Skip to main content
728

Membaca Kondisi Kesehatan Mental dari Posisi Tidur: Mitos atau Fakta? - detik

 

Membaca Kondisi Kesehatan Mental dari Posisi Tidur: Mitos atau Fakta?

Benarkah posisi tidur mencerminkan kondisi kesehatan mental? Ini fakta dan mitos seputar hubungan posisi tidur dengan stres, kecemasan, dan kualitas tidur.

Membaca Kondisi Kesehatan Mental dari Posisi Tidur: Mitos atau Fakta?
Ilustrasi Tidur (©Freepik) (©@ 2025 merdeka.com)
ADVERTISEMENT

Apakah posisi tidur Anda mencerminkan kondisi kesehatan mental Anda? Beberapa video di TikTok mengklaim bahwa posisi tidur tertentu, seperti posisi pendaki gunung atau flamingo, dapat mengindikasikan sistem saraf yang aktif, mencerminkan tingkat stres tinggi dan ketidaknyamanan emosional. Namun, apakah klaim ini memiliki dasar ilmiah yang kuat? Mari kita telusuri lebih dalam.

Klaim ini memang menarik, tetapi bukti ilmiah yang mendukungnya masih sangat terbatas. Dilansir dari Verywell Health, Dr. Bruce Tammelin, Direktur Medis Pusat Gangguan Tidur Rumah Sakit Providence St. Joseph, menjelaskan bahwa penelitian tentang posisi tidur dan kaitannya dengan kondisi psikologis masih kontroversial. "Makalah asli tentang posisi tidur dilakukan oleh seorang psikiater pada akhir tahun 70-an, sehingga belum banyak dipelajari," ujarnya.

Alih-alih berfokus pada posisi tidur, penelitian terbaru lebih menekankan pada bagaimana kualitas tidur memengaruhi kesehatan fisik dan mental. Sebagai contoh, sebuah studi menunjukkan bahwa tidur menyamping dapat membantu membersihkan limbah dari otak, berpotensi mengurangi risiko penyakit Alzheimer.

Hubungan Antara Stres dan Kualitas Tidur

Penelitian telah menemukan hubungan yang signifikan antara stres dan kualitas tidur, terlepas dari posisi tidur seseorang. Ketika Anda mengalami stres, tubuh Anda merespons dengan mengaktifkan sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA), yang melepaskan kortisol, hormon penting dalam mengelola reaksi tubuh terhadap stres.

Kortisol, selain mengatur siklus tidur-bangun, juga membantu mengatur metabolisme dan mengurangi peradangan. Namun, kadar kortisol yang tinggi dalam waktu lama atau stres kronis dapat mengganggu proses-proses ini, yang menyebabkan peradangan, nyeri kronis, depresi, dan bahkan perkembangan penyakit Alzheimer dan Parkinson. Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal "Neurology", stres kronis dapat mempercepat penurunan kognitif dan meningkatkan risiko demensia.

Normalnya, kadar kortisol seharusnya menurun perlahan sepanjang hari. Ketika kadar kortisol tetap tinggi hingga malam hari, ketidakseimbangan hormon ini mengganggu produksi melatonin, hormon yang membantu tubuh tidur dengan nyenyak. Seiring waktu, kadar kortisol yang tinggi ini dapat menyebabkan gangguan tidur seperti insomnia dan memperburuk kecemasan dan depresi. Sebuah artikel di jurnal "Sleep Medicine Reviews" menyoroti bahwa insomnia kronis dapat meningkatkan risiko depresi hingga empat kali lipat.

Hal ini menciptakan siklus yang tidak sehat di mana stres menyebabkan tidur yang buruk, yang kemudian memperkuat stres dan membuatnya semakin sulit untuk tidur. Dr. Tammelin menambahkan, "Jika Anda tidak mendapatkan tidur yang sangat efisien dan tidak terfragmentasi, Anda dapat mengalami kecemasan atau depresi." Namun, pasien yang menerima pengobatan untuk masalah tidur mereka seringkali melihat peningkatan yang signifikan dalam kesehatan mental mereka.

