Trump Ultimatum Rusia Lagi: Akhiri Perang Ukraina dalam 10-12 Hari, atau... | Sindonews
Dunia Internasional, Konflik Rusia Ukraina,
Trump Ultimatum Rusia Lagi: Akhiri Perang Ukraina dalam 10-12 Hari, atau... | Halaman Lengkap

Makin mudah baca berita nasional dan internasional.
Selasa, 29 Juli 2025 - 06:52 WIB
Trump mengultimatum Rusia lagi agar akhiri perangnya melawan Ukraina dalam waktu 10 hingga 12 hari. Jika menolak, sanksi besar akan dijatuhkan. Foto/Screenshot video USA Today
- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali mengultimatum
Rusiaagar mengakhiri
perang melawan Ukrainadalam waktu 10 hingga 12 hari ke depan. Sebelumnya, dia memberi batas waktu 50 hari bagi Moskow untuk mengakhiri perang.
Trump memperingatkan Rusia untuk mencapai kesepakatan damai dengan Ukraina dalam waktu yang singkat tersebut atau akan menghadapi sanksi baru yang lebih berat.
"Saya akan menetapkan batas waktu baru sekitar 10 atau 12 hari dari hari ini. Tidak ada alasan untuk menunggu. Saya ingin bermurah hati, tetapi kita tidak melihat kemajuan apa pun," kata Trump kepada wartawan pada hari Senin di Skotlandia. Dia duduk bersama Perdana Menteri Inggris Keir Starmer saat menyampaikan ultimatum terbaru tersebut.
Baca Juga: Trump Ultimatum Rusia: Akhiri Perang Ukraina atau Dihajar Tarif 100%!
Dalam ultimatum awal, pemimpin Amerika itu memberi Rusia waktu 50 hari untuk bernegosiasi guna mengakhiri perang melawan Ukraina. Jika menolak, Trump mengancam akan mengenakan tarif 100% atas impor Rusia dan sanksi sekunder terhadap negara dan perusahaan yang terus berdagang dengan Rusia. Batas waktu awal tersebut seharusnya berakhir pada awal September mendatang.
Trump mengatakan dia sangat kecewa dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan mengeklaim bahwa Putin hampir mencapai gencatan senjata dalam lima kesempatan terpisah. "Saya telah banyak berbicara dengan Presiden Putin—saya berhubungan baik dengannya," ujarnya, yang dilansir Russia Today, Selasa (29/7/2025).
Ultimatum tersebut, yang pertama kali dikeluarkan pada 14 Juli, juga mencakup peringatan bahwa AS akan melanjutkan pengiriman senjata ke Ukraina, yang sebagian didanai oleh anggota NATO, jika gencatan senjata tidak tercapai dalam jangka waktu tersebut.
Moskow telah menanggapi dengan menegaskan kembali kesediaannya untuk bernegosiasi tetapi mengatakan bahwa setiap perundingan harus mempertimbangkan realitas di lapangan dan akar penyebab konflik. Para pejabat Rusia telah menepis ancaman sanksi Trump sebagai tindakan kontraproduktif.
"Sinyal-sinyal ini hanya akan memperpanjang perang," ujar Kementerian Luar Negeri Rusia awal bulan ini, mendesak Washington untuk menekan Kyiv.
Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov telah menyatakan bahwa sanksi baru sekalipun tidak akan mengubah arah Rusia, dan menegaskan bahwa negara itu akan terus bergerak di jalur independen, berdaulat, dan berkelanjutan.
Sementara itu, negosiasi langsung antara Moskow dan Kyiv dilanjutkan di Istanbul pada bulan Mei, setelah terhenti selama hampir tiga tahun. Putaran perundingan terakhir berlangsung minggu lalu, dengan kemajuan yang cukup signifikan dalam isu-isu kemanusiaan, termasuk kesepakatan pertukaran tawanan perang dan warga sipil. Namun, tidak ada terobosan dalam gencatan senjata yang dicapai.
Trump sebelumnya tidak mengesampingkan kemungkinan menjatuhkan sanksi sebelum batas waktunya, dengan mengatakan minggu lalu bahwa tindakan dapat dilakukan kapan saja.
(mas)
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,
Klik Disiniuntuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Infografis

3 Alasan Ukraina Selalu Didukung Barat dalam Melawan Rusia