Pilihan

B7 Kecamatan Di Blitar Jadi Habitat DBD - Radar Tulungagung

 

7 Kecamatan Di Blitar Jadi Habitat DBD

(Dok. Grafis HANDANA/RADAR BLITAR)

KOTA BLITAR – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Bumi Penataran butuh penanganan ekstra. Utamanya di beberapa kecamatan yang selama ini memiliki angka sebaran kasus cukup tinggi. Kondisi ini diduga karena masyarakat kurang peka terhadap sanitasi dan kebersihan lingkungan.

Subkoordinator (Subko) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P3M) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blitar Eko Wahyudi mengungkapkan, pendataan tersebut dilakukan seiring bertambahnya kasus baru. Umumnya, sumbangan kasus DBD berasal dari daerah yang tahun lalu juga mendominasi. “Tentunya banyak faktor. Tapi, mungkin saja ini karena pola pikir masyarakat terhadap sanitasi itu masih kurang,” ungkapnya, kemarin (28/3).

Hingga awal tahun ini, terdapat sekitar tujuh kecamatan dengan kasus infeksi virus dengue tertinggi. Terdiri dari Kecamatan Kanigoro, Garum, Talun, Sutojayan, Kademangan, Sanankulon, dan Kecamatan Ponggok. Selain sanitasi yang tak optimal, musim hujan juga memengaruhi potensi merebaknya DBD.

Eko menilai, runtin menjaga kebersihan lingkungan tak hanya membuat hunian lebih indah. Menurutnya, konsisten menjaga sanitasi membawa dampak baik untuk kesehatan. Misalnya, dengan mengubur kaleng atau botol berisi kubangan air, serta menguras bak mandi bisa meredam peluang sebaran penyakit melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti ini.

“Fogging atau pengasapan juga kami lakukan. Tapi memang di daerah yang darurat. Utamanya dalam radius cukup dekat,” tutur pria ramah ini.

- Advertisement -

Pihaknya mencatat, terdapat sekitar 396 kasus suspek yang ditemukan pada periode Januari hingga bulan ini. Dari jumlah tersebut, 93 orang di antaranya positif terinfeksi DBD. Penyakit ini paling banyak diderita masyarakat golongan usia remaja dan lansia.

Pihaknya mengimbau masyarakat lebih sadar tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Tak terkecuali dalam mengantisipasi jangkitan penyakit tersebut. Itu karena peluang meningkatnya kasus DBD saat musim hujan lebih tinggi dibanding musim kemarau.

“Tidak ada kasus meninggal dunia. Antisipasi sedini mungkin. Paling mudah, menguras air dan mengubur benda-benda bekas,” tandasnya.

Sekadar diketahui, kasus DBD tahun lalu cukup tinggi. Yakni, dengan 338 kasus dan 3 penderita meregang nyawa. Jumlah itu mengalami peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya yang hanya 140 kasus dan 1 orang meninggal dunia. (luk/c1/hai)

Editor :

Komentar

Baca Juga (Konten ini Otomatis tidak dikelola oleh kami)

Antarkabarid

Arenanews

Antaranews

Berbagi Informasi

Kopiminfo

Liputan Informasi 9

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsitek