Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Amerika Serikat Featured Inggris Zelensky

    PASUKAN Khusus Inggris dan AS Siap Jemput Presiden Volodymyr Zelensky, Israel Mulai Campur Tangan - Tribunnnews

    9 min read

     

    PASUKAN Khusus Inggris dan AS Siap Jemput Presiden Volodymyr Zelensky, Israel Mulai Campur Tangan - Halaman all

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky akan dijemput pasukan khusus Inggris, SAS, dan tim elite Amerika Serikat. Evakuasi perlu dilakukan karena Zelensky telah tiga kali lolos dari ancaman pembunuhan.
    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky akan dijemput pasukan khusus Inggris, SAS, dan tim elite Amerika Serikat. Evakuasi perlu dilakukan karena Zelensky telah tiga kali lolos dari ancaman pembunuhan.

    * Perang Rusia Vs Ukraina 

    * Pasukan khusus Inggris dan AS bersiap lakukan penyelamatan Presiden Ukraina

    * Volodymyr Zelensky: Saya butuh amunisi, bukan penjemputan

    WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA-- Pasukan khusus Amerika Serikat dan Inggris sedang mempersiapkan evakuasi terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

    Volodymyr Zelensky akan dijemput anggota pasukan elite AS dan komando SAS untuk mengantisipasi kemungkinan Presiden Ukraina ini menjadi sasaran pembunuhan.  

    Pasukan dari Inggris, AS, dan Ukraina dilaporkan berkumpul di pangkalan terpencil di Lituania untuk merencanakan misi berbahaya itu.

    Pasukan khusus Spetsnaz Rusia sekarang dikatakan menargetkan Zelensky dan dia telah selamat dari tiga upaya pembunuhan dalam seminggu setelah plot digagalkan oleh agen ganda.

    Demikian berita terkini Wartakotalive.com, bersumber dari mirror.co.uk sore ini.

    Presiden Ukraina Tolak Tawaran Penyelamatan

    Komedian Ukraina dan kandidat Presiden Volodymyr Zelensky bereaksi di markas kampanyenya setelah pemilihan presiden di Kiev, Ukraina, pada 21 April 2019. Volodymyr Zelensky kini menjadi Presiden dan dengan gagah berani memimpin pasukannya menghadapi invasi Rusia (EPA/dailymail.co.uk)

    Presiden Ukraina yang pemberani juga telah menolak tawaran penyelamatan, dengan mengatakan: "Saya butuh amunisi, bukan tumpangan."

    Dia menanggapi rencana kedatangan pasukan Amerika Serikat untuk mengevakuasi dirinya.

    Zelensky mengonfirmasi bahwa dia berbicara dengan Presiden AS, Joe Biden, membahas keamanan, dukungan keuangan, dan kelanjutan sanksi terhadap Rusia.

    "Sebagai bagian dari dialog terus-menerus, saya melakukan percakapan lain dengan Presiden," tulis Zelensky di Twitter.

    Sekitar 70 tentara elite Inggris dan 150 Angkatan Laut AS sedang berlatih untuk misi penyelamatan bersama pasukan Ukraina, The Sun melaporkan.

    “Opsi yang paling masuk akal adalah memindahkan Zelensky keluar dari Kyiv (Kiev) di mana dia bisa dijemput.

    "Kami memiliki pesawat tetapi jarak sangat penting," kata seorang sumber senior.

    Itu terjadi ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan sanksi Barat mirip dengan deklarasi perang, ketika pasukannya menekan serangan mereka ke Ukraina pada hari Sabtu untuk hari ke-10.

    Kremlin mengatakan Barat berperilaku seperti bandit dengan memutuskan hubungan ekonomi dengan Rusia.

    Putin memperingatkan setiap upaya untuk memberlakukan zona larangan terbang di Ukraina akan menyebabkan "konsekuensi bencana" bagi dunia.

    Sementara itu, Perdana Menteri Israel Naftali Bennett bertemu dengan Putin di Kremlin untuk membahas krisis Ukraina, kemudian berbicara dengan Zelensky melalui telepon.

    Israel telah menawarkan untuk menjadi penengah dalam konflik tersebut.

