Skip to main content
728

Di Tengah Viralnya Kekalahan Rafale dari J-10C China, Emmanuel Macron Telpon Xi Jinping Sebelum Kunjungi Indonesia - Zona Jakarta

 

Di Tengah Viralnya Kekalahan Rafale dari J-10C China, Emmanuel Macron Telpon Xi Jinping Sebelum Kunjungi Indonesia - Zona Jakarta


ZONAJAKARTA.COM - Ternyata, kekalahan pesawat Prancis (Rafale) dari pesawat China (J-10C) tak terlalu menjadi isu besar antara kedua negara, meski berita itu masih viral sampai sekarang.

Bahkan, sebelum datang ke Indonesia pada 27 Mei 2025, Presiden Prancis Emmanuel Macron menelepon pemimpin China, Xi Jinping, Jumat (23/5/2025).

Pada pembicaraan via telepon ini tak dibahas sama sekali tentang insiden jatuhnya tiga Rafale India oleh serangan J-10C yang dioperasikan Pakistan.

Kedua pemimpin negara besar itu malah membicarakan hubungan kerja sama lebih erat.

Seperti klaim Pakistan, mereka berhasil menjatuhkan enam pesawat India pada pertempuran udara, 7 Mei 2025, dengan menggunakan J-10C yang dipersenjatai rudal dari udara-ke-udara PL-15 juga buatan China.

Keenam pesawat itu di antaranya tiga Rafale buatan Prancis, satu Su-30MKI dan MiG-29 buatan Rusia, dan Mirage 2000 buatan Prancis.

Peristiwa itu membuat reputasi J-10C naik daun, ditandai naiknya saham Chengdu Aircraft Corporation sebagai produsen J-10C.

Sedangkan, saham Dassault Aviation sebagai produsen Rafale langsung turun.

Turunnya reputasi Rafale ini ikut memengaruhi Indonesia yang sudah memesan 42 unit Rafale dan mulai dikurim pada awal 2026 nanti.

Bahkan, Indonesia ikut menjadi sorotan, karena dianggap telah berjudi membeli Rafale sebanyak itu.

Sementara, Presiden Emmanuel Macron akan berkunjung ke Indonesia pada 27 sampai 29 Mei 2025, seolah mengingatkan kembali tentang masalah Rafale.

Sebelumnya, Emmanuel Macron sangat getol mempromosikan Rafale sebagai platform pertempuran modern yang bisa diandalkan, termasuk untuk melawan pesawat generasi kelima.

Pernyataan itu ia sampaikan setelah Amerika Serikat (AS) diduga memiliki fasilitas "switch kill" atas pesaat tempur buatan mereka, seperti F-16 dan F-35.

Dengan fasilitas itu, AS bisa melumpuhkan sistem pesawat buatannya dari jarak jauh.

Jumat, 23 Mei 2025 | 20:25 WIB
Presiden Prabowo Subianto saat masih menjabat Menteri Pertahanan RI bertemu Presiden Prancis, Emmanuel Macron di Prancis, Juli 2024. Macron akan mengunjungi Indonesia pada 27 sampai 29 Mei 2025 dan akan disambut Presiden Prabowo Subianto. (kemenhan.go.id)

Presiden Prabowo Subianto saat masih menjabat Menteri Pertahanan RI bertemu Presiden Prancis, Emmanuel Macron di Prancis, Juli 2024. Macron akan mengunjungi Indonesia pada 27 sampai 29 Mei 2025 dan akan disambut Presiden Prabowo Subianto. (kemenhan.go.id)
Presiden Prabowo Subianto saat masih menjabat Menteri Pertahanan RI bertemu Presiden Prancis, Emmanuel Macron di Prancis, Juli 2024. Macron akan mengunjungi Indonesia pada 27 sampai 29 Mei 2025 dan akan disambut Presiden Prabowo Subianto. (kemenhan.go.id)

Kasus pesawat F-16 Ukraina yang tak bisa berfungsi maksimal setelah Presiden Volodymyr Zelensky bersitegang dengan Presiden Donald Trump, Februari 2025, dicurigai Eropa sebagai tindakan AS menggunakan "switch kill" dari jauh.

Sebab itu, muncul wacana untuk membatalkan pembelian F-35 karena platform AS dianggap tak menghomati kedaulatan negara dan terlalu banyak syarat.

Portugal menyatakan tak akan membeli F-35, sementara Jerman sempat mempertimbangkan kembali pemesannya.

Dalam situasi itu, Emmanuel Macron menawarkan Eropa untuk menggunakan Rafale.

Menurutnya, Rafale memberi kebebasan kepada negara pembeli tanpa banyak syarat dan masih menjadi pesawat tangguh yang bisa bersaing dengan pesawat AS.

Namun, peristiwa jatuhnya tiga Rafale India oleh Pakistan membuat pesawat buatan Dassault Aviation itu mendapat kritikan dari banyak pihak.

Meski baru klaim Pakistan dan kemudian diblow-u China, Rafale seolah tak berdaya menghadapi pesawat buatan China, J-10C.

Seperti dilaporkan media Prancis rfi.fr, 23 Mei 2025, saat bersiap memulai lawatan diplomatik ke Asia Tenggara, termasuk ke Indonesia, Emmanuel Macron pada Kamis (22/5/2025) menelepon pemimpin China, Xi Jinping.

