Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Belanda Featured Perang Batavia Pilihan Sultan Amangkurat I

    Kisah Pemerintah Belanda Beri Upeti Mewah dan Langka ke Sultan Amangkurat I usai Perang Batavia - Sindonews

    3 min read

     

    Kisah Pemerintah Belanda Beri Upeti Mewah dan Langka ke Sultan Amangkurat I usai Perang Batavia

    Senin, 05 Juni 2023 - 06:04 WIB
    Kisah Pemerintah Belanda Beri Upeti Mewah dan Langka ke Sultan Amangkurat I usai Perang Batavia
    Kerajaan Mataram Islam. Foto/Dok. jogjaprov.go.id
    A A A
    Sultan Agung memilih bersikap keras terhadap kekuasaan Belanda, hingga dua kali melakukan serangan ke Batavia. Sikap berbeda diambil putranya, Sultan Amangkurat I, yang menggantikan posisinya sebagai raja Kerajaan Mataram. Sultan Amangkurat I disebut lebih luwes saat menghadapi Belanda.

    Baca Juga
    Proyek Megah Keraton Plered, Istana Baru Kerajaan Mataram yang Hancur Akibat Pemberontakan Trunojoyo


    Bahkan, usai perang antara Kerajaan Mataram di bawah kepemimpinan Sultan Agung, dengan pemerintahan Belanda di Batavia, berbagai upaya perdamaian mulai dilakukan Kerajaan Mataram. Upaya perdamaian itu, disambut baik oleh Belanda.



    Setelah perdamaian terwujud, kedua kubu sepakat saling bertukar pikiran "cenderamata". Kubu Belanda sebagaimana dikisahkan H.J. De Graaf pada "Disintegrasi Mataram: Di Bawah Mangkurat I" membebaskan para tawanan dari Mataram, termasuk beberapa ulama yang ikut berperang.

    Baca Juga
    Menguak Misteri Pangeran Pajajaran di Situs Cagar Alam Batu Kalde


    Di sisi lain, Mataram juga memberikan kado berlimpah ke Belanda berupa harta kekayaan alam, membayar sejumlah uang, dan empat butir intan yang indah. Tetapi Belanda bukanlah kurang akal, dengan taktiknya pemerintah kompeni menjanjikan penghormatan khidmat kepada Mataram.

    Tak lupa, pemerintah kolonial juga bersedia memesan dan memberikan pakaian serta barang-barang langka yang mewah untuk Sultan Amangkurat I penguasa Mataram, dan Tumenggung Wiraguna yang diutus berunding dengan Belanda.

    Baca Juga
    Carok Berdarah Pecah di Tanah Merah Bangkalan, Brimob Polda Jatim Disiagakan


    Di Teluk Semarang dilaksanakan penukaran tawanan, dan pengembalian uang yang disita. Kesempatan itu, dilanjutkan dengan pembicaraan tentang syarat-syarat perdamaian. Pada 24 September 1646, muncul di pertemuan tingkat tinggi perutusan Mataram baru, yang menyampaikan seberkas lengkap syarat-syarat perdamaian.

    Dua anggota perutusan itu memakai nama Arab, yaitu Abdul Latif, syahbandar Jepara, dan intche (atau encik) Kodrat, yang ketiga bernama Martasara. Di mana, syarat-syarat perdamaian yang disepakati merupakan hasil perundingan di istana pada sekitar bulan Agustus 1646.
    Komentar
    Additional JS