Skip to main content
728

Profil USS Nimitz, Kapal Induk AS Hilang Kontak Dekat RI-Malaysia Bergerak ke Timur Tengah - Halaman all - Tribunnews

 Dunia Internasional, Konflik Timur Tengah

Profil USS Nimitz, Kapal Induk AS Hilang Kontak Dekat RI-Malaysia Bergerak ke Timur Tengah - Halaman all - Tribunnews

TRIBUNNEWS.COM, MALAYSIA - Kabar mengejutkan datang dari perairan antara Indonesia dan Malaysia, di mana kapal induk militer Amerika Serikat (AS), USS Nimitz (CVN-68), dilaporkan hilang sinyal.

Sistem pelacak otomatis atau transponder kapal raksasa ini tak lagi mengirimkan data lokasinya sejak 17 Juni 2025, memicu gelombang spekulasi dan kekhawatiran global.

Banyak pihak menduga kuat, USS Nimitz kini sedang dalam pergerakan menuju Timur Tengah, sebuah langkah strategis di tengah memanasnya ketegangan antara Iran dan Israel.

Baca juga: Kapal Induk USS Nimitz Bergerak ke Timur Tengah, AS Beri Sinyal Bakal Bantu Israel Hadapi Iran?

Misteri di Lautan: Hilangnya Sinyal USS Nimitz

Menurut data pelacakan kapal dari Marine Vessel Traffic, sinyal terakhir USS Nimitz tercatat pada 17 Juni 2025, sekitar pukul 09.03 WIB. 

Saat itu, kapal induk perkasa ini terlihat bergerak dengan kecepatan 19 knot pada jalur 313 derajat.

Namun, setelah titik koordinat tersebut, sinyal keberadaan kapal induk tersebut lenyap, mengindikasikan bahwa transpondernya telah dimatikan secara sengaja.

Meskipun tujuan akhir kapal tidak tertera dalam sistem pelacakan publik, arah pergerakan USS Nimitz dan kelompok tempurnya secara jelas mengarah ke Teluk Persia. 

Wilayah ini telah menjadi titik panas konflik yang terus memanas antara Iran dan Israel.

Spekulasi mengenai tujuan ini diperkuat oleh pernyataan seorang pejabat pertahanan AS kepada kantor berita Rusia, RIA Novosti, yang menyebut bahwa Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, telah menginstruksikan pemindahan USS Nimitz ke wilayah Komando Pusat (CENTCOM), yang mencakup Timur Tengah.

"Pemindahan ini bertujuan untuk memperkuat postur pertahanan AS dan melindungi personel militer Amerika yang berada di kawasan tersebut," ujar pejabat Pentagon itu, menekankan urgensi dari pergerakan kapal induk ini.

Langkah ini merupakan bagian dari respons militer AS yang lebih besar terhadap eskalasi di Timur Tengah, termasuk pengerahan lebih banyak jet tempur dan perpanjangan masa tugas pasukan udara yang telah ditempatkan.

Baca juga: 5 Pangkalan Terkenal AS di Timur Tengah, Personel Diimbau Kabur karena Bahaya Iran vs Israel

USS Nimitz (CVN-68): Simbol Kekuatan Maritim AS

USS Nimitz adalah kapal utama dari kelas Nimitz, jajaran sepuluh kapal induk bertenaga nuklir yang menjadi tulang punggung kekuatan Angkatan Laut AS (US Navy). 

Kelas kapal induk ini diberi nama untuk menghormati Laksamana Armada Chester William Nimitz, komandan Armada Pasifik AS yang legendaris.

Sebagai salah satu kapal perang terbesar yang pernah dibangun hingga kedatangan USS Gerald R. Ford pada tahun 2017, USS Nimitz memiliki dimensi yang mengesankan. 

Dengan panjang keseluruhan mencapai 333 meter dan bobot benaman lebih dari 100.000 ton, kapal ini adalah raksasa di lautan. Baloknya di permukaan air mencapai 41 meter, dengan lebar maksimum dek penerbangan antara 77,76 meter hingga 78,41 meter. 

Kapal ini mampu menampung hingga 3.200 kru, belum termasuk sayap pesawat yang terdiri dari sekitar 2.480 personel.