ADVERTISEMENT

Gangguan Tidur dan Kesehatan Mental

Studi telah menemukan bahwa banyak gangguan tidur, termasuk sleep apnea, sindrom kaki gelisah, insomnia, narkolepsi, kantuk di siang hari, dan mimpi buruk, lebih sering terjadi pada orang yang mengalami kesulitan kesehatan mental. Orang dengan kondisi neurodivergen, terutama mereka yang menderita ADHD, sering menghadapi tantangan yang lebih besar dalam mendapatkan kualitas tidur yang baik karena kadar melatonin yang rendah di malam hari, masalah sensorik, atau sistem saraf yang lebih aktif.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam "Journal of Clinical Sleep Medicine" menemukan bahwa individu dengan ADHD memiliki risiko lebih tinggi mengalami insomnia dan gangguan tidur lainnya dibandingkan dengan populasi umum. Kurangnya tidur yang berkualitas dapat memperburuk gejala ADHD, seperti kesulitan berkonsentrasi dan hiperaktivitas.

Selain itu, perilaku tertentu di malam hari, seperti menggertakkan gigi dan menutupi telinga saat tidur, mungkin mengindikasikan aktivasi sistem saraf, tetapi tidak selalu mencerminkan tingkat stres Anda di siang hari. Dr. Kyoungbin K. Im, seorang psikiater bersertifikat yang berspesialisasi dalam pengobatan tidur dan profesor di UC Irvine, menjelaskan bahwa perilaku ini mungkin merupakan aktivasi atau reaksi terhadap stres fisik pada saat itu.

Namun, beberapa gangguan tidur, seperti berjalan saat tidur, teror malam, dan gangguan terkait gerakan lainnya, umumnya terlihat pada orang yang berada di bawah banyak tekanan. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan pola tidur Anda dan mencari bantuan profesional jika Anda mengalami gangguan tidur yang persisten.

Membaca Kondisi Kesehatan Mental dari Posisi Tidur: Mitos atau Fakta?
Ilustrasi Tidur Cukup Pexels/Miriam Alonso
ADVERTISEMENT

Tips Mengurangi Stres Sebelum Tidur

Jika stres mengganggu tidur Anda, membangun rutinitas tidur dan memasukkan teknik relaksasi sebelum tidur dapat membantu memberi sinyal pada tubuh Anda bahwa sudah waktunya untuk bersantai. Berikut adalah beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk membantu tubuh Anda mendapatkan istirahat yang dibutuhkan:

  1. Jauhkan pekerjaan dan aktivitas siang hari dari kamar tidur.
  2. Hindari apa pun yang merangsang dalam waktu tiga jam sebelum tidur.
  3. Praktikkan relaksasi otot progresif sebelum tidur.

Dengan modifikasi sederhana ini, Anda dapat menciptakan lingkungan tidur yang lebih tenang dan memungkinkan tubuh Anda untuk beristirahat dan memulihkan diri. Relaksasi otot progresif, misalnya, melibatkan penegangan dan pelepasan kelompok otot yang berbeda di tubuh Anda, yang dapat membantu mengurangi ketegangan fisik dan mental.

ADVERTISEMENT

Posisi Tidur Terbaik untuk Kondisi Kesehatan Tertentu

Meskipun posisi tidur mungkin tidak secara langsung terkait dengan kesehatan mental, beberapa posisi tidur dapat memengaruhi kondisi kesehatan fisik tertentu. Misalnya, tidur menyamping, terutama di sisi kiri, dapat membantu meningkatkan pencernaan dan mengurangi risiko mulas. Di sisi lain, tidur tengkurap dapat memperburuk sakit punggung dan leher.

Bagi orang yang mendengkur atau menderita sleep apnea, tidur menyamping juga dapat membantu membuka saluran udara dan mengurangi gangguan pernapasan. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap orang berbeda, dan posisi tidur terbaik untuk Anda mungkin bergantung pada preferensi pribadi dan kondisi kesehatan spesifik Anda.

Kesimpulannya, meskipun posisi tidur mungkin tidak secara langsung mengungkapkan kondisi kesehatan mental Anda, kualitas tidur yang baik sangat penting untuk kesejahteraan mental dan fisik. Jika Anda mengalami masalah tidur atau stres yang mengganggu tidur Anda, jangan ragu untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan.

ADVERTISEMENT

Posting Komentar

0 Komentar

728