekas gergaji mesin. Ini bukan pohon tumbang alami," ujarnya.

    Menurutnya, ciri-ciri tersebut tidak mungkin berasal dari runtuhan alami, melainkan aktivitas penebangan di dalam atau sekitar DAS.

    Sementara, pola ketiga yakni kondisi DAS rusak yang mempercepat lepasnya kayu dan material besar dari kawasan hulu. Ketika tutupan hutan menurun, lantai hutan tidak lagi mampu menahan limpasan air. Akibatnya, banjir membawa balok, akar, hingga batang pohon dalam jumlah besar.

    "Ini adalah tanda klasik deforestasi hulu plus penebangan tidak terkendali," ucapnya.

    Meski begitu, Burhanudin mengingatkan bahwa tidak seluruh kayu yang hanyut otomatis berasal dari pembalakan liar. Beberapa kemungkinan lain dapat terjadi, seperti limbah kayu dari aktivitas legal (misalnya penebangan HPH atau perkebunan) yang tidak dikelola, sisa penebangan proyek infrastruktur di sekitar hulu sungai, dan material dari pohon tumbang alami.

    "Ini harus dicermati, jika jumlah kayu yang hanyut besar dan bentuknya berupa potongan rapi, maka probabilitas illegal logging atau illegal clearance meningkat tajam," tuturnya. (H-4)

    Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
    Komentar
    Additional JS