Rencana Pelepasan Limbah Nuklir Jepang ke Laut Bikin Khawatir Negara Lain, Warga Korea Borong Garam By BeritaSatu
Rencana Pelepasan Limbah Nuklir Jepang ke Laut Bikin Khawatir Negara Lain, Warga Korea Borong Garam
Seoul, Beritasatu.com – Rencana Jepang untuk melepas air limbah nuklir Fukushima telah menciptakan kontroversi di negara-negara yang berdekatan seperti Korea Selatan dan Tiongkok.
Di Korea Selatan misalnya, warga membeli garam laut sebanyak-banyaknya, karena mereka khawatir dengan rencana Jepang untuk membuang lebih dari 1 juta metrik ton air radioaktif yang diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir yang rusak ke laut.
Air tersebut terutama digunakan untuk mendinginkan reaktor yang rusak di pembangkit listrik Fukushima di utara Tokyo, setelah dilanda gempa bumi dan tsunami pada 2011.
"Saya baru saja membeli 5 kilogram garam," kata Lee Young-min, ibu dua anak berusia 38 tahun di Seoul.
Dia mengaku, pernah membeli begitu banyak garam sebelumnya tetapi merasa dia harus melakukan apa yang dia bisa untuk melindungi keluarganya.
Otoritas perikanan Korea Selatan mengatakan, mereka akan terus mengawasi ladang garam untuk setiap peningkatan radioaktivitas. Korea Selatan telah melarang makanan laut dari perairan dekat Fukushima, di pantai timur Jepang.
Sebagai respons, pemerintah Korea Selatan melepaskan sekitar 50 metrik ton garam sehari dari stok, dengan diskon 20% dari harga pasar, hingga 11 Juli, kata Wakil Menteri Perikanan Song Sang-keun pada hari Rabu (28/6/2023).
Pemerintah Tiongkok juga mengkritik rencana Jepang untuk melepaskan air limbah nuklir tersebut. Beijing menuduh Jepang kurang transparan dan mengatakan hal itu mengancam lingkungan laut dan kesehatan orang-orang di seluruh dunia.
Media di Korea Selatan juga ramai membahas isu tentang pemerintah Jepang memberikan dana kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA) terkait rencana pelepasan air limbah dari pembangkit nuklir Fukushima.
Pemberitaan media Korea Selatan baru-baru ini mengungkapkan, bahwa pemerintah Jepang telah memberikan dana lebih dari 1 juta euro kepada IAEA. Pemerintah Jepang telah menerima draf laporan penilaian akhir dari kelompok investigasi pembuangan air Fukushima IAEA.
Jepang dilaporkan menyerahkan usulan amandemen substansial, dan mencoba memfasilitasi proses pembuangan air limbah nuklir dengan merevisi kesimpulan akhir dari laporan tersebut.
Jepang diyakini bakal melanjutkan proses pembuangan air limbah pada musim panas, dengan menunggu konfirmasi bahwa tidak ada masalah serius yang muncul dalam laporan inspeksi akhir yang akan segera dirilis IAEA.
Harian Jepang Asahi Shimbun menuliskan, dokumen IAEA kemungkinan dirilis sekitar hari Selasa 4 Juli pekan depan, ketika Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi dijadwalkan bertemu di Tokyo.
Adanya laporan mengenai sumbangan politik Jepang kepada IAEA telah menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat Korea Selatan terhadap keputusan Jepang dan transparansi dari pemerintah Jepang dalam mengatasi isu ini. Masyarakat Korea menganggap bahwa sumbangan tersebut dapat memengaruhi keputusan IAEA yang berhubungan dengan pelepasan air radioaktif.
Saat ini, regulator Jepang telah memulai inspeksi akhir pada sistem yang baru saja diselesaikan untuk aksi pelepasan kontroversial air radioaktif dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima ke Samudra Pasifik.
Pada Rabu kemarin, inspeksi dimulai setelah operator Tokyo Electric Power Company Holdings (TEPCO) memasang peralatan terakhir yang diperlukan untuk pelepasan air radioaktif. Pembangunan terowongan bawah laut telah digali agar limbah dapat dibuang sejauh 1 kilometer dari lepas pantai.
TEPCO menjelaskan bahwa inspektur dari Otoritas Regulasi Nuklir akan memeriksa peralatan terkait transfer air radioaktif dan sistem keamanannya selama tiga hari sebagai bagian dari inspeksi tersebut.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Komentar
Posting Komentar