Kemarau Panjang, 58.728 Warga Cirebon Sulit Dapatkan Air Bersih
Cirebon, Beritasatu.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon mencatat, sebanyak 58.728 warga di wilayah kerjanya kesulitan mendapatkan air bersih akibat dampak kemarau panjang.
Berdasarkan data tersebut, puluhan ribu warga yang kesulitan mendapatkan air bersih itu berada di 15 desa dari 9 wilayah kecamatan.
Belasan desa itu, yakni Desa Karanganyar (Kecamatan Panguragan), Dukuh (Kecamatan Kapetakan), Desa Girinata (Kecamatan Dukupuntang), Slangit (Kecamatan Klangenan), Sampiran (Kecamatan Talun), Gempol (Kecamatan Gempol), Karanganyar (Kecamatan Karangwareng), dan Desa Seuseupan (Karangwareng).
Kemudian Desa Windu Haji (Kecamatan Sedong), Karangwuni (Kecamatan Sedong), Sedong Kidul (Kecamatan Sedong), Windujaya (Kecamatan Sedong), Sedong Lor (Kecamatan Sedong, Sibubut (Kecamatan Gegesik), Mundu Pesisir (Kecamatan Mundu).
Subkoordinator kebencanaan ahli muda Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, Juwanda mengatakan, wilayah Kabupaten Cirebon lebih kering dibandingkan daerah lainnya di Pantura Jawa Barat.
Menurut Juwanda, jumlah desa yang terkena dampak bencana kekeringan akan terus meluas.
Saat ini, BPBD Kabupaten Cirebon rutin mendistribusikan bantuan air bersih untuk masyarakat di belasan desa terdampak.
"Sampai tanggal 10 September kami sudah kirim sebanyak 74 tangki atau 296.000 liter. Karena satu tangki isinya 4000 liter, jadi kalau dikalikan 74 totalnya 296.000 liter," kata Juwanda.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, 63 persen wilayah Indonesia saat ini telah memasuki musim kemarau.
Seiring dengan hal tersebut, puncak fenomena El Nino juga diprediksi akan berlangsung pada Oktober 2023.
Secara terperinci, wilayah Indonesia yang telah memasuki musim kemarau, yakni Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Barat, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, hingga Papua Selatan.
Sejumlah wilayah yang diprediksi akan terdampak kekeringan signifikan karena fenomena El Nino, yakni pulau Sumatera bagian pertengahan hingga selatan, Riau bagian selatan, Jambi, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, dan Jawa Barat.
El Nino dilaporkan tidak hanya membawa dampak negatif saja, tetapi juga membawa dampak positif bagi para petani garam dengan meningkatnya panen garam khususnya untuk di wilayah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Selain itu, El Nino juga membawa dampak positif bagi para nelayan karena akan berimbas pada hasil tangkapan ikan yang meningkat.
Komentar
Posting Komentar