Jelang KTT 2025 di Brasil, India Tegas Tolak Pembentukan Mata Uang BRICS | SINDONEWS Lengkap
Jelang KTT 2025 di Brasil, India Tegas Tolak Pembentukan Mata Uang BRICS | Halaman Lengkap

Makin mudah baca berita nasional dan internasional.
Jum'at, 04 Juli 2025 - 07:34 WIB
Para pemimpin menghadiri Forum Bisnis BRICS di China pada 4 September 2017. FOTO/Reuters
- Pemerintah India secara tegas menyatakan tidak akan mendukung pembentukan mata uang bersama BRICS, aliansi ekonomi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Sikap tersebut disampaikan langsung oleh dua pejabat tinggi India menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS ke-17 yang akan digelar di Rio de Janeiro pada 6–7 Juli 2025.
Menteri Perdagangan India, Piyush Goyal, menegaskan posisi negaranya sejak Februari lalu. "Kami tidak mendukung mata uang BRICS manapun," ujar dia, dikutip dari Watcher Guru, Jumat (4/7).
Pernyataan itu diperkuat oleh Menteri Luar Negeri India, S. Jaishankar, yang mengatakan, "Saya rasa tidak ada kebijakan dari pihak kami untuk menggantikan dolar AS."
Baca Juga: Xi Jinping dan Putin Absen KTT BRICS 2025 di Brasil, Ada Apa?
Pernyataan ini dinilai sebagai isyarat diplomatik yang ditujukan langsung kepada dua kekuatan utama dalam BRICS, yaitu China dan Rusia. India ingin menegaskan bahwa mereka tidak akan ikut dalam wacana dedolarisasi yang menjadi agenda strategis sebagian anggota BRICS lainnya.
Sikap India mencerminkan dinamika internal BRICS yang semakin kompleks. Di tengah dorongan untuk memperluas kerja sama ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada dolar AS, negara-negara anggota justru menunjukkan perbedaan visi dan kepentingan nasional. Tidak ada kebijakan tunggal yang bisa diterapkan secara seragam di antara anggota BRICS, karena masing-masing negara memiliki orientasi ekonomi dan geopolitik yang berbeda.
CEO Wisdom Hatch dan analis keuangan Akshat Shrivastava menilai sikap pemerintah India sebagai langkah cerdas menjelang KTT di Brasil.
"India telah mengambil posisi yang jelas dan strategis," kata Akshat dalam unggahan videonya. Ia menilai bahwa ketergantungan pada dolar AS justru memberikan keuntungan besar bagi India, terutama dalam sektor jasa dan teknologi informasi.
India diketahui menjadi tujuan utama alih daya (outsourcing) sektor IT dari perusahaan-perusahaan Amerika dan Eropa. Jika India meninggalkan dolar, maka stabilitas ekspor jasa digitalnya akan terganggu dan bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
"Dengan Amerika Serikat, kita memiliki peluang untuk mengekspor. Sementara dengan Tiongkok, peluang kita sangat terbatas karena mereka adalah eksportir netto," ujar Akshat.
Ia juga menekankan bahwa kota-kota seperti Pune dan Hyderabad tumbuh pesat karena ekspor jasa IT ke pasar Barat. Menurutnya, India saat ini menyumbang sekitar 3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) dunia, sementara Amerika Serikat menyumbang 27 persen.
"Kita harus memilih dengan cermat. Hubungan dagang dengan AS memberi kita peluang nyata untuk tumbuh," jelasnya.
Baca Juga: Bos Industri Jerman: Uni Eropa Bisa Jadi Provinsi China
Sementara, ide pembentukan mata uang BRICS terus didorong oleh China dan Rusia sebagai upaya melawan dominasi dolar dalam perdagangan global. Namun, India tampak lebih berhati-hati dan memilih menjaga hubungan ekonomi strategis dengan negara-negara Barat.
Langkah India ini dinilai bukan hanya sebagai strategi ekonomi, tetapi juga cerminan posisi geopolitik yang semakin condong ke arah kemitraan global yang lebih inklusif dan pragmatis, ketimbang blok-blok eksklusif berbasis ideologi tertentu.
KTT BRICS di Brasil pekan ini akan menjadi momen penting dalam mengukur arah dan soliditas aliansi ekonomi tersebut, sekaligus menjadi panggung bagi India untuk menegaskan kedaulatan kebijakan ekonominya di tengah ketegangan global.
(nng)
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,
Klik Disiniuntuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Infografis

Nambah Kekuatan, 9 Negara Bakal Jadi Mitra BRICS di 2025