Ahli Ramai-ramai Tepis Klaim Situs Gunung Padang Bangunan Tertua Dunia - CNN Indonesia - Opsiin

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Ahli Ramai-ramai Tepis Klaim Situs Gunung Padang Bangunan Tertua Dunia - CNN Indonesia

Share This


Ahli Ramai-ramai Tepis Klaim Situs Gunung Padang Bangunan Tertua Dunia

CNN Indonesia

Rabu, 20 Des 2023 07:53 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --

Para ahli dari Barat ramai-ramai membantah studi yang mengklaim situs Gunung Padang sebagai piramida tertua di dunia. Mereka menilai klaim tersebut tak terbukti secara ilmiah.

Laporan bahwa situs Gunung Padang yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, sebagai piramida tertua di dunia dan berusia lebih dari 25 ribu tahun lalu terbit pada November lalu.

Laporan itu disusun oleh peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Danny Hilman Natawidjaja dkk di Archeological Prospection.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para pakar beranggapan penemuan situs setua itu belum pernah terjadi sebelumnya.

Stonehenge dan piramida besar tertua di Mesir saja baru berusia beberapa ribu tahun, sedangkan pemegang rekor sebelumnya, monumen batu Göbekli Tepe di Turki, diperkirakan berusia sekitar 11.000 tahun.

Sementara, Hilman dalam makalah itu mengungkap Gunung Padang kemungkinan dua kali lebih tua dari usia megalit kuno di atas.

"Bukti dari Gunung Padang menunjukkan bahwa praktik konstruksi yang maju sudah ada ketika pertanian, mungkin, belum ditemukan," klaim mereka.

Temuan itu kemudian mendapat respons keras dari banyak arkeolog, yang mengatakan bahwa tidak ada bukti yang disajikan oleh tim untuk membenarkan kesimpulan mereka tentang usia Gunung Padang.

Mereka berpendapat pemukiman di sana mungkin baru dibangun sekitar 6.000 hingga 7.000 tahun yang lalu.

"Data yang disajikan dalam makalah ini tidak memberikan dukungan terhadap kesimpulan akhirnya bahwa pemukiman tersebut sudah sangat tua. Namun hal itulah yang menjadi berita utama," kata Flint Dibble, arkeolog di Universitas Cardiff. "Saya sangat terkejut makalah ini diterbitkan sedemikian rupa."

Menanggapi hal tersebut, Danny mengatakan bahwa penelitian ini sebetulnya untuk menjawah kekhawatiran dari pihak-pihak mengenai studi ilmiah mereka.

"Penelitian ini menjawab kekhawatiran yang diajukan oleh pihak ketiga mengenai konten ilmiah makalah kami. Kami secara aktif terlibat dalam mengatasi permasalahan ini," kata Hilman, mengutip The GuardianSelasa (19/12).

Kontroversi mengenai usia Gunung Padang itu muncul setelah film dokumenter dari Netflix, Ancient Apocalypse tayang bulan lalu. Dalam dokumenter tersebut, peneliti kontroversial Inggris Graham Hancock mengoreksi temuan tersebut.

Ia beranggapan bahwa kebudayaan kuno yang dulunya canggih, kemudian hancur dalam peristiwa kosmik, membawa ilmu pengetahuan, teknologi, pertanian, dan arsitektur monumental kepada masyarakat primitif yang menghuni dunia setelah zaman es terakhir.

Gunung Padang bisa menjadi contoh hasil karya mereka, kata Graham.

Sejumlah ilmuwan mengejek gagasan ini. "Dia memunculkan mitos-mitos, penafsiran takhayul dan seringkali salah terhadap situs-situs arkeologi," kata ahli geologi Marc Defant.

Bill Farley, arkeolog di Southern Connecticut State University di New Haven juga menyampaikan hal serupa.

"Sebuah teori yang mengatakan bahwa sekelompok orang bijak kuno mengajari kita semua yang kita ketahui menyederhanakan sejarah ke tingkat yang kasar dan juga merampas klaim masyarakat adat bahwa mereka mengembangkan budaya kuno dan kerajinan canggih mereka sendiri."

Hilman dalam sebuah kesempatan menganggap gagasan Hancock sebagai "hipotesis yang masuk akal".

Berada di perkebunan pisang dan teh, hampir 3.000 kaki di atas permukaan laut dan 120 km dari Jakarta, Gunung Padang terdiri dari serangkaian teras batu di atas gunung api purba. Pecahan tembikar menunjukkan bahwa situs tersebut berusia beberapa ribu tahun.

Hilman dan timnya berargumen bahwa penggunaan radar menunjukkan di bawah bangunan utama terdapat beberapa lapisan buatan manusia yang lebih dalam, dengan lapisan terbawah dari inti lava yang mengeras menunjukkan tanda-tanda bahwa bangunan itu telah "dipahat dengan cermat".

