Narasi Indonesia Gelap Dibantah Pemerintah Memicu Reaksi Mahasiswa | tempo

TEMPO.CO, Jakarta - Aliansi Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) menanggapi upaya pemerintah mengontraskan narasi 'Indonesia Gelap' dengan menyebut kondisi negara saat ini terang. Aliansi Mahasiswa UGM melakukan unjuk rasa menuju Gedung Agung Yogyakarta, pada Kamis, 20 Februari 2025.
Salah satu koordinator aksi Aliansi Mahasiswa UGM, Sugap mengatakan bahwa narasi pemerintah yang menyebut Indonesia dalam kondisi terang tidak mencerminkan realitas dalam masyarakat. “Saat kemarin muncul narasi Indonesia terang, kami bertanya-tanya, terang dalam hal apa? Karena jika kita melihat kondisi saat ini, masa depan pendidikan semakin tidak pasti akibat pemotongan anggaran,” kata Sugap.
Menurut dia, 'Indonesia Gelap' merujuk berbagai persoalan yang menghambat masa depan rakyat. Adapun di antaranya pemangkasan anggaran pendidikan yang berdampak terhadap kesempatan belajar generasi muda. “Ketika kita berbicara tentang Indonesia Gelap, itu bukan sekadar narasi tanpa alasan," ujarnya.
Kontra Narasi
Narasi yang memperkuat kata 'terang' dilontarkan oleh Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan Ujang Komarudin dan Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan. Mereka berdua mencoba menyangkal narasi 'Indonesia Gelap'.
Ujang Komarudin menyangkal narasi tersebut dengan mengontraskan dengan ucapan kepada media massa, bahwa Indonesia bercahaya dan terang. Ujang mencontohkan, bahwa tidak ada pemangkasan anggaran pendidikan. Indikasi lainnya, soal kesehatan rakyat yang menurut dia menjadi agenda penting negara, seperti mengecek kesehatan secara gratis.
Di acara The Economic Insights, pada Rabu, 19 Februari 2025, Luhut menegaskan bahwa situasi Indonesia saat ini tidak dalam kegelapan. Ia menyindir kelompok yang mengkritik pemerintah. "Kalau ada yang bilang Indonesia gelap, yang gelap kau, bukan Indonesia," katanya, dikutip Antara.
Soal upaya kontra narasi dari pemerintah, Sugap juga menyoroti berbagai permasalahan sosial dan ekonomi. Contohnya, kata dia, seorang ibu di Pamulang meninggal saat mengantre elpiji hingga keterbatasan pasokan obat dan alat kesehatan akibat kendala pendanaan BPJS.
Menurut dia, contoh kondisi seperti itu tidak dapat disebut sebagai terang, melainkan justru gelap yang dihadapi masyarakat. "Jadi, ketika ada yang menyebut Indonesia terang, pertanyaannya adalah, terang dari sisi apa? Apakah yang dimaksud terang adalah kebohongan pemerintah? Atau mungkin, yang terang adalah keburukan dan ketidakadilan yang semakin terlihat jelas?” ujarnya.
Kritik terhadap Narasi Pemerintah
Sugap mengkritik sikap pemerintah yang cenderung sibuk membangun narasi tandingan memainkan istilah daripada benar-benar menyelesaikan persoalan rakyat. “Ingat, tugas pemerintah adalah melayani masyarakat, bukan justru menciptakan program-program yang menambah kesulitan bagi mereka,” ujarnya.
Sugap mengatakan bahwa jika pemerintah mengabaikan rakyat, bukan tidak mungkin akan muncul gelombang besar unjuk rasa. “Silakan pemerintah memilih, apakah akan tetap bersikeras dengan narasi yang mereka buat sendiri, atau mulai melakukan perubahan yang nyata,” katanya.
Sapto Yunus turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Diklaim Indonesia Gelap, Istana Sebut Masih Bercahaya Terang Benderang
Komentar
Posting Komentar