    Dan pengungsi terus membanjiri negara itu dengan jumlah pengungsi Ukraina yang melarikan diri dari invasi Rusia diperkirakan akan meningkat menjadi 1,5 juta pada akhir akhir pekan, kepala bantuan badan pengungsi PBB.

    "Ini adalah krisis pengungsi tercepat yang pernah kami lihat di Eropa sejak akhir Perang Dunia Kedua," kata kepala badan pengungsi PBB, Filippo Grandi.

    "Sanksi telah memukul saya sangat keras. Harga sudah naik sekitar 20% ... Anda sudah tidak dapat membeli obat-obatan. Keadaan akan menjadi lebih buruk," Lidia, seorang pekerja lepas dari Rostov, menggambarkan dampak sanksi terhadap Rusia.

    Barat Munafik

    Politisi Partai Gerindra Fadli Zon menuding Barat bersikap munafik. Foto Fadli Zon dalam Sidang Ke-143 Inter Parliamentary Union (IPU) di Madrid, Spanyol pada Rabu (1/12/2021) (Istimewa)

    Sementara itu, politisi Partai Gerindra menilai Barat banyak bersikap munafik dalam merespon berbagai persoalan di dunia.

    Negara-negara Barat seperti membiarkan ketika negara Irak, Afganistan, Lybia, dan Suriah dibombardir siang dan malam.

    Selain itu, sejumlah negara Barat dan Amerika Serikat juga hanya diam saja ketika Israel melakukan agresi secara brutal terhadap Palestina.

    Fadli Zon mengunggah foto saat dirinya bersama mahasiswa London Sechool of Economisc berunjuk rasa menentang serangan terhadap Irak, sembilan belas tahun lalu. 

    Fadli Zon dan mahasiswa London School of Economics (LSE) telah berunjuk rasa dan berteriak, "Don't Attack Iraq." 
      
    @fadlizon: Bersama teman2 LSE (London School of Economics) ikut demonstrasi berjilid2 "Don't Attack Iraq" di London, 19 thn lalu.

    Kemunafikan Barat tampak nyata. Irak, Afghanistan, Libya, Suriah diserang, dibombardir siang malam. Lalu diam soal agresi brutal Israel terhadap Palestina.

    Israel Mulai Campur Tangan

    Perdana Menteri (PM) Israel Naftali Bennett akhirnya telah bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin, Sabtu (5/3/2022) malam.

    Pertemuan membahas solusi untuk meredakan ketegangan invasi Rusia ke Ukraina.

    Kantor PM Israel telah mengkonfirmasi hal itu kepada Tom Bateman, koresponden situs berita BBC Timur Tengah.

    Pembicaraan Bennett dan Putin berlangsung sekitar dua setengah jam di Moskow.

    Kantor Bennett mengatakan telah memberitahu AS sebelum pertemuan di Kremlin, Moskow.

    Ada banyak perdebatan dalam pertemuan itu, tentang apakah pemerintah Israel dapat atau harus secara realistis menengahi krisis tersebut.

    Hal itu tidak ditanggapi dengan serius pada awalnya.

    Tetapi Bennett yang terbang ke Moskow di tengah isolasi global Rusia, tampaknya membawa gagasan itu ke tingkat yang lebih tinggi.

    Diharapkan dari pertemuan ini ada solusi jalan damai yang dilakukan Putin atas invasinya ke Ukraina.

     Sebelumnya gencatan senjata yang disepakati antara Rusia dan Ukraina, untuk memungkinkan warga sipil dievakuasi dari dua kota di tenggara Ukraina yakni Mariupol dan kota kecil Volnovakha telah gagal berantakan.

    Rusia melanggar kesepakatan hanya beberapa jam setelah diumumkan, Sabtu (5/3/2022).

    Sebelumnya kota pelabuhan utama Mariupol dan kota kecil Volnovakha, telah berada di bawah serangan yang sangat berat selama beberapa hari.

    Tetapi hari Sabtu dimulai dengan catatan yang lebih positif.

     Yakni dengan pengumuman bahwa warga sipil akan diizinkan untuk pergi di sepanjang rute yang disepakati antara jam 09:00 sampai pukul 16:00 waktu setempat.

    Gencatan senjata harus berlaku pada saat yang sama.

    Namun, tidak lama setelah dimulai, pihak Ukraina menyebutkan Rusia melanggar kesepakatan.

