Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dedolarisasi Dunia Internasional Featured India pinfo Rusia

    Dedolarisasi Gagal, Transaksi Minyak Rusia dan India Masih Tergantung Dolar AS | Sindonews

    5 min read

    Dunia Internasional,

    Dedolarisasi Gagal, Transaksi Minyak Rusia dan India Masih Tergantung Dolar AS | Halaman Lengkap

    logo-apps-sindo

    Makin mudah baca berita nasional dan internasional.

    Sabtu, 12 Juli 2025 - 19:38 WIB

    Dedolarisasi Gagal,...

    Transaksi minyak Rusia dan India sebagaian besar masih tergantung dengan dolar AS. FOTO/Reuters

    JAKARTA 

    - Upaya BRICS untuk melepaskan ketergantungan dari dolar AS dalam perdagangan energi terganjal kenyataan di lapangan. Dua anggota utama BRICS India dan Rusia, kini justru melakukan transaksi minyak dengan menggunakan mata uang Uni Emirat Arab (UEA) dirham, alih-alih menggunakan mata uang nasional masing-masing.

    Kesepakatan awal antara India dan Rusia pada 2022, menetapkan pembayaran minyak dan gas akan dilakukan menggunakan mata uang lokal rupee dan rubel dalam rangka mendukung agenda dedolarisasi. Sebagai implementasi, India membuka rekening Vostro untuk memungkinkan penyuling minyak Rusia menerima pembayaran dalam rupee.

    Namun, dalam perjalanannya, penggunaan rupee dan rubel terbukti tidak efektif. Kini, sebagian besar transaksi minyak antara kedua negara justru dilakukan dengan menggunakan dirham UEA, yang ironisnya dipatok langsung terhadap dolar AS dengan nilai tetap 3,67 dirham per dolar.

    Baca Juga: Nilai Dagang China-BRICS Tembus Rp10.489 Triliun, Indonesia dan Brasil Jadi Mitra Strategis

    Sumber dari kalangan Pemerintah India menyebutkan, perubahan ini merupakan dampak dari sanksi ketat Amerika Serikat terhadap Rusia, yang menyebabkan penyulingan minyak India harus bertransaksi dengan pedagang perantara berbasis di UEA.

    "Meskipun ada kesepakatan awal, India tidak lagi membeli minyak langsung dari Rusia, melainkan melalui para pedagang Asia Barat. Hal ini menyebabkan pembayaran dilakukan dalam dirham, bukan lagi rupee maupun rubel," ungkap seorang sumber kepada Mint, Sabtu (12/7).

    Sumber lain yang memahami situasi ini menyebutkan penggunaan dirham dianggap lebih praktis karena sifatnya yang dapat dikonversikan secara bebas, berbeda dengan rubel Rusia yang terkena pembatasan transaksi global.

    Selain itu, diskon untuk minyak Rusia yang sebelumnya menarik minat pembeli India juga semakin menurun. Hal ini menyebabkan penyulingan milik Pemerintah India lebih memilih pasokan dari pedagang yang memberikan kemudahan transaksi dan kestabilan mata uang.

    Kondisi ini menunjukkan bahwa inisiatif dedolarisasi yang digaungkan BRICS, terutama oleh Rusia dan India, masih menghadapi tantangan besar dalam implementasinya, terutama dalam menghadapi dominasi infrastruktur keuangan berbasis dolar.

    "Masalah pembayaran sempat muncul, namun kini telah diselesaikan," ujar sumber tersebut. Kondisi ini menandakan, meskipun kendala teknis telah ditangani, tantangan strategis masih terus berlangsung.

    Baca Juga: India Menjauh dari BRICS, Amankan Kesepakatan Dagang dengan AS

    Dominasi dolar AS dalam perdagangan global tetap kuat, bahkan ketika negara-negara anggota BRICS berupaya menciptakan sistem keuangan alternatif yang lebih otonom dan multipolar. Langkah India dan Rusia yang kini menggunakan dirham secara luas justru memberi keuntungan kepada UEA dan secara tidak langsung memperkuat posisi dolar AS, mengingat dirham tetap terikat secara langsung dengan mata uang Amerika Serikat.

    Situasi ini mencerminkan kompleksitas geopolitik dan ekonomi global, di mana upaya negara-negara berkembang untuk menciptakan tatanan finansial baru masih memerlukan waktu, konsistensi, serta infrastruktur keuangan yang memadai.

    (nng)

    Iklan - Scroll untuk melanjutkan

    Iklan - Scroll untuk melanjutkan

    wa-channel

    Follow WhatsApp Channel SINDOnews untuk Berita Terbaru Setiap Hari

    Follow

    Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,

     Klik Disini 

    untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!

    Infografis

    Presiden AS Donald Trump...

    Presiden AS Donald Trump Kecam Serangan India ke Pakistan

    Komentar
    Additional JS