Bukan membicarakan jatuhnya tiga Rafale India oleh pesawat Pakistan buatan China, tapi membicarakan kerja sama lain.

Langkah ini menyoroti upaya Prancis untuk mempermudah perdagangan dengan Beijing sekaligus memperkuat kehadiran diplomatiknya di kawasan Indo-Pasifik.

Macron mendesak kemajuan dalam sengketa perdagangan utama dan mendukung kerja sama yang lebih erat pada titik-titik konflik global seperti Ukraina dan Gaza.

Meskipun Macron sendiri tidak akan pergi ke China, setelah melakukan kunjungan kenegaraan ke sana pada April 2023, jangkauannya menandakan niat Prancis untuk tetap terlibat erat dengan Beijing.

Pembicaraan via telepon itu berpusat pada sekitar ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung antara China dan Uni Eropa (UE), khususnya yang berkaitan dengan tarif Beijing atas cognac Prancis.

Sejak Oktober 2024, otoritas China telah mengenakan bea antidumping pada brend Eropa.

Halaman:
Jumat, 23 Mei 2025 | 20:25 WIB
Presiden Prabowo Subianto saat masih menjabat Menteri Pertahanan RI bertemu Presiden Prancis, Emmanuel Macron di Prancis, Juli 2024. Macron akan mengunjungi Indonesia pada 27 sampai 29 Mei 2025 dan akan disambut Presiden Prabowo Subianto. (kemenhan.go.id)
Presiden Prabowo Subianto saat masih menjabat Menteri Pertahanan RI bertemu Presiden Prancis, Emmanuel Macron di Prancis, Juli 2024. Macron akan mengunjungi Indonesia pada 27 sampai 29 Mei 2025 dan akan disambut Presiden Prabowo Subianto. (kemenhan.go.id)

Langkah ini secara luas dipandang sebagai pembalasan atas tarif UE pada kendaraan listrik buatan Tiongkok.

Sengketa ini sangat memukul Prancis, karena ekspor cognac senilai 1,4 miliar (sekitar Rp 25,7 triliun) per tahun ke China telah mengalami kerugian 50 juta (sekitar Rp 920 miliar) per bulan.

“Investasi China disambut baik di Prancis,” tulis Macron di platform media sosial X setelah panggilan telepon tersebut.

“Namun, perusahaan kami harus menikmati persaingan yang adil di kedua negara,” tambahnya.

Ia juga mengatakan, kedua pemimpin telah sepakat untuk mendorong “secepat mungkin” guna menyelesaikan masalah cognac, sebuah tanda yang menggembirakan bagi produsen Prancis yang sangat menantikan terobosan baru.

Sementara itu, kunjungan Emmanuel Macron ke Indonesia pada 27 sampai 29 Mei 2025 sudah dikonfirmasi oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Roliansyah Soemirat.

"Saya dapat umumkan secara resmi bahwa Presiden Prabowo Subianto akan menerima kunjungan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang dijadwalkan pada 27 sampai 29 Mei 2025," jelasnya.

Menurutnya, kunjungan Macron dalam rangka memperingati 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia dengan Prancis.

Selanjutnya, kedua negara akan membahas peningkatan kemitraan untuk 25 tahun ke depan untuk menyongsong hubungan kerja sama 100 tahun Indonesia dan Prancis.

Secara detail, Roliansyah belum bisa menjelaskan apa yang akan dibahas oleh kedua pemimpin negara tersebut.

"Yang bisa saya sampaikan saat ini, beberapa isu kerja sama di bidang strategis akan dibahas," jelasnya.

Selain itu, beberapa nota kesepahaman dalam kerja sama kedua negara juga akan dibahas.

Hanya saja, detailnya baru bisa disampaikan pada saat kunjungan tersebut.

Sektor pertahanan merupakan bidang strategis penting yang mewarnai kerja sama Indonesia Prancis.

Halaman:
Jumat, 23 Mei 2025 | 20:25 WIB
Presiden Prabowo Subianto saat masih menjabat Menteri Pertahanan RI bertemu Presiden Prancis, Emmanuel Macron di Prancis, Juli 2024. Macron akan mengunjungi Indonesia pada 27 sampai 29 Mei 2025 dan akan disambut Presiden Prabowo Subianto. (kemenhan.go.id)
Presiden Prabowo Subianto saat masih menjabat Menteri Pertahanan RI bertemu Presiden Prancis, Emmanuel Macron di Prancis, Juli 2024. Macron akan mengunjungi Indonesia pada 27 sampai 29 Mei 2025 dan akan disambut Presiden Prabowo Subianto. (kemenhan.go.id)

Di bidang pertahanan, Indonesia dan Prancis melakukan kerja sama penting, setelah terjadi kontrak 42 Rafale dan dua kapal selam Scorpene.

Di tengah viralnya kejatuhan tiga Rafale India oleh pesawat J-10C yang dioperasikan Pakistan, pertemuan Emmanuel Macron dengan Prabowo Subianto akan menjadi sangat menarik di bidang pertahanan. ***

Halaman:

Posting Komentar

0 Komentar

728