Semen Indonesia Bangun Fasilitas Pengolahan Limbah Rp 1,6 Triliun
Jakarta, Beritasatu.com - PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) siap membelanjakan anggaran Rp 1,6 triliun untuk memperkuat fasilitas pengolah limbah sebagai material alternatif pengganti batu bara pada tahun depan.
SVP Sustainability Office Semen Indonesia, Johanna Daunan menjelaskan, dana tersebut diperoleh dari hasil rights issue PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) pada akhir tahun lalu.
"Secara total, SMGR menerima dana sebesar Rp 2 triliun dari hasil rights issue. Dana itu paling besar akan kita fokuskan untuk membangun fasilitas green zone di pabrik-pabrik milik perseroan. Sementara, dana sisanya akan dimanfaatkan untuk pengembangan bisnis," jelas Johana, Kamis (17/8/2023).
Johanna membeberkan, alasan perseroan fokus memperkuat fasilitas green zone ini, karena belum semua pabrik SMGR mempunyai fasilitas pengolah limbah industri maupun rumah tangga sebagai bahan alternatif pengganti batu bara.
Beberapa pabrik perseroan yang sudah memiliki feeding facilities seperti refuse-derived fuel (RDF) di antaranya pabrik-pabrik yang berlokasi di Jawa yaitu Narogong, Jawa Barat, dan pabrik Cilacap, Jawa tengah.
Mulai tahun ini, perseroan gencar membangun fasilitas feeding facilities untuk pabrik-pabrik di luar Jawa seperti pabrik Tonasa di Makassar dan Pabrik Padang, Sumatera Barat.
Progres sampai sekarang, Johanna menuturkan, perseroan masih mempersiapkan proses tender dan proses lainnya sehingga mayoritas pembangunanya akan mulai berjalan tahun depan.
"Jadi, kita masih dalam proses pembuatan proyek. Karena kita harus ada tender, penyiapan proyek, dan mulai berjalannya itu kebanyakan tahun depan. Jadi ada proses pembuatan fasilitasnya dulu," jelasnya.
Direktur Operasi PT Semen Indonesia (persero) Tbk (SIG) Reni Wulandari menekankan, penguatan fasilitas green ini merupakan upaya perseroan dalam menghemat pemakaian batu bara.
Strateginya, selain ditempuh dengan mendorong pemanfaatan bahan baku alternatif, juga dengan menerapkan digitalisasi dan mengaplikasikan system expert optimizer agar ongkos operasional semakin efisien.
Apalagi, seperti diketahui, 30% biaya operasional dalam rantai produksi semen di SMGR dikontribusikan dari biaya batu bara. Itulah sebabnya, dalam perspektif operasi, Reni mendorong, agar konsumsi batu bara di Semen Indonesia berjalan seefisien mungkin.
“Jadi, konsumsi batu bara dari tahun ke tahun itu sekarang sudah berada pada tren yang positif karena perseroan bisa menggunakan batu bara lebih efisien,” imbuhnya.
Komentar
Posting Komentar