Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Inflasi Istimewa Spesial Wisata Wisata Indonesia

    Aktivitas Ekonomi Meningkat, Didorong Sektor Pariwisata dan Stabilitas Inflasi - SINDOnews

    3 min read

     

    Aktivitas Ekonomi Meningkat, Didorong Sektor Pariwisata dan Stabilitas Inflasi

    Selasa, 11 November 2025 - 20:20 WIB


    Aktivitas Ekonomi Meningkat,...
    Aktivitas ekonomi Indonesia semakin menggeliat tercermin dari meningkatnya pergerakan wisatawan baik dari mancanegara maupun domestik. FOTO/dok.SindoNews
    A
    A
    A
    JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat aktivitas ekonomi Indonesia semakin menggeliat tercermin dari meningkatnya pergerakan wisatawan baik dari mancanegara maupun domestik.

    Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengatakan geliat pariwisata menjadi salah satu pendorong utama ekonomi nasional pada triwulan III-2025. Sektor-sektor yang berkaitan langsung dengan pariwisata, seperti jasa hiburan dan rekreasi, transportasi dan pergudangan, serta akomodasi, makanan, dan minuman, mencatat pertumbuhan tinggi masing-masing 9,92%, 8,62%, dan 8,4% secara tahunan.

    "Pariwisata terus menjadi penggerak signifikan dalam menjaga momentum ekonomi. Tingginya mobilitas wisatawan turut mendorong konsumsi masyarakat di berbagai daerah," ujar Pudji dalam pernyataannya, dikutip Selasa (10/11).



    BPS melaporkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada September 2025 mencapai 1,39 juta kunjungan, naik 9,04% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat sebanyak 1,28 juta kunjungan. Secara kumulatif, total wisman sepanjang Januari–September 2025 mencapai 11,43 juta kunjungan atau meningkat 10,22% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    Wisatawan asal Malaysia tercatat mendominasi dengan porsi 19,5%, disusul Australia 11,7% dan Singapura 8,5%. Rata-rata pengeluaran per kunjungan pada triwulan III mencapai USD1.297,31, dengan lama tinggal sekitar 10,7 malam.

    Baca Juga: Indonesia Catat Surplus Beras Tertinggi, AS Dihantam Krisis Pangan

    Tak hanya wisatawan asing, wisatawan nusantara (wisnus) juga menunjukkan peningkatan signifikan. Pada September 2025, jumlah perjalanan wisnus mencapai 94,36 juta perjalanan, naik 13,19% dibandingkan tahun lalu. Secara kumulatif hingga September 2025, jumlah perjalanan wisnus menembus 901,9 juta atau tumbuh 18,99% secara tahunan.

    "Pertumbuhan pergerakan wisatawan domestik menjadi bukti bahwa daya beli dan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi terus meningkat," tutur Pudji.

    Inflasi Terjaga

    Seiring meningkatnya aktivitas ekonomi, BPS juga mencatat tekanan inflasi pada Oktober 2025 sebesar 0,28% secara bulanan (month-to-month/mtm). Inflasi tercatat 2,86% secara tahunan, sementara inflasi tahun kalender mencapai 2,10%.

    Pudji menyebutkan, angka inflasi Oktober 2025 merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir untuk periode yang sama. "Secara historis, Oktober selalu mencatat inflasi, kecuali pada 2022 yang sempat mengalami deflasi," ujarnya.

    Kelompok pengeluaran dengan sumbangan terbesar terhadap inflasi adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya yang mengalami kenaikan 3,05%, memberikan andil inflasi 0,21%. Komoditas yang dominan mendorong inflasi kelompok ini ialah emas perhiasan.

    Secara komponen, inflasi Oktober 2025 terutama dipengaruhi oleh komponen inti dengan andil 0,25%. Komoditas yang dominan memberikan kontribusi adalah emas perhiasan dan biaya kuliah perguruan tinggi. Komponen harga yang diatur pemerintah memberikan andil 0,02%, dengan pendorong utama sigaret kretek mesin (SKM) dan tarif angkutan udara.

    Menurut wilayah, sebanyak 26 provinsi mengalami inflasi, sedangkan 12 provinsi mencatat deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Banten sebesar 0,57%, sementara deflasi terdalam terjadi di Papua Pegunungan sebesar 0,92%.

    Baca Juga: Ekonomi Indonesia Tetap Tangguh di Tengah Guncangan Global

    Secara tahunan, seluruh provinsi mengalami inflasi, dengan tertinggi di Sumatera Utara sebesar 4,97% dan terendah di Papua sebesar 0,53%. Penyumbang utama inflasi tahunan berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang naik 4,99% dengan komoditas utama cabai merah dan emas perhiasan.

    Pudji menambahkan, kondisi inflasi yang terkendali di bawah 3% menunjukkan stabilitas harga masih terjaga meski aktivitas ekonomi meningkat. "Keseimbangan ini penting agar pertumbuhan ekonomi yang ditopang sektor pariwisata tidak diikuti tekanan harga berlebihan," jelasnya.

    Inflasi yang masih dalam sasaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi yang solid di angka 5,04% di triwulan III, BPS menilai prospek ekonomi Indonesia hingga akhir tahun tetap positif. Dorongan dari pariwisata, konsumsi rumah tangga, serta investasi diperkirakan menjaga momentum pemulihan berkelanjutan.
    (nng)
    Komentar
    Additional JS