KISAH Agus Sulaimi Kembangkan Keramba Jaring Apung untuk Tingkatkan Perekonomian di Jembrana - Tribunnews - Opsiin

Informasi Pilihanku

demo-image

Post Top Ad

demo-image

KISAH Agus Sulaimi Kembangkan Keramba Jaring Apung untuk Tingkatkan Perekonomian di Jembrana - Tribunnews

Share This
Responsive Ads Here

 

KISAH Agus Sulaimi Kembangkan Keramba Jaring Apung untuk Tingkatkan Perekonomian di Jembrana

By
bali.tribunnews.com
4 min

TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Agus Sulaimi, sebelumnya merupakan seorang nelayan tangkap di Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Jembrana.

Sebagai nelayan, dalam segi penghasilan sejatinya sudah sangat mencukupi.

Namun, itu tidak membuatnya puas, lantaran melihat potensi desanya yang bisa dikembangkan dari sektor kelautan.

Ditambah lagi, penghasilan nelayan juga kadang tidak menentu di musim-musim tertentu karena faktor cuaca.

Agus Sulaimi pun mengembangkan keramba jaring apung, dengan melakukan budidaya kerapu hybrid yang saat ini sedang hype. Atau diminati oleh pasar. Baik pasar lokal atau internasional.

Agus Sulaimi, mengatakan, dirinya merupakan  petani keramba jaring apung dengan segala keterbatasan pengetahuan, yang hanya bermodal ketekunan dan keyakinan untuk dapat membudidaya ikan kerapu hybrid.

Dan sekarang sudah berkembang ke budidaya lobster, dan kerang mutiara. Awal dari menjadi petani keramba jaring apung itu adalah ketidaktahuan.

Modalnya hanya keinginan besar untuk budidaya di desa Candikusuma, tempat tinggalnya dengan potensi laut yang ada.

“Modal awal ya cuma keinginan besar. Kalau modal sesungguhnya ya yang menjadi kendala,” ucapnya, Senin 28 Maret 2022.

Agus menuturkan, sebelum keramba jaring apung dibuat, dirinya hanya berkeinginan untuk membuat keramba dengan bambu dengan besaran anggaran sekitar Rp 10 juta.

Kemudian gayung bersambut, keinginannya itu lalu bersamaan dengan kegiatan keramba, program pemerintah yang akan memberikan bantuan kepada kelompok keramba jaring apung.

Dari situlah kemudian dirinya mulai ada niatan mengajukan proposal mendapatkan keramba.

“Akhirnya dapat keramba satu unit dengan delapan lubang dengan besaran 3x3 meter. Tapi, ya cuma bantuan jaring apung. Dan beberapa bulan kosong karena nelayan sulit mencari modal.

Tapi akhirnya, dan kebetulan kenal dengan teman ada orang budidaya yang memiliki bibit kerapu,” ungkapnya.

Dijelaskannya, bahwa saat itu dirinya sedang main-main ke daerah Situbondo, Jawa Timur, kemudian bertemu dengan seseorang yang menawarkan bibit kerapu hybrid. Dan akhirnya memberikan kemudahan, dengan pembayaran dilakukan setelah panen.

Akhirnya, tidak lama setelah itu dapat melunasi semuanya.

Sejatinya, dirinya tidak memiliki pengalaman apapun alias minim sekali, dalam budidaya.

Apalagi dari informasi yang berkembang, di Candikusuma ini saja yang bisa berhasil. Di tempat lain pun tidak sedikit yang gagal. Bahkan, di Candikusuma juga ada yang gagal.

“Ya awalnya tidak menyangka. Ikan hybrid saja belum pernah tahu saya, mas. Jadi dengan bisa melakukan budidaya, selama lima tahun berjalan hingga saat ini saya sangat bersyukur,” tegasnya.

Pada awal masa tebar bibit, Agus melanjutkan, dirinya baru berani menebar 2.000 ekor bibit kerapu dengan jenis kerapu cantang. Dan dirinya saat itu hanya berpikir bahwa nanti pada saat panen, akan dijual di pasar lokal Bali saja.

Dari 2.000 ikan awal yang ditebar masih tersisa 1.300 ekor. Pada saat panen, mencapai berat 700 gram. Ada sekitar 800 hingga 900 kilogram, dengan nilai jual Rp 80 ribu per kilogram. Dan sudah mendapat hasil yang memuaskan pada awal menebar.

“Pada 2021 kemarin kami bekerjasama dengan teman dan sudah bisa mencapai 37 hingga 40 ton per tahun.

Dan sudah melakukan pemasaran ekspor ke kapal Hongkong melalui Pelabuhan Sumberkima, di Buleleng,” jelasnya.

Agus menambahkan, bahwa budidaya kerapu hybrid ini sangatlah menjanjikan.

Dimana, permintaan besar meski di masa pandemi. Meskipun, untuk permintaan ikan hidup jauh berkurang.

Untuk permintaan ikan hidup biasanya di ukuran 700 hingga 900 gram, kalau mati di atas 2 kilogram. Tapi dirinya pun melakukan terobosan dengan proses fillet.

Proses fillet dikirim ke hotel dan restoran di seluruh Bali.

Selain itu, dirinya juga membuka warung dimana ikan kerapu dan lobster menjadi sajian utama dan sangat mencukupi untuk kebutuhan di warung.

“Omzet cukup lumayan dan dihitung tahunan. Dan paling tidak saat ini bisa memberdayakan warga sekitar. Dan kalau saat hari raya Idul Fitri tidak bingung lagi untuk mencari THR,” bebernya. (*)

Artikel lainnya di Berita Jembrana

BigDiamond-light.6649b5f2
Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages