Kisah Yuni, Guru Honorer yang Raih Gelar Guru Berprestasi 2024 Halaman all - Kompas

 

Kisah Yuni, Guru Honorer yang Raih Gelar Guru Berprestasi 2024 Halaman all - Kompas

KOMPAS.com - Bagi Yuni Srie Nurhayati Sofyan, mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan bukanlah akhir masanya untuk belajar.

Setidaknya, nilai itulah yang dipercaya oleh Yuni selama menjalani profesi sebagai seorang guru honorer di SDN Majasetra 01 Majalaya, Kabupaten Bandung.

Semangat untuk terus belajar dan menemukan metode pembelajaran terbaik bagi murid-muridnya, membuat Yuni terpilih sebagai Guru Berprestasi di kecamatan Majalaya tahun 2024.

Baca juga: Beasiswa bagi Guru ke Jepang 2023, Uang Saku Rp 16 Juta Per Bulan

Meninggalkan gaya mengajar konvensional

Berstatus sebagai seorang guru tidak menjadikan Yuni percaya diri dengan pengetahuan dan kemampuan yang ia miliki. Pada awalnya, Yuni memiliki pemikiran bahwa jika sudah bergelar S.Pd, maka ia tidak perlu belajar lagi.

Selama perjalannya menjadi seorang pengajar pun, Yuni menuturkan bahwa ia kerap merasa tidak percaya diri untuk melakukan hal-hal yang bersifat pengembangan diri.

Namun, seiring berjalannya waktu, Yuni sadar bahwa tugas guru bukan hanya sekedar memberi wawasan, namun juga menjadi agen perubahan baik di sekolah maupun masyarakat.

“Mengajar itu bagaimana kita bisa menjadi agen perubahan di lingkungan sekolah, di lingkungan masyarakat, terus kita bisa memberi pembelajaran yang bermakna, pengalaman belajar yang mengesankan, jadi kita bisa menjadi guru yang dirindukan, bukan guru yang ditakuti,” tutur Yuni pada acara Wardah Inspiring Teacher 2024, Minggu (22/9/2024).

Baca juga: Guru Besar UIN Jakarta Prof. Maila Masuk Top 2% Scientists Worldwide 2024

Sebelum belajar lebih dalam sebagai seorang guru, Yuni mengungkapkan bahwa ia dulu selalu mengajar menggunakan metode konvensional.

Metode konvensional yang dimaksud adalah gaya “ceramah” dimana guru terus-menerus menerangkan materi pelajaran dan murid hanya diminta untuk diam memperhatikan.

“Saya tahu, saya lihat, ketika saya menggunakan metode konvensional, murid-murid tampak jenuh dan bosan. Kemudian saya coba refleksi, sebenarnya apa sih. Apa saya yang kurang percaya diri untuk menerapkan inovasi pembelajaran, terbatas pada pengetahuan atau pengalaman saya yang kurang,” ungkap Yuni.

Baca juga: Ganesha Operation dan Disdik Jatim Gelar Webinar Strategi Masuk PTN dan PT Kedinasan

Dengan terus belajar, dimana salah satunya adalah mengikuti rangkaian program Wardah Inspiring Teacher 2023, Yuni akhirnya menemukan metode mengajar yang tepat bagi anak-anak didiknya.

Dalam kelasnya, Yuni menggunakan metode pembelajaran yang interaktif dimana para siswa dilibatkan secara aktif dalam proses belajar-mengajar. Para siswa diajak untuk mempraktikkan teori pelajaran yang sudah ada, melalui kegiatan seperti sosiodrama.

“Awalnya saya hanya menggunakan cara yang tidak variatif untuk mengajar anak, tapi kemudian anak saya libatkan luar biasa. Jadi anak-anak itu tidak ada yang bosan, tidak ada yang jenuh, dan ada respon balik yang positif dari anak, dan juga dari orang tua itu responnya positif sekali. Orang tua melihat saya itu cara mengajarnya beda, saya juga melibatkan peran orang tua dalam proses kreatif anak di rumah ketika mengerjakan project yang saya berikan,” jelas Yuni.

Baca juga: Kisah Iskhaq, Dulu Kondektur Bus dan Kuli Kini Guru Besar Unsri

Ingin berkontribusi lebih banyak di masyarakat

Selain menjadi seorang guru yang mengajar murid di sekolah, Yuni menuturkan bahwa penting bagi guru untuk dapat berkontribusi dan menjadi agen perubahan di lingkungan sekolah, juga masyarakat.

"Guru itu tidak hanya untuk mengajarkan materi di kelas, tapi juga bagaimana seorang guru bisa menjadi agen perubahan di lingkungan masyarakat dan sekolah,” ucap Yuni.

Atas keinginan dan nilai yang ia percaya, akhirnya Yuni memutuskan untuk aktif berkegiatan di luar sekolah.

Baca juga: Kisah Intan Lulusan SMK Bekerja di Kapal Pesiar, Punya Gaji Dua Digit

Yuni berkata ia berusaha untuk terus melakukan praktik baik kepada sekitarnya. Dengan ragam “petualangan” tersebut, akhirnya Yuni bersama seorang rekan guru juga berhasil menulis buku berjudul “Jejak Sang Pendidik”.

“Saya sering diundang sama sekolah yang lain untuk memberikan praktik baik, salah satunya saat itu ada pengisian PMM, dimana sebagian guru ada yang belum paham dengan program itu. Akhirnya saya sering dimintai bantuan oleh sekolah-sekolah lain. Ya intinya saya selalu memberikan praktik baik aja ke orang lain. Nah mungkin dari situ, akhirnya saya tiba-tiba dikasih penghargaan oleh pak camat sebagai guru berprestasi” cerita Yuni.

Selama wawancara, Yuni tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih dan membanggakan program Wardah Inspiring Teacher (WIT) yang diikutinya pada 2023 lalu.

Baca juga: Wardah Inspiring Teacher 2024 Angkat Pentingnya Peran Guru Sebagai Pendidik


Bagi Yuni, dengan mengikuti rangkaian program dan berkompetisi di WIT lah yang membuatnya sadar akan values seorang guru serta bagaimana sosok guru memiliki dampak yang luar biasa bagi masyarakat.

“Dengan adanya WIT ini menjadi wadah bagi saya belajar banyak hal. Karena di rangkaian pembelajaran WIT ada banyak kelas yang betul-betul bisa menginspirasi. Dengan saya ikut WIT tahun lalu, banyak hal yang bisa saya dapatkan. Saya jadi lebih percaya diri untuk terus belajar, belajar, belajar. Karena memang, belajar itu sepanjang hayat dan guru itu harus terus belajar,” ungkap Yuni.

Terakhir, Yuni berpesan kepada guru-guru di Indonesia, bahwa jangan pernah malu untuk mengakui profesi sebagai seorang guru. Karena tanpa guru, maka tidak ada profesi lain di dunia.

“Kita harus bangga jadi guru. Tiada profesi lain, kalau tidak ada guru. Kita harus selalu bangga menjadi guru dan kita harus berani menginspirasi apapun”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca Juga

Komentar