Pilihan

BRIN Perkirakan Kemarau Akibat El Nino Berlangsung hingga Mei 2024 By BeritaSatu

 

BRIN Perkirakan Kemarau Akibat El Nino Berlangsung hingga Mei 2024

By BeritaSatu.com
beritasatu.com
September 12, 2023
Sekitar 765 hektare lahan sawah di Provinsi Lampung terancam gagal panen akibat kekeringan yang disebabkan oleh fenomena El Nino, Rabu 6 September 2023
Sekitar 765 hektare lahan sawah di Provinsi Lampung terancam gagal panen akibat kekeringan yang disebabkan oleh fenomena El Nino, Rabu 6 September 2023

Jakarta, Beritasatu.com - Peneliti ahli utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eddy Hermawan, mengatakan kepada Antara baru-baru ini, musim kemarau yang berkepanjangan akibat fenomena El Nino diprediksi akan berlangsung hingga Mei 2024.

Eddy menjelaskan bahwa El Nino adalah fenomena global yang mempengaruhi hampir seluruh negara yang berada di sepanjang garis khatulistiwa, termasuk Indonesia.

Fenomena El Nino disebabkan oleh peningkatan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik, khususnya di bagian tengahnya. Suhu permukaan laut mulai meningkat di atas 0,5 derajat celsius sekitar Mei 2023 dan mencapai puncaknya antara November atau Desember 2023. Fenomena ini kemudian akan mereda sekitar Mei 2024.

BACA JUGA

"Berdasarkan catatan sebelumnya, El Nino memiliki durasi yang cukup panjang, antara sembilan hingga 12 bulan. Jadi, fenomena ini merupakan hal yang biasa terjadi," kata Eddy.

Lebih lanjut, Eddy mengungkapkan bahwa sebelum terjadinya El Nino tahun ini, Indonesia telah mengalami fenomena La Nina selama sekitar 30 bulan, mulai dari Agustus 2020 hingga akhir Januari 2023.

Saat itu, Indonesia mengalami musim hujan yang cukup lebat akibat dampak La Nina. Hujan sering turun bahkan selama musim kemarau.

Namun, El Nino yang saat ini berlangsung justru memberikan efek sebaliknya. Bulan Desember, Januari, dan Februari menjadi lebih kering daripada biasanya, meskipun seharusnya merupakan musim hujan. Kondisi ini membuat musim kemarau menjadi lebih panjang dari yang seharusnya, yakni sekitar sembilan bulan.

"Efek El Nino membuat kita mengalami musim kemarau panjang yang seharusnya tidak sepanjang ini. Rintik hujan hanya gejala kecil atau hanya berlangsung selama satu hingga dua hari saja," ungkap Eddy.

Eddy juga menekankan pentingnya penghematan air dalam skala besar dan mengganti tanaman padi dengan palawija sebagai bagian dari upaya mitigasi untuk menghadapi musim kemarau panjang akibat fenomena El Nino.

Komentar

Baca Juga (Konten ini Otomatis tidak dikelola oleh kami)

Antarkabarid

Arenanews

Antaranews

Berbagi Informasi

Kopiminfo

Liputan Informasi 9

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsitek