Blok Teluk Setujui Langkah Pertahanan Baru setelah Serangan Israel ke Qatar - SINDOnews
2 min read
Dunia Internasional, Konflik Timur Tengah,
Blok Teluk Setujui Langkah Pertahanan Baru setelah Serangan Israel ke Qatar
Sabtu, 20 September 2025 - 00:01 WIB
Pertemuan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC). Foto/anadolu
A
A
A
DOHA - Para menteri pertahanan (menhan) Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) mengumumkan serangkaian langkah pada hari Kamis (18/9/2025) untuk memperkuat keamanan kolektif. Langkah ini diambil setelah serangan udara Israel pada 9 September di Qatar.
Dalam pernyataan bersama, Dewan Pertahanan Gabungan Teluk menyatakan para anggotanya sepakat meningkatkan pembagian intelijen melalui Komando Militer Terpadu, menyediakan gambaran operasi udara bersama di seluruh Teluk, dan mempercepat pengerjaan sistem peringatan dini rudal balistik gabungan.
Para menteri, yang bertemu di Doha, juga mendukung pembaruan rencana pertahanan gabungan, mengadakan latihan koordinasi antara pusat operasi dan pusat pertahanan udara dalam waktu tiga bulan, dan melakukan latihan udara skala besar.
Mereka berjanji menghubungkan sistem pertahanan nasional lebih erat guna melawan "potensi ancaman atau tindakan agresi apa pun."
Dipimpin Wakil Perdana Menteri Qatar sekaligus Menteri Pertahanan Khalid bin Mohamed Al-Attiyah, sidang darurat tersebut mempertemukan para pejabat senior dari Uni Emirat Arab, Bahrain, Kuwait, Arab Saudi, dan Oman.
Dewan tersebut mengutuk "dengan sekeras-kerasnya serangan militer berbahaya ini," menyebut serangan Israel di Doha sebagai "eskalasi serius" dan "pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan Piagam PBB."
“Serangan terhadap Qatar, merupakan serangan terhadap semua negara GCC," papar pernyataan bersama itu.
Para menteri berjanji mendukung segala langkah yang diambil Doha untuk menjaga kedaulatan dan integritas teritorialnya, sekaligus memperingatkan serangan itu juga merusak upaya mediasi Qatar untuk menengahi gencatan senjata di Gaza.
Pernyataan tersebut menyusul pertemuan terpisah para panglima militer Teluk di Doha pada hari Rabu, yang berfokus pada peningkatan pencegahan dan peninjauan ancaman regional.
Serangan udara Israel pada 9 September di Doha menewaskan lima anggota Hamas dan seorang perwira keamanan Qatar, yang memicu kecaman keras dari Qatar, yang bersumpah untuk meminta pertanggungjawaban dan menekankan haknya untuk mempertahankan kedaulatannya.
Serangan itu terjadi bahkan ketika Doha, bersama Mesir dan AS, sedang memediasi perundingan tidak langsung antara Hamas dan Israel untuk gencatan senjata Gaza dan pertukaran tahanan.
Baca juga: Komunikasi Lumpuh di Kota Gaza, 800.000 Warga Palestina Terisolir seiring Gempuran Israel
Dalam pernyataan bersama, Dewan Pertahanan Gabungan Teluk menyatakan para anggotanya sepakat meningkatkan pembagian intelijen melalui Komando Militer Terpadu, menyediakan gambaran operasi udara bersama di seluruh Teluk, dan mempercepat pengerjaan sistem peringatan dini rudal balistik gabungan.
Para menteri, yang bertemu di Doha, juga mendukung pembaruan rencana pertahanan gabungan, mengadakan latihan koordinasi antara pusat operasi dan pusat pertahanan udara dalam waktu tiga bulan, dan melakukan latihan udara skala besar.
Mereka berjanji menghubungkan sistem pertahanan nasional lebih erat guna melawan "potensi ancaman atau tindakan agresi apa pun."
Dipimpin Wakil Perdana Menteri Qatar sekaligus Menteri Pertahanan Khalid bin Mohamed Al-Attiyah, sidang darurat tersebut mempertemukan para pejabat senior dari Uni Emirat Arab, Bahrain, Kuwait, Arab Saudi, dan Oman.
Dewan tersebut mengutuk "dengan sekeras-kerasnya serangan militer berbahaya ini," menyebut serangan Israel di Doha sebagai "eskalasi serius" dan "pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan Piagam PBB."
“Serangan terhadap Qatar, merupakan serangan terhadap semua negara GCC," papar pernyataan bersama itu.
Para menteri berjanji mendukung segala langkah yang diambil Doha untuk menjaga kedaulatan dan integritas teritorialnya, sekaligus memperingatkan serangan itu juga merusak upaya mediasi Qatar untuk menengahi gencatan senjata di Gaza.
Pernyataan tersebut menyusul pertemuan terpisah para panglima militer Teluk di Doha pada hari Rabu, yang berfokus pada peningkatan pencegahan dan peninjauan ancaman regional.
Serangan udara Israel pada 9 September di Doha menewaskan lima anggota Hamas dan seorang perwira keamanan Qatar, yang memicu kecaman keras dari Qatar, yang bersumpah untuk meminta pertanggungjawaban dan menekankan haknya untuk mempertahankan kedaulatannya.
Serangan itu terjadi bahkan ketika Doha, bersama Mesir dan AS, sedang memediasi perundingan tidak langsung antara Hamas dan Israel untuk gencatan senjata Gaza dan pertukaran tahanan.
Baca juga: Komunikasi Lumpuh di Kota Gaza, 800.000 Warga Palestina Terisolir seiring Gempuran Israel
(sya)