Perusahaan Otomotif China Paksa Raksasa Jepang Banting Setir, Perang Harga Mobil Kini Makin Berdarah | Halaman Lengkap


Makin mudah baca berita nasional dan internasional.
Selasa, 24 Juni 2025 - 10:33 WIB
Perang harga semakin dirasakan di Indonesia dengan kehadiran merek-merek China. Foto: Sindonews/Muhamad Fadli Ramadan
- Medan perang industri otomotif Indonesia kini semakin brutal. Para "raja" dari Jepang, yang selama puluhan tahun duduk nyaman di singgasana, kini dipaksa untuk "banting setir" dan ikut dalam permainan perang harga yang dikobarkan oleh para penantang baru yang sangat agresif dari China.
Sinyal paling nyata dari kepanikan ini datang dari Honda. Varian tertinggi dan termahal dari SUV andalan mereka, Honda HR-V, yang sebelumnya dijual dengan harga premium, kini justru dilahirkan kembali dengan teknologi baru dan harga yang dipangkas secara signifikan. Ini bukan lagi sekadar strategi. Ini adalah sebuah pertarungan untuk bertahan hidup.
Saat Gengsi Dikalahkan oleh Realita Pasar
Langkah Honda untuk "membunuh" varian HR-V RS Turbo yang dibanderol Rp551 juta dan menggantinya dengan varian RS e:HEV seharga Rp488 juta adalah sebuah pengakuan telak. Mereka sadar, di hadapan gempuran mobil-mobil China yang kaya fitur dan berharga miring, gengsi dan harga tinggi bukan lagi sebuah pilihan.Fenomena ini disambut senyum oleh para pemain dari China. Mereka melihat ini sebagai sebuah kemenangan, sebuah bukti bahwa strategi mereka telah berhasil menggoyahkan kemapanan.
"Sebenarnya sudah dilakukan oleh beberapa brand, jadi ada penyesuaian harga. Tipe sama, harganya turun. Itu namanya kompetisi, kita tidak bisa hindari," kata Budi Darmawan, Direktur Pemasaran PT Chery Sales Indonesia (CSI), di Jakarta, seolah mengonfirmasi bahwa merekalah yang memulai "perang" ini.
'Jurus Mabuk' Harga Perkenalan
Lantas, apa rahasia di balik agresi para merek China ini? Budi Darmawan secara tidak langsung membocorkan "jurus mabuk" yang mereka gunakan: tawarkan harga perkenalan yang sangat rendah untuk "mengunci" pasar, lalu perlahan-lahan menaikkannya saat konsumen sudah terlanjur jatuh cinta.
"Pastinya ada (dampak buruk). Tentu di satu titik, tidak mungkin produsen mau jual rugi ya," ujarnya. "Kita naikkan (harga) sedikit-sedikit," ungkap Budi, membeberkan strategi di balik layar.
Contoh paling nyata adalah strategi harga Chery Tiggo 8 CSH. Mereka menawarkannya dengan harga "gila" Rp499 juta hanya untuk 1.000 pembeli pertama, sebelum harganya merangkak naik ke level Rp519 juta. Ini adalah cara cerdas untuk menciptakan hype dan merebut pangsa pasar dengan cepat.
Perang yang Memakan Korban?
Namun, di balik semua keriuhan ini, perang harga adalah sebuah pedang bermata dua. Di satu sisi, konsumen adalah pemenang utamanya. Mereka kini dimanjakan dengan banyak pilihan mobil canggih dengan harga yang lebih masuk akal.
Namun di sisi lain, ini adalah sebuah perlombaan menuju dasar (race to the bottom) yang berisiko. Apakah pemangkasan harga ini akan mengorbankan kualitas? Dan seberapa lama para produsen, baik dari China maupun Jepang, bisa bertahan dalam perang "bakar duit" ini sebelum ada yang menjadi korban?
Satu hal yang pasti, medan perang otomotif Indonesia kini telah berubah total. Para raksasa Jepang tidak bisa lagi tidur nyenyak. Mereka dipaksa untuk menari mengikuti irama genderang perang yang ditabuh oleh para naga dari Timur. Pertanyaannya kini bukan lagi siapa yang akan menang, melainkan siapa yangakanselamat.
(dan)
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,
Klik Disiniuntuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Infografis

BYD, Perusahaan Mobil Asal China yang Kalahkan Tesla
0 Komentar