China Getol Beli Logam Rusia di Tengah Sanksi Barat, Impor Nikel Naik 2 Kali Lipat | Sindonews
Dunia Internasional,
China Getol Beli Logam Rusia di Tengah Sanksi Barat, Impor Nikel Naik 2 Kali Lipat | Halaman Lengkap

Makin mudah baca berita nasional dan internasional.
Sabtu, 05 Juli 2025 - 13:47 WIB
China telah meningkatkan pembelian logam Rusia, ketika ekspor Moskow beralih ke Asia di tengah sanksi Barat. Foto/Dok Sputnik
-
Chinatelah meningkatkan pembelian
logam Rusia, ketika ekspor Moskow beralih ke Asia di tengah
sanksi Barat, mengutip data bea cukai terbaru. Amerika Serikat (AS) dan sekutunya menargetkan logam dasar Rusia yang termasuk dalam sanksi sebagai upaya menekan pendapatan Moskow di tengah konflik Ukraina.
China sejauh ini menjadi pembeli utama komoditas Rusia, dengan perdagangan secara keseluruhan antara kedua negara mencapai rekor tertinggi tahun lalu, melebihi USD240 miliar. Baca Juga: Di Luar Minyak, Nilai Dagang Iran-China Tembus Rp113 Triliun dalam Tiga Bulan
Impor China untuk aluminium Rusia melonjak hampir 56% secara year-on-year menjadi hampir satu juta ton antara Januari dan Mei. Sementara itu pembelian tembaga melonjak 66% dan impor nikel naik lebih dari dua kali lipat, menurut Trade Data Monitor.
Laporan tersebut mencatat bahwa meskipun produsen Rusia, Rusal dan Norilsk Nickel tidak berada di bawah sanksi Barat, akses mereka ke platform perdagangan global telah dibatasi.
Pada bulan April 2024, AS dan Inggris melarang London Metal Exchange (LME) dan Chicago Mercantile Exchange (CME) untuk menerima aluminium, tembaga, dan nikel yang berasal dari Rusia dan melarang impor logam tersebut. Washington sebelumnya telah memberlakukan bea 200% pada produk aluminium buatan Rusia, sementara Kanada menerapkan larangan penuh terhadap impor aluminium dan baja Rusia.
Awal tahun ini, UE (Uni Eropa) memperkenalkan larangan bertahap terhadap aluminium Rusia, dengan menetapkan kuota 275.000 ton yang berlaku hingga Februari 2026. Kremlin mengutuk sanksi tersebut sebagai tindakan "ilegal," dan memperingatkan bahwa sanksi itu akan kembali berdampak buruk pada mereka yang menjatuhkannya.
Langkah-langkah tersebut memicu lonjakan harga logam global, dimana aluminium mengalami lonjakan terbesar di LME dalam beberapa dekade terakhir. Sementara itu Moskow mengalihkan ekspor mereka ke Asia dan Timur Tengah di tengah pergeseran dari pasar Barat.
Menurut sumber terkait seperti dilansir Bloomberg, mengungkapkan bahwa Norilsk Nickel mulai meningkatkan penjualan ke China pada paruh kedua tahun 2024. Perusahaan ini juga dilaporkan bekerja sama dengan sebuah unit dari raksasa emas China, Shandong Gold, untuk memperluas pengiriman katoda tembaga ke negara tersebut.
Baca Juga: Eropa Diperingatkan, Sanksi Keras ke Rusia Bakal Jadi Senjata Makan Tuan
Produsen yang dikenakan sanksi seperti Russian Copper dan UMCC juga mungkin sedang mengirimkan logam ke China, kata sumber tersebut. CEO Norilsk Nickel, Vladimir Potanin menyatakan, bahwa perusahaan berencana untuk memindahkan beberapa operasional peleburan tembaga ke China untuk melindungi ekspor dari tekanan sanksi terhadap transaksi keuangan.
(akr)
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,
Klik Disiniuntuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Infografis

Rusia dan Korut Akan Menghadapi Sanksi Barat Bersama