Terancam Dikudeta, Putin Mulai Kehilangan Kekuasaan setelah Petinggi Rusia Sadar Kalah dari Ukraina - Tribunnews
Terancam Dikudeta, Putin Mulai Kehilangan Kekuasaan setelah Petinggi Rusia Sadar Kalah dari Ukraina - Halaman all

TRIBUNWOW.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin diprediksi akan menghadapi kudeta dari sekutu terdekatnya yang percaya bahwa dia telah kalah perang di Ukraina.
Jurnalis investigasi Christo Grozev mengatakan Vladimir Putin kehilangan cengkeraman kekuasaan di tengah perlawanan dari Ukraina.
Kabar tersebut diperkuat dengan laporan adanya pertentangan yang mulai terjadi di lingkaran dalamnya.

Dilansir TribunWow.com dari The Sun, Jumat (20/5/2022), kroni-kroni Putin dinilai mulai menyadari kegagalan invasi Rusia.
Mereka juga dikabarkan tidak akan mungkin mematuhi perintah untuk meluncurkan senjata nuklir.
"Saya pikir elite informasi di dalam pasukan keamananlah yang memahami bahwa perang telah kalah," ujar Grozev saat berbicara kepada Radio Liberty.
Ia juga memperingatkan lingkaran dalam Putin memahami bahwa presiden akan membutuhkan mobilisasi massa penuh untuk memenangkan perang.
Tetapi kelompok garis keras secara lebih jauh dapat menekan penggunaan senjata nuklir atau kimia.
Namun usulan ini akan ditolak oleh sejumlah petinggi yang keberatan dengan alasan tertentu.
Pertentangan dari kelompok yang pro dan kontra ini akan menyebabkan kekacauan dalam badan pemerintahan Rusia.
"Dan penolakan ini akan menjadi pemicu, kemungkinan besar, kudeta, karena setelah penolakan untuk mematuhi perintah pimpinan, semuanya akan turun dengan sangat cepat," beber Grozev.
"Jika Putin memutuskan untuk memberikan perintah untuk menggunakan senjata nuklir, dia harus yakin bahwa semua orang di sepanjang rantai akan melaksanakan perintah ini."
"Jika seseorang tidak mematuhi, maka ini akan menjadi sinyal pembangkangan. Dan mungkin bahkan kematian fisik Putin."
"Sampai dia yakin bahwa semua orang akan mematuhinya, dia tidak akan memberikan perintah ini."
Dilansir Daily Mail, Grozev percaya elit GRU dan FSB adalah yang paling mungkin untuk mencoba dan menggulingkan Putin, karena mereka tahu kebenaran dari apa yang terjadi di lapangan.
Dan para elit itu sudah mencari cara untuk memindahkan uang dan keluarga mereka ke luar negeri untuk mengantisipasi jatuhnya Putin.
Grozev percaya ketakutan serupa mencegah Putin memberikan perintah untuk mobilisasi umum angkatan bersenjata dan penduduk Rusia.
Perintah seperti itu akan memungkinkan dia untuk secara besar-besaran meningkatkan jumlah pasukan di Ukraina, mungkin menggeser gelombang perang yang menguntungkannya.
Namun perintah itu juga akan menyebabkan ledakan sosial di antara orang-orang Rusia biasa, karena itu berarti mengakui 'operasi militer khusus' yang sampai sekarang dianggap sukses oleh Putin, telah gagal.
Tapi, tanpa menggunakan senjata nuklir atau mobilisasi umum, Rusia hampir tidak memiliki peluang untuk memenangkan perang.
"Elite keamanan memahami ini dan itulah mengapa mereka kemungkinan besar akan mencoba dan menggulingkan pemimpin mereka," tambah Grozev.
Putin Diprediksi Lengser Bulan Agustus
Kepala Intelijen Pertahanan Ukraina, Mayjen Kyrylo Budanov (36) mengklaim Rusia akan kalah perang di akhir tahun 2022 ini.
Budanov mengungkapkan saat ini proses pemberontakan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin sudah berjalan.
Ia meyakni Putin akan dilengserkan dari posisinya sebagai Presiden Rusia pada bulan Agustus mendatang.
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, klaim ini disampaikan oleh Budanov pada Jumat (13/5/2022) malam.
Budanov menyebut aktivitas peperangan di Ukraina akan selesai pada akhir tahun.
Ia mengatakan konflik di Ukraina akan menyebabkan pergantian pemimpin di Rusia.
"Proses ini sudah berjalan," ujar Budanov.
Sementara itu, sebuah media asal Amerika Serikat (AS) mengklaim memiliki sebuah rekaman suara dari seorang oligarki kolega Presiden Rusia Vladimir Putin.
Di dalam rekaman suara tersebut, sang oligarki menjelaskan soal kondisi kesehatan Putin yang memburuk.
Disebutkan Putin tengah menderita kanker darah.
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, rekaman suara ini diterima oleh majalah New Lines yang berbasis di Washington, AS.
Sementara itu grup jurnalis investigatif Bellingcat menginfokan bahwa badan intelijen Rusia alias FSB baru saja mengirimkan sebuah memo rahasia ke para pimpinan regional FSB.
Info ini disampaikan oleh Christo Grozev selaku kepala investigasi di Bellingcat.
Menurut keterangan Grozev, memo itu menginstruksikan para pimpinan FSB regional agar tidak memercayai rumor miring tentang kondisi kesehatan Putin.
"Para direktur turut diinstruksikan untuk menyingkirkan segala rumor terkait yang dapat menyebar di tubuh FSB," ujar Grozev.
Grozev menyampaikan, di sebuah unit FSB, memo rahasia ini justru semakin meyakinkan para anggota intelijen bahwa Putin benar-benar menderita sakit keras.
Sebelumnya, rumor miring mencuat seusai Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menghadiri pertandingan hoki yang rutin diadakan tiap tahun di Kota Sochi.
Pada pertandingan hoki yang rutin diadakan tiap bulan Mei tersebut, Putin hanya mengirimkan sebuah video berisi pesan darinya.
Pertandingan hoki ini diketahui melibatkan pejabat-pejabat pemerintahan tingkat tinggi.
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, Putin biasanya pasti hadir dalam pertandingan hoki tersebut.
"Pasti ada yang salah sehingga dia (Putin) tidak hadir," ujar sebuah sumber di Moskow.
Dalam video yang dikirimkan oleh Putin, The Sun menyoroti fisik sang Presiden Rusia tersebut.
Menurut pengamatan The Sun, ada bercak hitam di pipi Putin.
Bercak hitam tersebut tampak ditutupi oleh makeup.
Pada Mei 2021 silam, Putin sempat menyampaikan bahwa bermain hoki membuatnya panjang umur.
Putin sendiri akan memasuki usia 70 tahun di bulan Oktober 2022 mendatang.(TribunWow.com/Via/Anung)