    Wakil Wali Kota Mariupol, Serhiy Orlov, mengkonfirmasi kepada BBC bahwa gencatan senjata telah benar-benar gagal dan runtuh di tengah pemboman Rusia.

    "Rusia terus mengebom kami dan menggunakan artileri. Ini gila," kata Orlov seperti dikutip dari BBC.COM.

    "Tidak ada gencatan senjata di Mariupol dan tidak ada gencatan senjata di sepanjang rute. Warga sipil kami siap untuk dievakuasi, tetapi mereka tidak dapat melakukannya di bawah tembakan," kata Orlov.

    Ribuan warga sipil sebelumnya sudah bersiap untuk mengungsi dari Mariupol, di tenggara Ukraina, dan kota kecil Volnovakha di utara.

    Hingga 9.000 orang awalnya diperkirakan mencoba keluar dari Mariupol dengan bus dan kendaraan pribadi pada hari Sabtu.

    Menurut Orlov kereta api tidak dapat berjalan karena infrastruktur telah hancur.

    Mariupol adalah sebuah kota pelabuhan berpenduduk sekitar 400.000 orang.

    Kota ini merupakan target strategis utama bagi Rusia karena merebutnya akan memungkinkan pasukan separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur untuk bergabung dengan pasukan di Krimea, semenanjung selatan, yang dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014.

    Tentara Ukraina sejauh ini telah menguasai kota, tetapi Rusia telah menggempur daerah pemukiman dengan serangan udara dan membuat seluruh penduduk tanpa air, listrik atau sanitasi selama empat hari.

    Pengeboman udara Rusia yang meningkat di kota-kota Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran bahwa itu akan beralih ke taktik penghancuran dari udar,a setelah gagal membuat kemajuan signifikan di lapangan.

    Ukraina Kecam NATO

    Sebelumnya lagi, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam para pemimpin NATO karena menolak permintaannya menerapkan zona larangan terbang di seluruh Ukraina.

    Dalam pidato berapi-api Zelensky mengatakan keengganan Barat untuk campur tangan telah memberi Rusia 'lampu hijau' untuk terus membombardir kota-kota dan desa-desa di Ukraina.

    Seperti diketahui NATO berpendapat bahwa zona larangan terbang akan menghasilkan konfrontasi dengan Moskow.

    Tetapi Zelensky mengatakan dia tidak setuju bahwa tindakan langsung dapat 'memprovokasi agresi langsung Rusia terhadap NATO'.

    Dengan pernyataan emosional penuh kemarahan, Zelensky mengatakan argumen tersebut mencerminkan 'hipnosis diri dari mereka yang lemah, kurang percaya diri di dalam'.

    Juga katanya bahwa reservasi Barat menunjukkan bahwa tidak semua orang menganggap perjuangan untuk kebebasan sebagai tujuan nomor satu Eropa.

    "Semua orang yang akan mati mulai hari ini juga akan mati karenamu NATO. Karena kelemahanmu, karena perpecahanmu," tambah Zelensky yang marah.

    Pada hari Jumat, sekretaris jenderal NATO, Jens Stoltenberg, memperingatkan bahwa pengenalan zona larangan terbang dapat menyebabkan perang penuh di Eropa yang melibatkan lebih banyak negara dan menyebabkan lebih banyak penderitaan manusia.

    "Satu-satunya cara untuk memberlakukan zona larangan terbang adalah dengan menembak jatuh pesawat Rusia," kata Stoltenberg

    Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga mengesampingkan pengenalan zona larangan terbang, tetapi mengatakan kepada BBC bahwa dia yakin Ukraina dapat memenangkan perangnya dengan Rusia.

    "Saya tidak bisa memberi tahu Anda berapa lama ini akan berlangsung," kata diplomat top Amerika ITU.

    "Saya tidak bisa memberi tahu Anda berapa lama waktu yang dibutuhkan. Tetapi gagasan bahwa Rusia dapat menundukkan 45 juta orang yang dengan gigih berjuang untuk masa depan dan kebebasan mereka, itu tidak melibatkan Rusia yang mengacungkan jempolnya di Ukraina, itu memberitahu Anda, kamu banyak hal," katanya.

    Tags
    Komentar
    Additional JS