Alih-alih menggunakan propulsi turbin gas atau diesel-listrik, USS Nimitz ditenagai oleh dua reaktor air bertekanan A4W yang terpasang di kompartemen terpisah.

Reaktor-reaktor ini menghasilkan uap yang menggerakkan empat poros baling-baling, memungkinkannya mencapai kecepatan maksimum lebih dari 30 knot (56 km/jam) dan daya maksimum sekitar 260.000 shp (190 MW).

Keunggulan tenaga nuklir ini memungkinkan USS Nimitz beroperasi selama lebih dari 20 tahun tanpa perlu pengisian bahan bakar, serta diperkirakan memiliki masa kerja lebih dari 50 tahun.

Kapal induk ini pertama kali ditugaskan pada 3 Mei 1975. Sejak debutnya, kapal-kapal kelas Nimitz telah menjadi instrumen vital dalam banyak konflik dan operasi di seluruh dunia, termasuk Operasi Cakar Elang di Iran, Perang Teluk, serta keterlibatan terkini di Irak dan Afghanistan.

Baca juga: Kim Jong Un Berang, 4 Pejabat Korut Dilempar ke Bui Usai Gagal Luncurkan Kapal Perang

Kemampuan Pertahanan dan Serangan yang Tak Tertandingi

Dek penerbangan bersudut sembilan derajat pada USS Nimitz dirancang untuk mengoptimalkan operasi pesawat.

Pengaturan CATOBAR (Catapult Assisted Take-Off But Arrested Recovery) memungkinkan pesawat diluncurkan secara bersamaan menggunakan empat ketapel uap dan didaratkan menggunakan kabel penahan.

Ini tidak hanya mempercepat operasi dek penerbangan tetapi juga memungkinkan pengoperasian variasi pesawat yang jauh lebih luas dibandingkan dengan pengaturan STOVL (Short Take-Off and Vertical Landing) pada kapal induk yang lebih kecil.

Carrier Air Wing (CVW) yang biasanya ditempatkan di atas kapal induk ini terdiri dari sekitar 64 pesawat. Pesawat tempur utama adalah F/A-18E dan F/A-18F Super Hornet.

Selain itu, sayap udara kapal induk biasa dapat mencakup skuadron F/A-18C Hornet, EA-18G Growler untuk peperangan elektronik, E-2C/D Hawkeyes sebagai pesawat peringatan dini (AEW), serta helikopter SH-60F dan HH-60H Seahawk untuk misi anti-kapal selam.

Dalam hal persenjataan, USS Nimitz dilengkapi untuk menghadapi ancaman rudal dan pesawat musuh.

Ini termasuk dua atau tiga peluncur rudal RIM-7 Sea Sparrow NATO atau RIM-162 Evolved SeaSparrow Missile Mk 29, serta tiga atau empat Phalanx CIWS 20 mm.

Sistem pertahanan tambahan meliputi peluncur umpan MK36 Sippican SRBOC untuk mengganggu sensor rudal musuh, sistem pertahanan torpedo SSTDS, dan sistem penanggulangan torpedo AN/SLQ-25 Nixie.

Kapal induk ini juga menggunakan sistem jamming dan penipuan Radar AN/SLQ-32(V) untuk mendeteksi dan mengganggu sinyal radar musuh.

Total biaya konstruksi untuk setiap kapal kelas Nimitz sekitar $8,5 miliar pada tahun anggaran 2012, setara dengan sekitar $10,1 miliar pada tahun 2021.

Angka ini mencerminkan kompleksitas dan kemampuan luar biasa dari kapal-kapal induk ini.

Implikasi Geopolitik

Hilangnya sinyal USS Nimitz di perairan strategis antara Indonesia dan Malaysia, diikuti dugaan pergerakannya ke Timur Tengah, mengirimkan sinyal kuat mengenai kesiapan AS dalam menghadapi eskalasi konflik.

Ini bukan hanya menunjukkan komitmen Washington untuk melindungi kepentingannya, tetapi juga menjadi peringatan tegas bagi Teheran bahwa setiap ancaman terhadap personel atau fasilitas AS akan direspons dengan kekuatan penuh.

Dunia kini menanti perkembangan selanjutnya dari pergerakan kapal induk raksasa ini dan implikasinya terhadap dinamika geopolitik di Timur Tengah.

Posting Komentar

0 Komentar

728