Pilihan

Media AS: Dermaga Apung Gaza Habiskan Lebih Banyak Waktu untuk Diperbaiki Ketimbang Digunakan - Halaman all - TribunNews

 

Media AS: Dermaga Apung Gaza Habiskan Lebih Banyak Waktu untuk Diperbaiki Ketimbang Digunakan - Halaman all - TribunNews

TRIBUNNEWS.COM - Dermaga terapung Gaza yang dibangun pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, menghabiskan lebih banyak waktu untuk diperbaiki ketimbang digunakan, Newsweeks melaporkan.

Sejak didirikan pada 17 Mei 2024 kemarin, dermaga apung Gaza baru aktif selama 12 dari 38 hari.

Awalnya, dermaga yang dibangun Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) ini dimaksudkan untuk memudahkan pengiriman bantuan kepada penduduk Gaza yang terkepung dan kelaparan.

Namun, pada Sabtu (25/5/2024) gelombang tinggi membuat dermaga bagian itu hanyut padahal baru seminggu diinstal.

Pengiriman bantuan pun dihentikan.

Menurut media Israel, ombak menyeret dermaga apung itu menuju Ashdod, sebuah kota terbesar keenam dan pelabuhan terbesar di Israel.

Channel 12 Israel melaporkan Angkatan Laut Israel lantas mengambil dan menyambungkan kembali bagian tersebut.

Kondisi cuaca menghadirkan tantangan yang signifikan bagi berlangsungnya dermaga tersebut.

Gelombang laut yang ganas di Mediterania menimbulkan ancaman terhadap integritas dan keamanan dermaga.

Setelah pecah akibat gelombang besar, dermaga tersebut dibongkar dan diangkut ke pelabuhan Ashdod di Israel untuk rekonstruksi.

Bisa dibilang, hanya sedikit yang mendarat di Gaza semenjak ada dermaga apung itu.

Baca juga: Dermaga AS di Gaza Kembali Bongkar Bantuan, Rencana Kirim Bantuan Lewat Laut justru Dikritik

Selama periode terbatas dermaga tersebut beroperasi sebelum badai, sekitar 27 truk per hari berangkat, dengan rencana untuk 150 truk.

Padahal Jalur Gaza membutuhkan setidaknya 600 truk per hari untuk menghindari kelaparan.

Tak sedikit yang berkomentar dan mempertanyakan efisiensi dermaga tersebut dalam meringankan krisis kemanusiaan di wilayah kantong Palestina yang terkepung.

Beberapa pejabat bahkan kolumnis top AS mempertanyakan kelayakan proyek dalam kondisi seperti ini.

Kepala wilayah Mediterania Timur Organisasi Kesehatan Dunia, Hanan Balkhy mengatakan kepada Associated Press bahwa dermaga tersebut “telah memberikan sedikit dukungan, tetapi itu tidak dalam skala yang dibutuhkan oleh imajinasi mana pun.”

Dia menekankan perlunya jalur darat.

Sayangnya, sebagian besar jalur darat masih ditutup oleh pendudukan Israel.

Andreas Kluth dari Bloomberg sebelumnya menyebut dermaga itu sebagai gambaran paling nyata dari "kecerobohan Amerika".

"Biden tidak mampu memperbaiki situasi selama tiga bulan terakhir dan tidak menggunakan kekuasaan penuh Ruang Oval untuk membatasi atau mengarahkan pemerintah Israel," tulis Kluth.

Dikutip dari Al Mayadeen, Pentagon mengalokasikan 320 juta dolar Amerika dan mengerahkan 1.000 tentara dan pelaut untuk membangun dermaga terapung itu.

Misi tersebut dilaporkan melibatkan 14 kapal dari AS dan negara lain.

Baca juga: AS Pertimbangkan Bongkar Dermaga Bantuan Gaza untuk Kedua Kalinya dalam Dua Minggu

Pada saat yang sama, AS mengirimkan senjata senilai miliaran dolar ke "Israel" di tengah genosida yang dilakukannya di Gaza.

Dalam minggu pertama operasinya, hanya 820 ton bantuan yang diangkut melalui dermaga tersebut.

Angka ini cuma sekitar dua per tiganya mencapai titik distribusi di Gaza, menurut pernyataan Pentagon pada Kamis (23/5/2024).

Jumlah ini masih jauh dari target awal, yaitu 90 truk per hari dan hanya mewakili 15 persen dari perkiraan kebutuhan minimum harian untuk populasi lebih dari dua juta orang yang menghadapi kelaparan.

Kata Hamas dan Fatah soal dermaga apung Gaza

Seperti diketahui, pembangunan dermaga apung oleh AS didalihkan untuk membantu pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Alih-alih menekan Israel membuka blokade darat, AS tampak mendukung pengepungan dan membuat akses lain berupa dermaga yang tadinya dimaksudkan sebagai infrastruktur sementara.

Namun, biaya pembangunan jutaan dolar serta wacana pembentukan pasukan gabungan internasional mengindikasikan kalau dermaga tersebut akan dijadikan permanen guna mobilisasi tak hanya barang dan bantuan, tetapi juga pasukan.

Hal ini yang diendus dua gerakan besar di Palestina, Hamas dan Fatah.

Gerakan Pembebasan Nasional Palestina (Fatah) menilai, pengoperasian pelabuhan terapung yang didirikan AS pentahbisan pendudukan di saat Hamas menolak kehadiran militer apa pun dari negara mana pun di Gaza.

Juru bicara gerakan Fatah Abdel Fattah Dawla pekan lalu mengatakan, pengoperasian dermaga Amerika di bawah kendali pendudukan Israel serta direbutnya kontrol penyeberangan Rafah dari sisi Palestina oleh Tentara Israel adalah sebuah konsekrasi dari pendudukan atas akses-akses penyeberangan tersebut dan isolasi total Jalur Gaza.

Juru bicara Fatah meminta warga Palestina di Gaza untuk tidak menganggap pelabuhan ini hanya sebagai koridor pengiriman bantuan kemanusiaan.

Fatah juga meminta agar warga Palestina waspada terhadap segala upaya yang mungkin mendorong penggunaan pelabuhan ini sebagai titik persimpangan untuk menggusur mereka dengan dalih apa pun, baik terpaksa, sukarela, atau dalih kemanusiaan.

Sebagai pengingat, Presiden AS Joe Biden mengumumkan rencana pembangunan dermaga sementara tersebut pada 7 April lalu.

Hal itu dilakukan dalam upaya untuk mengirimkan lebih banyak bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

Keputusan ini tampaknya terkait dengan peringatan PBB bahwa ada situasi kelaparan yang dapat menimpa sekitar 576.000 warga Gaza, menurut Wall Street Journal (WSJ).

Namun, AS menyebut operasi pemindahan dermaga akan diawasi oleh pasukan Israel, bukan pasukan Amerika sendiri.

"Kami tidak berencana menjadikan operasi ini sebagai operasi yang memerlukan pasukan AS di lapangan," kata seorang pejabat Amerika, seperti yang dilaporkan Politico.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Komentar

Baca Juga (Konten ini Otomatis tidak dikelola oleh kami)

Antarkabarid

Arenanews

Antaranews

Berbagi Informasi

Kopiminfo

Liputan Informasi 9

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsitek