Iran Melawan Sanksi AS, Luncurkan Mata Uang Digital CBDC Rial - Halaman all - TribunNews Internasional

 

Iran Melawan Sanksi AS, Luncurkan Mata Uang Digital CBDC Rial - Halaman all - TribunNews

Peluncuran Rial Digital jadi upaya perlawanan Iran terhadap sanksi ekonomi yang dijatuhkan Amerika Serikat terhadap negara itu. 

zoom-inIran Melawan Sanksi AS, Luncurkan Mata Uang Digital CBDC Rial

The Crypto Times

Bank sentral Iraan resmi memperkenalkan mata uang digital (CBDC), Rial Digital, sebagai upaya perlawanan Iran terhadap sanksi ekonomi yang dijatuhkan Amerika Serikat terhadap negara itu.  

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia

TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN – Gubernur Bank Sentral Iran Mohammad Reza Farzin resmi memperkenalkan mata uang digital (CBDC), Rial Digital, sebagai upaya perlawanan Iran terhadap sanksi ekonomi yang dijatuhkan Amerika Serikat terhadap negara itu. 

Reza Farzin mengumumkan peluncuran Rial Digital di konferensi perbankan nasional yang digelar pada awal pekan kemarin di Iran.

Farzin mengungkapkan, peluncuran mata uang Rial Digital dimaksudkan untuk memodernisasi infrastruktur perbankan negara dan meningkatkan kolaborasi keuangan internasional.

Iran saat ini tengah berusaha keluar dari tekanan sanksi barat terhadap sektor keuangannya, sebagaimana dikutip dari Cointelegraph.

"Sebagai gubernur, platform ini memungkinkan saya untuk mengevaluasi strategi dan menetapkan arah ke depan. Kami akan memasukkan wawasan yang dibagikan di sini ke dalam pembuatan kebijakan kami," kata Farzin.

Rial digital sendiri telah dikembangkan sejak 2018 dengan menggunakan teknologi Hyperledger Fabric yang bersifat open-source.

Setelah melewati proses yang panjang pada pertengahan 2023, tahap penelitian "pra-percontohan" telah selesai dengan melibatkan sejumlah bank besar Iran.

CBI akhirnya resmi diluncurkan sebagai proyek percontohan CBDC ritel pada bulan Juni di pulau Kish, yang merupakan zona perdagangan bebas Iran yang menampung 12 juta wisatawan per tahun.

Pemerintah Iran juga mulai berkolaborasi dengan Rusia dalam produk pembayaran lintas batas lainnya dalam perdagangan internasional untuk menghadapi sanksi AS.

Kedua negara ini tengah menghadapi sanksi karena Gedung Putih telah mempersulit penerimaan dolar AS.

Juli lalu, kedua negara BRICS menyetujui kebijakan pertukaran mata uang yang ditandatangani oleh bank sentral Rusia dan Iran.

Baca juga: Iran Sebut Serangan Teror di Suriah Diatur oleh Amerika Serikat dan Israel

"Sanksi masih menjadi kendala yang signifikan, namun kami telah menandatangani perjanjian mata uang dengan Rusia dan sepenuhnya menghapus dolar AS. Sekarang kami hanya memperdagangkan rubel dan rial," ujar Farzi.

Meskipun Pemerintah Iran mengizinkan pembelian dan penjualan kripto, penggunaan kripto sebagai alat pembayaran untuk barang dan jasa tetap dilarang.

Selain itu, pasar penambangan kripto lokal telah diatur sejak 2018.

Sebelum pembayaran dengan kripto dilarang, Bitcoin CS sempat jadi primadona, bahkan didorong oleh otoritas pemerintah Iran jadi alternatif transaksi ekonomi hingga jadi aset terbesar untuk mendulang devisa.

Baca juga: Potongan Jet Su-35SE Rusia Tiba di Iran, Siapkan Pangkalan Bawah Tanah Eagle-44 untuk Lawan Israel

Ini lantaran 4.5 persen pertambangan bitcoin ada di Iran dengan perputaran uang lebih dari 1 miliar dolar Amerika.

Tapi, belakangan kekurangan daya dan masalah di bank sentral membuat otoritas menghentikan sementara penggunaan kripto.

Untuk menangani masalah ini, pemerintah Iran meluncurkan program bounty yang menawarkan hadiah sebesar satu juta toman sekitar 20 dolar AS kepada warga yang melaporkan operasi penambangan kripto ilegal.

Dapatkan Berita Pilihan

di WhatsApp Anda

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya