Dunia Internasional,Konflik Timur tengah,
Usai Israel Perang dengan Iran, IDF Sebut Terlalu Dini untuk Nilai Kerusakan Program Nuklir Teheran - Halaman all - TribunNews


TRIBUNNEWS.COM - Israel dan Iran saling serang dalam konflik mereka, yang dimulai pada Jumat (13/6/2025).
Namun, Israel dan Iran telah menerima rencana gencatan senjata yang diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, Selasa (24/6/2025).
Sebelumnya konflik dimulai ketika Israel menyerang lokasi nuklir dan militer di Iran, dan kemudian Iran membalas dengan serangan udara yang menargetkan Israel.
Kini Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Brigjen Effie Defrin, mengatakan masih “terlalu dini” untuk menilai kerusakan pada program nuklir Iran pascaperang.
"Kami memenuhi semua tujuan operasi sebagaimana yang ditetapkan bagi kami, bahkan lebih baik dari yang kami perkirakan."
"Namun, masih terlalu dini untuk menentukannya, kami sedang menyelidiki hasil serangan terhadap berbagai bagian program nuklir," kata Defrin menanggapi pertanyaan dalam konferensi pers, Rabu (25/6/2025), dilansir The Times of Israel.
“Penilaiannya adalah kami telah merusak program nuklir secara signifikan, dan saya dapat mengatakan kami telah memundurkannya beberapa tahun,” jelasnya.
Terpisah, Kepala Staf IDF Letnan Jenderal Eyal Zamir mengatakan bahwa, “Kami telah menghambat proyek nuklir Iran selama bertahun-tahun, dan hal yang sama berlaku untuk program misilnya.”
Program Nuklir Iran
Dikutip dari BBC, Iran telah lama menegaskan bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai dan sipil.
Iran memiliki beberapa fasilitas di sekitar Iran, beberapa di antaranya telah menjadi sasaran serangan Israel.
Baca juga: Kementerian Luar Negeri RI: 48 WNI yang Dievakuasi dari Iran akan Tiba di Indonesia Hari Ini, 1 WNA
Tetapi banyak negara - termasuk Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) - tidak yakin program tersebut ditujukan untuk tujuan sipil semata.
Sebelumnya, dewan gubernur pengawas secara resmi menyatakan Iran melanggar kewajiban nonproliferasinya untuk pertama kalinya dalam 20 tahun.
Laporan itu mengutip "banyaknya kegagalan" Iran dalam memberikan jawaban lengkap tentang bahan nuklir yang tidak dideklarasikan dan persediaan uranium yang diperkaya.
Laporan IAEA sebelumnya mengatakan Iran telah memperkaya uranium hingga kemurnian 60 persen, mendekati tingkat senjata, untuk berpotensi membuat sembilan bom nuklir.
Konflik Israel-Iran Tewaskan Ratusan Orang
Di Israel, sebanyak 28 orang tewas dan lebih dari 1.000 orang terluka dalam perang tersebut.
Serangan Israel terhadap Iran telah menewaskan sebanyak 974 orang dan melukai 3.458 lainnya, menurut kelompok Aktivis Hak Asasi Manusia yang bermarkas di Washington.
Kelompok tersebut, yang telah memberikan angka korban terperinci dari kerusuhan Iran, mengatakan dari mereka yang tewas, mereka mengidentifikasi 387 warga sipil dan 268 personel pasukan keamanan.
Diberitakan AP News, AS telah mengevakuasi sekitar 250 warga negara Amerika dan anggota keluarga dekat mereka dari Israel melalui penerbangan pemerintah, militer, dan charter yang dimulai selama akhir pekan, kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri.
Ada sekitar 700.000 warga negara Amerika, sebagian besar dari mereka memiliki kewarganegaraan ganda AS-Israel, yang diyakini berada di Israel.
Sebagai informasi, Trump sempat menelepon Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu setelah pengeboman Amerika pada Minggu (22/6/2025) dan mengatakan kepadanya untuk tidak mengharapkan serangan militer AS tambahan dan bahwa ia harus mencari solusi diplomatik dengan Iran.
Posisi Trump adalah bahwa AS telah menghilangkan ancaman langsung apa pun yang ditimbulkan oleh Iran, menurut pejabat Gedung Putih, yang tidak berwenang berkomentar secara terbuka tentang pembicaraan diplomatik yang sensitif dan berbicara dengan syarat anonim.
Baca juga: Trump kepada Netanyahu: Misi AS Berakhir setelah Bantu Israel Ngebom Fasilitas Nuklir Iran

Israel menindaklanjuti serangan udara AS dengan memperluas jenis target yang diserangnya.
Setelah Teheran melancarkan serangan balasan terbatas pada Senin (23/6/2025) terhadap pangkalan militer AS di Qatar, Trump mengumumkan gencatan senjata.
Konflik yang berkepanjangan dapat berdampak ekonomi yang luas jika Iran menutup Selat Hormuz, jalur pelayaran utama.
China, yang merupakan mitra dagang terbesar Iran dan satu-satunya pelanggan minyak yang tersisa, mengecam serangan AS dan mengatakan khawatir tentang "eskalasi spiral" tanpa gencatan senjata.
Trump mengisyaratkan gencatan senjata akan memungkinkan minyak Iran terus mengalir, dengan mengatakan di media sosial bahwa China dapat terus membeli minyak mentah dari Iran.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
0 Komentar