Kampung Unik di Tulungagung, Singgah ke Desa Terpencil Dulunya Miskin Kini Jadi Permukiman Elite

JAKARTA, iNews.id - Kampung unik di Tulungagung selalu menarik untuk dijelajahi. Apalagi singgah ke salah satu desa terpencil di kaki Gunung Tanggul yang dihuni permukiman elite.
Ya, ungkapan proses tidak mengkhianati hasil, nyata adanya. Tulungagung dan Ponorogo dikenal sebagai daerah yang warganya banyak memilih merantau ke negeri seberang untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Tak terkecuali di Desa Tanggul Turus, hasil kerja keras para warganya ini terlihat dari kondisi permukiman yang mulanya miskin menjadi kaya raya. Banyak sekali bangunan rumah megah di sepanjang jalan kampung ini.
Penasaran ingin tahu seperti apa Desa Tanggul yang dulunya miskin kini jadi permukiman elite? Berikut ulasannya dirangkum pada Sabtu (25/3/2023).

Kampung unik di Tulungagung
Ya, Kampung unik di Tulungagung tepatnya ketika memasuki Desa Tanggul Turus, jalannya sudah berupa aspal tapi tidak begitu besar. Suasana di perkampungan ini cukup tenang dan asri. Desa Tanggul Turus terletak di kaki Gunung Tanggul, yang di permukaan gunungnya dipenuhi dengan vegetasi hijau yang membuat mata segar melihatnya.
Desa Tanggul Turus mulanya adalah kawasan hutan dan rawa di kaki Gunung Tanggul yang tidak terurus. Bermula dari pendatang yang mulai membuka lahan hutan, kawasan itu kemudian dijadikan permukiman warga yang cukup ramai hingga saat ini.

Mengutip penjelasan dari akun YouTube Jejak Richard, Sabtu (25/3/2023) sebelum tahun 1995, desa ini juga dikenal sebagai desa yang yang kering dan tandus, miskin, serta tertinggal. Tetapi saat ini kampung yang tertinggal itu, telah berubah menjadi perkampungan maju yang warganya tinggal di rumah berdinding dan memiliki pagar beton. Sedangkan bagian atasnya beratapkan genteng, dengan lantai berupa ubin keramik yang dingin.
Beralih Mata Pencaharian
Mayoritas penduduk desa Tanggul Turus pada masa itu, bermata pencaharian sebagai buruh tani dengan bangunan rumah yang dindingnya terbuat dari anyaman bambu alias gedek. Setelah itu, secara massif para penduduk yang mulanya bekerja sebagai buruh tani beralih menjadi buruh migran, terutama mereka yang memiliki usia produktif. Tujuan negara tempat bekerja, para masyarakat di desa ini pun berbeda-beda, seperti Taiwan, Arab Saudi, hingga Yunani.

Kepala Dusun Turus, Wasis, mengungkapkan masyarakatnya sebagian besar bekerja sebagai seorang buruh tani. "Buruh tani mayoritas, nah kalau yang muda-muda itu kebanyakan ke luar negeri jadi TKI atau TKW sekitar 60-70%. Masyarakat bekerja menjadi TKI di kampung ini sudah sekitar tahun 1985,” ujar Wasis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar