Bapanas: Fortifikasi Pangan Solusi untuk Tingkatkan Status Gizi Masyarakat - IDax Channel

 

Bapanas: Fortifikasi Pangan Solusi untuk Tingkatkan Status Gizi Masyarakat - Bagian all

Badan Pangan Nasional (Bapanas) menekankan pentingnya fortifikasi pangan, alih-alih hanya berfokus pada pemenuhan kuantitas makanan.

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi. (Foto: IDXChannel/Arsip)

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi. (Foto: IDXChannel/Arsip)

IDXChannel - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menekankan pentingnya fortifikasi pangan, alih-alih hanya berfokus pada pemenuhan kuantitas makanan. Langkah tersebut dianggap dapat menciptakan masyarakat yang sehat dan produktif.

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, fortifikasi sejalan dengan Program Pola Konsumsi B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman). Melalui penambahan vitamin dan mineral pada bahan pangan pokok, fortifikasi diharapkan mampu mengatasi permasalahan gizi masyarakat.

"Pemenuhan gizi tidak cukup hanya berfokus pada kuantitas makanan, tetapi juga kualitas. Fortifikasi pangan memberikan salah satu solusi dalam meningkatkan status gizi, terutama di kalangan rentan seperti anak-anak, ibu hamil, dan remaja," ungkap Arief dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Sabtu (19/10/2024).

Dia menjelaskan, fortifikasi pangan dilakukan Bapanas pada produk beras. Adapun tujuannya untuk memperbaiki kualitas asupan harian tanpa mengubah pola konsumsi masyarakat yang cenderung mengonsumsi beras sebagai bahan pangan pokok.

"Salah satu contohnya adalah beras fortifikasi yang diperkaya dengan zat gizi mikro seperti vitamin A, B1, B6, B12, asam folat, zat besi, dan zinc yang sangat relevan untuk mendukung pertumbuhan anak dan mencegah kekurangan gizi," tambah Arief.

Melalui Direktorat Perumusan Standar Keamanan dan Mutu Pangan, Arief menyebut Bapanas telah menyusun Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk kernel beras fortifikan dan akan melanjutkan dengan penyusunan SNI beras fortifikasi. Ini akan menjadi acuan, baik untuk produksi sukarela maupun program bantuan pangan yang diberikan oleh pemerintah.

Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan Bapanas, Rinna Syawal mengungkapkan, 75 persen remaja, khususnya perempuan, di Indonesia mengidap anemia. Hal tersebut tentu disayangkan, karena perempuan adalah calon ibu yang akan melahirkan generasi selanjutnya. Salah satu cara mengatasi anemia adalah melakukan fortifikasi pangan dan menerapkan pola konsumsi B2SA.

"Kalau mereka saja mengalami anemia, bagaimana dengan anak-anaknya nanti? Pada akhirnya fortifikasi pangan dan pola konsumsi B2SA menjadi penting sebagai solusi," kata Rinna.

"Istilah B2SA tersebut menyempurnakan istilah sebelumnya, yakni Empat Sehat Lima Sempurna. Kami berusaha untuk mensosialisasikan beras fortifikasi yang kaya gizi agar dikonsumsi oleh masyarakat secara luas," ujarnya.

(Ahmad Islamy Jamil)

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya