Harga Batu Bara Anjlok 2,6 Persen - IDX Channel

 

Harga Batu Bara Anjlok 2,6 Persen

Batu bara berjangka (futures) Newcastle tumbang 2,65 persen di level USD138 per ton pada perdagangan Senin (22/4/2024).

Harga Batu Bara Anjlok 2,6 Persen. (Foto: Freepik)

Harga Batu Bara Anjlok 2,6 Persen. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Batu bara berjangka (futures) Newcastle tumbang 2,65 persen di level USD138 per ton pada perdagangan Senin (22/4/2024).

Batu bara kembali tumbang setelah sebelumnya menguat lebih dari satu persen pada perdagangan Kamis (18/4) pekan lalu di harga USD141 per ton.

Sebelumnya, harga batu bara sempat meroket 2,06 persen di level USD136,5 per ton pada 15 April lalu. Namun demikian, secara mingguan, harga batu bara masih menguat 3,18 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Melansir Trading Economics, batu bara berjangka Newcastle sebelumnya naik di tengah ekspektasi kuatnya permintaan dari konsumen utama China dan India.

Reuters melaporkan China dan India meningkatkan impor batu bara termal yang diangkut melalui laut ke level tertinggi dalam tiga bulan pada Maret 2024.

Ini karena dua pembeli batu bara terbesar dunia tersebut memanfaatkan harga bahan bakar internasional yang lebih rendah untuk memenuhi permintaan listrik dalam negeri yang kuat.

China, produsen dan importir batu bara terbesar di dunia, mencatat kedatangan batu bara termal melalui laut sebesar 29,7 juta metrik ton pada Maret, menurut data yang dikumpulkan oleh analis komoditas Kpler.

Jumlah ini naik dari 23,03 juta ton pada Februari dan juga lebih tinggi dibandingkan 28,62 juta ton pada Maret 2023.

Pada kuartal I-2024, impor batu bara China yang digunakan terutama untuk menghasilkan listrik melalui jalur laut mencapai 80,64 juta ton, naik 17,2 persen dari 68,82 juta ton pada periode yang sama 2023.

China sebagai konsumen batu bara terbesar di dunia dilaporkan melanjutkan kebijakan untuk meningkatkan pembangkit listrik tenaga batu bara.

Kebijakan ini diambil guna meningkatkan keamanan energinya dan mempersiapkan diri menghadapi meningkatnya ketegangan geopolitik dan volatilitas nilai tukar mata uang asing sejak pandemi.

Hal ini bertentangan dengan janji China sebelumnya untuk mengurangi pembangkit listrik tenaga batu bara, sehingga mendorong investor untuk percaya bahwa China akan terus bergantung pada batu bara.

China telah mengumumkan rencana untuk membangun tambahan kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara sebesar 70 gigawatt pada tahun ini, memperluas 47 gigawatt (GW) kapasitas pembangkit listrik yang dibangun tahun lalu.

Data resmi menunjukkan konsumsi listrik China meningkat 11 persen pada Januari dan Februari tahun ini dibandingkan dengan bulan-bulan yang sama pada 2023.

Pembangkitan listrik China juga meningkat sebesar 6,9 persen pada 2023, melampaui tingkat pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan sebesar 5,2 persen.

Permintaan listrik China didorong oleh berbagai faktor, termasuk peningkatan elektrifikasi armada kendaraan, peningkatan permintaan AC dan peralatan, serta peningkatan elektrifikasi proses industri, seperti beberapa jenis peleburan. (ADF)

Baca Juga

Komentar