Infografis mengenai situs gunung padangMengenai Situs Gunung Padang (Foto: Laudy Gracivia)

Nihil bukti hingga bukan piramid di halaman berikutnya...


Page 2

CNN Indonesia

Rabu, 20 Des 2023 07:53 WIB

Tim peneliti melaporkan sampel tanah yang diambil dari material bukit jauh di bawah situs tersebut berumur 27 ribu hingga 16 ribu tahun, dan penambahan selanjutnya diperkirakan berusia sekitar 8 ribu tahun.

Mereka kemudian menyimpulkan Gunung Padang memiliki bukti jelas bahwa pembangunan piramida itu dapat ditelusuri kembali ke 25 ribu tahun atau lebih.

Namun, klaim tersebut ditolak oleh Dibble dan lainnya. Mereka menyatakan Hilman dan tim tidak memberikan bukti material yang terkubur itu adalah buatan manusia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para ahli mengatakan benda tersebut mungkin berusia lebih dari 20 ribu tahun, tapi kemungkinan berasal dari alam karena tidak ada bukti keberadaan manusia, seperti kerangka atau artefak di dalam tanah.

"Jika Anda pergi ke Istana Westminster dan menjatuhkan inti tujuh meter ke dalam tanah dan mengambil sampel tanah, Anda mungkin memperkirakan umurnya adalah 40.000 tahun," kata Dibble.

"Namun bukan berarti Istana Westminster dibangun 40.000 tahun lalu oleh manusia purba. Artinya, ada karbon di bawah sana yang berumur 40.000 tahun. Sungguh luar biasa makalah ini diterbitkan."

Hilman kemudian membalas bahwa "pengamatan yang menjadi landasan penelitian kami didukung oleh analisis paparan yang cermat, penebangan dinding parit, studi pengeboran inti, dan survei geofisika yang komprehensif dan terintegrasi," katanya.

Hal ini tidak diterima oleh peneliti lain.

"Klaim ini melibatkan lompatan besar dari data yang mereka miliki, yang paling menarik, menuju kesimpulan besar tentang piramida yang terkubur jauh di bawah tanah," kata Farley.

"[Studi] ini benar-benar lemah dan saya pikir sangat masuk akal jika makalah ini diselidiki. [Makalah] itu tidak layak untuk dipublikasikan dan saya tidak akan terkejut jika akhirnya ditarik kembali," sindirnya.

Bukan piramida

Selain pakar Barat, kritik juga disampaikan arkeolog senior Indonesia, Truman Simanjuntak. Direktur Center for Prehistoric and Austronesian Studies (CPAS) ini menyebut situs Gunung Padang bukan piramida, melainkan punden berundak.

"Gunung padang bukan piramid tapi punden berundak, salah satu unsur budaya megalitik yang difungsikan sebagai sarana pemuliaan roh leluhur," kata dia, saat dihubungi beberapa waktu lalu.

Truman menjelaskan situs Gunung Padang dibangun dengan kearifan para leluhur yang memanfaatkan kontur bukit sebagai undakan-undakan yang merepresentasikan tingkat kesakralan.

Menurut dia undakan-undakan ditempatkan sarana-sarana pemuliaan dengan memanfaatkan columnar joint yang tersedia sebagai menhir, batas-batas ruang upacara, bahkan fungsi teknis melindungi undakan tertentu dari longsoran.

"Klaim ada ruangan di dalam bukit dengan tahapan-tahapan pembangunannya sama sekali tidak didukung data arkeologi, jadi tanpa campur tangan manusia. Kaitan dengan itu, klaim umur bangunan sejak lebih 20 ribu tahun tidak berdasar," ujar dia.

Truman juga menegaskan bahwa leluhur megalitik Nusantara tidak mengenal membangun ruang bawah tanah untuk fungsi profan apalagi sakral. Mereka memanfaatkan gua-gua alam jika mereka butuh ruang tertutup untuk hidup.

Menurut dia, untuk menarik suatu kesimpulan atau interpretasi perlu kehati-hatian.

Suatu konstruksi teori atau interpretasi arkeologi harus didukung data dan fakta, antara lain data spesifik (artefaktual, ekofaktual, dan fitur); data kontekstual ( temuan asosiasi, stratigrafi, dll.); serta data konteks keruangan kawasan dan global.

"Klaim itu tidak memenuhi dasar ini. Punden berundak Gunung Padang sama dengan punden lainnya di Jawa Barat dan Indonesia umumnya."

"Tinggalan megalitik untuk pemujaan yang berkembang sejak sekitar awal-awal masehi dan berlanjut seiring waktu, serta hingga kini di daerah tertentu masih bertahan," pungkasnya.

(tim/dmi)
 
Postlight Reader

A Labs project from your friends atPostlight, an NTT Data Company

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages