Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Istimewa Spesial

    Efek Dahsyat Rp 200 Triliun! Konsumsi Meledak 5,8%, Ekonomi Indonesia Siap Melaju di Akhir 2025 - VIVA

    7 min read

     

    Efek Dahsyat Rp 200 Triliun! Konsumsi Meledak 5,8%, Ekonomi Indonesia Siap Melaju di Akhir 2025

    Rabu, 15 Oktober 2025 - 16:43 WIB
    Oleh :

    Sumber :
      Share :

      Kemenkeu ungkap efek stimulus Rp 200 triliun: penjualan ritel naik 5,8%, tertinggi 18 bulan terakhir. APBN KiTa Oktober 2025 bukti ekonomi RI bangkit kuat!

      Jakarta, WISATA - Konferensi Pers Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) KiTa edisi Oktober 2025 menjadi salah satu momen paling ditunggu pelaku ekonomi dan pengamat pasar. Dalam laporan tersebut, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) membeberkan hasil nyata dari strategi fiskal yang berani—suntikan stimulus Rp 200 triliun yang ternyata sukses menghidupkan kembali mesin konsumsi nasional.

      Dipimpin langsung oleh Menteri Keuangan (Menkeu) bersama jajaran direktur jenderal, laporan ini menegaskan bahwa perekonomian Indonesia tidak hanya selamat dari tekanan global, tapi juga mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan yang mengesankan menjelang akhir tahun.

      Konsumsi Meledak 5,8%, Daya Beli Masyarakat Bangkit

      Dalam laporan tersebut, Menkeu mengumumkan kabar gembira: penjualan ritel nasional melonjak 5,8% pada September 2025, menjadi angka tertinggi dalam 18 bulan terakhir.

      "Ini betul angkanya, dan ini adalah yang tertinggi dalam satu setengah tahun terakhir," ujar Menkeu dengan nada optimistis.

      Kenaikan signifikan ini menjadi sinyal kuat bahwa daya beli masyarakat pulih dengan cepat setelah sempat melambat akibat tekanan ekonomi global. Pertumbuhan penjualan ritel merupakan salah satu indikator paling akurat untuk menilai semangat konsumsi rumah tangga—motor utama perekonomian Indonesia.

      PMI Manufaktur Kembali ke Zona Ekspansi

      Kebangkitan konsumsi ini ternyata diikuti geliat sektor produksi. Indeks PMI manufaktur kembali masuk ke zona ekspansi, menandakan meningkatnya aktivitas industri dan permintaan barang.

      Menkeu menegaskan bahwa tren konsumsi yang meningkat akan berdampak langsung terhadap kinerja manufaktur dan investasi. Dengan begitu, roda ekonomi nasional kini berputar serempak dari sisi permintaan dan pasokan.

      Menurut para analis, kombinasi ini menjadi fondasi kuat bagi pertumbuhan ekonomi di kuartal keempat tahun 2025, saat banyak negara lain justru masih bergulat dengan perlambatan ekonomi.

      Rahasia di Balik Lonjakan: Stimulus Rp 200 Triliun

      Ledakan konsumsi dan pergerakan industri yang positif ternyata bukan kebetulan. Pemerintah melalui Kemenkeu sebelumnya menyalurkan Rp 200 triliun kas negara ke Bank Himbara sebagai langkah strategis untuk menjaga likuiditas ekonomi.

      Hasilnya langsung terasa di berbagai lini:

      1.     Pertumbuhan uang beredar (M0) naik hingga 13,2%, menandakan meningkatnya jumlah uang di masyarakat dan sektor usaha.

      2.     Suku bunga antarbank seperti JIBOR 7 hari turun dari 5,17% menjadi 4,86%, membuat biaya pinjaman lebih murah dan kredit lebih mudah diakses.

      3.     Permintaan kredit perbankan meningkat, terutama dari sektor perdagangan, industri pengolahan, dan konsumsi rumah tangga.

      Langkah ini berhasil menurunkan tekanan di sektor keuangan dan memberi dorongan besar bagi perekonomian domestik. “Kelihatannya strategi saya betul, demand-nya mulai tumbuh lagi,” ujar Menkeu dengan nada puas.

      Stabilitas Fiskal Tetap Terjaga

      Meski mendorong stimulus besar, kondisi fiskal negara tetap dalam posisi sehat. Hingga akhir September 2025, defisit anggaran hanya 1,56% terhadap PDB, jauh di bawah target 2,78%. Bahkan, keseimbangan primer mencatat surplus Rp 18 triliun, menandakan pengelolaan APBN yang hati-hati dan berkelanjutan.

      Selain itu, biaya modal utang juga mencatat sejarah baru. Tingkat bunga SBN 10 tahun kini hanya 6,09%, jauh lebih rendah dari asumsi APBN sebesar 7%. Capaian ini menunjukkan kepercayaan investor yang tinggi terhadap kredibilitas fiskal dan prospek ekonomi Indonesia.

      Dengan biaya utang rendah dan defisit terkendali, ruang fiskal pemerintah terbuka lebar untuk mengakselerasi belanja produktif di akhir tahun.

      Tantangan: Percepatan Belanja dan Efektivitas Penyerapan

      Meski capaian makroekonomi menggembirakan, Kemenkeu tetap menghadapi pekerjaan rumah. Realisasi belanja negara hingga September baru mencapai 63,4% dari total outlook, menyisakan Rp 1.292,7 triliun yang harus diserap hingga Desember.

      Menkeu memberi peringatan tegas kepada kementerian/lembaga yang lambat menyerap anggaran. Bila hingga akhir Oktober tidak menunjukkan progres, anggaran berpotensi direalokasi ke sektor lain yang lebih produktif, seperti infrastruktur, energi, dan UMKM.

      Langkah ini penting untuk memastikan setiap rupiah belanja negara benar-benar memberi efek pengganda bagi perekonomian.

      Sinyal Kebijakan Baru: PPN Bisa Turun?

      Menariknya, di penghujung konferensi, Menkeu memberikan sinyal mengejutkan. Ia menyebut sedang mempelajari kemungkinan penurunan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi lebih rendah.

      Wacana ini muncul sebagai bagian dari upaya menjaga daya beli masyarakat dan mempertahankan momentum pertumbuhan di 2026. Jika terealisasi, kebijakan ini berpotensi meningkatkan konsumsi sekaligus memperkuat iklim usaha domestik.

      Indonesia Jadi Sorotan Positif Dunia

      Secara keseluruhan, APBN KiTa Oktober 2025 memperlihatkan gambaran ekonomi Indonesia yang kokoh di tengah ketidakpastian global. Stimulus fiskal berhasil menggairahkan konsumsi, defisit terkendali, dan investor tetap menaruh kepercayaan tinggi terhadap pemerintah.

      Dengan langkah kebijakan yang cermat, Indonesia berhasil menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan stabilitas, menjadikannya salah satu negara berkembang dengan performa fiskal terbaik di Asia.

      Optimisme ini menjadi sinyal bahwa Indonesia bukan hanya bertahan, tetapi juga siap melaju lebih cepat menuju pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

      Sumber Artikel:
      Konferensi Pers Menteri Keuangan Terkait APBN KiTa Oktober 2025 | tvOne | Kementerian Keuangan RI

      Share :
      Komentar
      Additional JS