Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Amerika Serikat Dunia Internasional Featured

    Wisatawan Asing Mulai Berkurang, Ekonomi AS Diprediksi Rugi Rp1.511 Triliun | Sindonews

    9 min read

     Dunia Internasional 

    Wisatawan Asing Mulai Berkurang, Ekonomi AS Diprediksi Rugi Rp1.511 Triliun | Halaman Lengkap

    logo-apps-sindo

    Makin mudah baca berita nasional dan internasional.

    Selasa, 22 April 2025 - 14:50 WIB

    Wisatawan Asing Mulai...

    Ekonomi Amerika Serikat (AS) terancam kehilangan pendapatan mencapai miliaran dolar pada tahun 2025, seiring berkurangnya kunjungan wisatawan asing dan boikot produk Amerika. Foto/Dok

    A A A

    JAKARTA 

    -

    Ekonomi Amerika Serikat (AS) 

    terancam kehilangan pendapatan mencapai miliaran dolar pada tahun 2025, seiring berkurangnya kunjungan

    wisatawan asing 

    dan boikot produk Amerika. Hal itu menambah panjang daftar hambatan yang membuat risiko

     resesi ekonomi AS 

    makin terbuka lebar.

    Kedatangan non-warga negara ke AS dengan pesawat mengalami penurunan hampir 10% pada bulan Maret dari tahun sebelumnya, menurut data yang diterbitkan oleh Administrasi Perdagangan Internasional.

    Jualan Gold Card Rp83 Miliar untuk Jadi Warga AS, Trump Pede Lunasi Utang USD36 Triliun

    Skenario terburuk yang diperkirakan oleh Goldman Sachs Group Inc. yakni akibat dari penyusutan kunjungan wisatawan dapat menggerus produk domestik bruto (PDB) hingga 0,3% yang bernilai hampir USD90 miliar atau setara Rp1.511 triliun (dengan kurs Rp16.799 per USD).

    Sektor pariwisata telah menjadi angin segar bagi AS dalam beberapa tahun terakhir, setelah penghentian pembatasan era pandemi memicu kebangkitan perjalanan internasional. Tetapi banyak kunjungan wisatawan potensial terpaksa harus memikirkan kembali rencana liburan mereka di tengah meningkatnya konflik di perbatasan, panasnya gesekan geopolitik, dan ketidakpastian ekonomi global.

    Salah satunya adalah Curtis Allen, seorang videografer Kanada yang membatalkan liburan ke AS setelah Presiden Donald Trump memberlakukan tarif sanksi di negara asalnya. Hal itu setelah Trump menginginkan Kanada menjadi negara bagian AS ke-51.

    Seperti dilansir Bloomberg, Allen dan pasangan sering melakukan perjalanan ke Oregon untuk berkemah selama bertahun-tahun. Akan tetapi agenda itu terganggu tahun ini, dimana mereka akan berkeliling British Columbia sebagai gantinya.

    "Kami tidak hanya tinggal di rumah. Kami akan menghabiskan uang yang sama di tempat lain," kata Allen, (34 tahun).

    Keraguan Allen tidak berhenti di situ. Dia membatalkan langganan Netflix-nya dan secara aktif menghindari barang impor Amerika. "Sekarang kami membutuhkan waktu dua kali lipat, untuk melihat dari mana produk itu berasal," katanya.

    Wisatawan internasional di AS pada tahun lalu menghabiskan USD254 miliar untuk memenuhi kebutuhannya hingga mencetak rekor, berdasarkan angka ITA. Memasuki tahun 2025, prospeknya positif: ITA memproyeksikan pada awal Maret bahwa AS akan menyambut 77 juta wisatawan tahun ini, meski di bawah rekor 2019, sebelum mendorong ke level tertinggi baru pada tahun 2026.

    Kondisi saat ini menurut analisis Bloomberg Intelligence, membuat pengeluaran ritel yang hampir menyentuh USD20 miliar dari turis internasional di AS mungkin berisiko berkurang.

    Tanda-tanda awal kemunduran tajam sudah muncul. Tarif pesawat, tarif hotel, dan biaya sewa mobil turun pada bulan Maret, menurut laporan bulanan Biro Statistik Tenaga Kerja tentang harga konsumen yang diterbitkan 10 April. Ekonom di Goldman Sachs dan HSBC Holdings Plc mengatakan permintaan yang lebih rendah, termasuk dari wisatawan asing, kemungkinan menjadi penyebabnya.

    Trump Klaim Tarif Resiprokal Bisa Menggantikan Penerimaan Pajak AS

    Presiden Inflation Insights, Omair Sharif mencatat, penurunan tarif hotel didorong oleh penurunan hampir 11% di Timur Laut secara khusus, akibat dari lebih sedikit orang Kanada yang bepergian ke sana.

    "Mengingat apa yang kita ketahui tentang berapa banyak kunjungan wisatawan Kanada telah menurun, berpotensi sedikit mengkhawatirkan bagi wilayah itu," kata Sharif.

    (akr)

    wa-channel

    Follow WhatsApp Channel SINDOnews untuk Berita Terbaru Setiap Hari

    Follow

    Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,

    Klik Disini 

    untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!

    Infografis

    Ukraina Menolak Bayar...

    Ukraina Menolak Bayar Utang Rp5.705 Triliun kepada AS

    Trump Bakal Kenakan...

    5 menit yang lalu

    LG Batal Tanam Investasi...

    1 jam yang lalu

    Cara Daftar Koperasi...

    2 jam yang lalu

    Resmi di Bawah OJK,...

    2 jam yang lalu

    Dukung Swasembada Pangan,...

    2 jam yang lalu

    Indonesia Bukan Lagi...

    2 jam yang lalu

    Komentar
    Additional JS