Skip to main content
728

Intelijen Ukraina: Rusia Berencana Ajari China Cara Melawan Persenjataan AS dan NATO - Halaman all - TribunNews

 Dunia Internasional,

Intelijen Ukraina: Rusia Berencana Ajari China Cara Melawan Persenjataan AS dan NATO - Halaman all - TribunNews

TRIBUNNEWS.COM – Rusia disebut berencana melatih ratusan personel militer China tahun ini dengan berbagi pelajaran yang dipetik dari invasi yang masih berlangsung di Ukraina.

Menurut sumber dari badan intelijen utama Ukraina kepada Kyiv Post, para instruktur Rusia akan membahas metode menghadapi sistem persenjataan yang digunakan oleh pasukan Ukraina.

Persenjataan tersebut sebagian besar diproduksi oleh Amerika Serikat dan sekutu NATO.

"Rusia memutuskan untuk mengizinkan personel militer China mempelajari dan mengadopsi pengalaman tempur yang diperoleh Rusia dalam perangnya melawan Ukraina," ujar seorang sumber dari Direktorat Intelijen Pertahanan Ukraina kepada Kyiv Post.

Dari total 600 personel Tentara Pembebasan Rakyat China yang akan berlatih di pusat dan pangkalan militer Rusia, fokus khusus akan diberikan pada spesialis pertahanan udara, insinyur militer, serta operator artileri dan tank, menurut laporan tersebut.

Mengutip Newsweek, pelatihan ini diperkirakan akan semakin mempererat hubungan keamanan antara Rusia dan China.

Dalam beberapa tahun terakhir, kedua negara kerap menggelar latihan militer bersama.

Pelajaran dari medan perang tentang sistem persenjataan buatan AS, dinilai dapat memberikan keuntungan strategis bagi China dalam upayanya melampaui Amerika Serikat sebagai kekuatan militer utama di kawasan Indo-Pasifik.

Para analis keamanan mengatakan bahwa China telah memantau perang Rusia-Ukraina dengan seksama, termasuk bagaimana dunia memberikan respons terhadap konflik tersebut.

China disebut-sebut dapat menerapkan pelajaran dari perang itu dalam potensi invasi ke Taiwan, negara pulau dengan sistem demokrasi yang telah dijanjikan China akan dipersatukan kembali, dengan kekuatan militer jika diperlukan.

Meski China memposisikan dirinya sebagai pihak netral, para pemimpin NATO menyebut China sebagai "pendukung yang menentukan" bagi Rusia, mengingat aliran ekspor dan dukungan ekonomi dari China yang diyakini telah menopang Rusia selama perang.

Baca juga: NATO Siaga, Rusia Produksi Massal Rudal Hipersonik Oreshnik: Tembus 10 Kali Kecepatan Suara

Uni Eropa juga telah menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah perusahaan China karena diduga memasok komponen penting kepada produsen drone militer Rusia.

China membantah telah memasok senjata kepada salah satu pihak, dan bersikeras bahwa mereka menerapkan kontrol ketat terhadap ekspor barang-barang yang berpotensi digunakan untuk tujuan militer.

Kata Pakar

Alina Hrytsenko, spesialis hubungan internasional di Kementerian Pertahanan Ukraina, bersama Andras Rácz, peneliti senior di Dewan Hubungan Luar Negeri Jerman, menulis untuk Pusat Analisis Kebijakan Eropa:

"China masih membutuhkan Rusia sebagai sumber teknologi militer canggih di sejumlah sektor tertentu, khususnya rudal, kapal selam, dan peperangan elektronik, meskipun China diperkirakan akan segera melampaui Rusia di bidang-bidang ini."

"Latihan militer di berbagai tingkat komando kemungkinan besar juga akan terus berlanjut, karena Tentara Pembebasan Rakyat China ingin belajar dari pengalaman tempur Rusia di Ukraina maupun di medan perang terkini lainnya."

Perang Rusia-Ukraina yang Masih Berlanjut

Mengutip www.cfr.org, tiga tahun sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, Rusia masih menduduki sekitar 20 persen wilayah negara itu setelah berhasil merebut lebih dari 4.000 kilometer persegi wilayah tambahan sepanjang tahun 2024.

Rusia terus menggempur kota-kota Ukraina, sementara Ukraina membalas dengan serangan drone terhadap kapal dan kendaraan militer Rusia.

Menurut Kementerian Pertahanan Inggris, lebih dari satu juta tentara Rusia telah tewas atau terluka sejak invasi besar-besaran dimulai pada 24 Februari 2022.

Perkiraan ini sejalan dengan studi terbaru dari Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) di AS, yang memperkirakan jumlah kematian militer Rusia mencapai sekitar 250.000 jiwa, dan total korban, termasuk yang terluka, melebihi 950.000 orang.

Ukraina juga mengalami kerugian besar, dengan antara 60.000 hingga 100.000 personel tewas, dan total korban mencapai sekitar 400.000 jiwa.

Meskipun angka pasti sulit diverifikasi, media independen Rusia Mediazona telah mengidentifikasi lebih dari 111.000 nama personel militer Rusia yang tewas, berdasarkan catatan resmi, laporan media sosial, dan dokumentasi foto batu nisan.

Media tersebut meyakini bahwa jumlah korban jiwa yang sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Posting Komentar

0 Komentar

728