Eks Ketum IDI: Remaja Putri Bisa Jalan Disuntik Vaknus Efek Plasebo
Mantan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng Faqih mengatakan kesembuhan Vanessa usai menerima Vaksin Nusantara dari eks Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto jangan sampai hanya sekadar efek plasebo.
Efek plasebo merupakan efek "palsu" yang dirasakan oleh pasien setelah mengonsumsi obat-obatan tanpa zat aktif. Meski tidak ada efektivitas terhadap penyakitnya, namun pasien merasakan dampak berkat obat-obatan itu.
:extract_focal()/https%3A%2F%2Fakcdn.detik.net.id%2Fcommunity%2Fmedia%2Fvisual%2F2020%2F06%2F29%2Fmenteri-kesehatan-terawan-agus-putranto-2.jpeg)
"Untuk menghindari efek plasebo, apalagi kalau kebetulannya cuma sekali, sembuhnya cuma sekali atau lima kali, itu enggak bisa kemudian diambil ditarik kesimpulan, bahwa [vaksin] itu bisa menyembuhkan," kata Daeng kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (30/4).
Daeng meminta klaim Vaksin Nusantar dapat menyembuhkan sakit Vanessa dibuktikan dengan hasil penelitian lebih lanjut. Terlebih, hanya satu orang yang menyatakan diri sembuh setelah mendapat suntikan vaksin tersebut.
"Kalaupun terjadi, kebetulan, itu jangan kemudian buru-buru didalilkan, karena kebetulan itu harus dibuktikan. Jangan satu kasus kemudian digeneralisir bahwa itu memiliki khasiat itu," ujarnya.
Daeng menyebut sebuah vaksin tak bisa memberikan efek menyembuhkan. Menurutnya, vaksin bekerja untuk memproteksi atau pencegahan dari virus dan bakteri yang spesifik.
:extract_focal()/https%3A%2F%2Fakcdn.detik.net.id%2Fcommunity%2Fmedia%2Fvisual%2F2022%2F04%2F30%2Fpresiden-joko-widodo-jokowi-tiba-di-istana-kepresidenan-yogyakarta_169.jpeg)
Ia mencontohkan vaksin influenza hanya spesifik digunakan untuk menangkal virus influenza, namun tidak bisa menyembuhkan.
"Jadi vaksin itu tujuannya pencegahan, untuk proteksi, dan vaksin itu bukan untuk pengobatan, penyembuhan. Misal sudah terinfeksi terus dikasih vaksin, enggak bisa. Tujuan vaksin itu pencegahan," katanya.
"Kalau kemudian vaksin itu didalilkan yang lain, maka itu harus ditunjukkan secara evidence dalam penelitiannya, bahwa vaksin ini untuk menyembuhkan ini itu. Kalau sudah bisa menyembuhkan biasanya namanya diubah bukan vaksin lagi," ujar Daeng menambahkan.
Hal serupa diungkapkan oleh Ketua Satgas Penanganan Covid-19 PB IDI, Zubairi Djoerban. Menurutnya, proses pengobatan dianggap berhasil jika telah melalui uji klinis 1, 2, dan 3. Diketahu Vaksin Nusantara sempat terganjal di Uji Klinis 1.
"Tidak bisa hanya berdasarkan klaim, tidak bisa hanya berdasar 'pokoknya aku sembuh'. Satu orang mengklaim itu tidak bisa diterapkan untuk orang lain," kata Zubairi saat dihubungi.
:extract_focal()/https%3A%2F%2Fakcdn.detik.net.id%2Fcommunity%2Fmedia%2Fvisual%2F2020%2F12%2F23%2Fsekjen-pp-muhammadiyah-abdul-muti_169.jpeg)
Selain itu, Zubairi memaparkan Vaksin Nusantara yang mengandung sel dendrit sudah berulang kali dicoba sebagai pengobatan kanker, namun belum terbukti secara ilmiah dapat menyembuhkan.
"Jadi kembali lagi sel dendrit untuk vaksin itu belum ada bukti ilmiah Uji Klinis 1, 2, 3. Apalagi untuk menyembuhkan orang dari kelumpuhan," ujarnya.
Sebelumnya, viral video seorang perempuan bernama Vanessa bisa kembali berjalan usai menerima Vaksin Nusantara dari eks Menkes Terawan Agus Putranto.
Dalam video itu, Vanessa dan ibunya mengucapkan terima kasih dan memberikan bunga kepada Terawan.
"Tuhan yang berkati, Tuhan yang tolong Vanessa. Pakde hanya nyuntik tok, yang nyembuhkan Tuhan," ujar Terawan.
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto buka suara tentang video viral seorang perempuan pasien bisa berjalan kembali setelah disuntik Vaksin Nusantara.
Kepala RSPAD Gatot Soebroto Letjen Albertus Budi Sulistya mengaku kasus itu di luar perkiraan. Ia menyebut kasus itu akan dicatat dalam laporan khusus.
"Awalnya saya tidak percaya. Tim RSPAD sedang membuat case report untuk case menarik ini," kata Budi melalui pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Jumat (29/4).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar