Temukan 10 Ribu Kasus TBC di Surabaya, Pemkot Gencarkan Kolaborasi Lintas Sektor untuk Deteksi - Tribunjatim
Kesehatan,
Temukan 10 Ribu Kasus TBC di Surabaya, Pemkot Gencarkan Kolaborasi Lintas Sektor untuk Deteksi - Tribunjatim
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Bobby Koloway
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pemkot Surabaya serius mengantisipasi penyebaran Tuberkulosis (TBC) di Surabaya. Pemkot Surabaya pun mengintensifkan kolaborasi lintas sektor untuk memperluas jangkauan screening kesehatan hingga mengintensifkan pengobatan.
Data Dinas Kesehatan Surabaya, perkembangan kasus TBC/Treatment Coverage (TC) di Kota Surabaya mencapai 10.741 kasus TBC (hingga 31 November 2024). Angka tersebut mencapai 73,89 persen dari target 14.537 yang harus ditemukan pada tahun 2024.
"Capaian penemuan kasus TBC tersebut jika dibandingkan pada periode yang sama di Tahun 2023 menunjukkan adanya peningkatan penemuan kasus sebesar 5 persen," kata Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Nanik Sukristina dikonfirmasi di Surabaya, Senin (9/12/2024).
Penemuan kasus menjadi hal penting sebelum langkah pengobatan dilakukan. Seringkali, penderita TBC tidak terdeteksi sehingga berpotensi menimbulkan penularan ke orang lain.
Mengejar target penemuan kasus, Dinkes Surabaya terus mengintensifkan kegiatan untuk menemukan kasus tuberkulosis (TBC) secara aktif (Active Case Finding). Di antaranya, dengan kegiatan Investigasi Kontak (IK) yang menjangkau minimal 8 kontak serumah/kontak erat.
Kemudian, berkolaborasi melalui kegiatan skrining kesehatan yang terintegrasi. Baik di perusahaan, dinas, anak sekolah, populasi masyarakat umum, dan masyarakat beresiko.
Serta, berkolaborasi dengan perguruan tinggi di antaranya melalui kegiatan Geliat UNAIR dalam tatalaksana penanggulangan TBC anak. "Kami melibatkan peran lintas sektor di masing-masing wilayah melalui berbagai kegiatan," katanya.
Selain itu, penanganan juga dilakukan kepada pasien TBC yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) atau Passive case finding (PCF). Di antaranya, memperluas jejaring layanan TBC dengan melakukan MoU kerjasama bersama RS, Klinik dan Dokter Praktek Mandiri (DPM).
Juga, penguatan jejaring internal TBC di layanan Fasyankes dan optimalisasi kolaborasi program TBC-HIV serta TBC-DM. "Kami juga melakukan penguatan, pendampingan, pemantauan, dan dukungan sosial untuk mempertahankan pengobatan dan kegiatan skrining diberikan kepada seluruh warga yang berdomisili di Kota Surabaya," tegasnya.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun memberikan atensi terhadap penanganan TBC. Wakil Menteri Kesehatan RI, Dante Saksono Harbuwono menjelaskan bahwa penyakit TB menjadi atensi Pemerintah saat ini.
Mengutip data nasional, estimasi kasus TB di Indonesia mencapai 1.092.000 kasus sekaligus menempatkan Indonesia berada di peringkat kedua tertinggi dunia setelah India. Dari total estimasi tersebut, belum semuanya terdeteksi.
Sehingga, selama beberapa tahun terakhir deteksi dini dilakukan secara masif. "Dari yang awalnya sekitar 300 ribu kemudian menjadi 800 ribu pada 2023. Tahun ini kami targetkan di 900 ribu dan tahun depan bisa 100 persen atau sekitar 1 juta," kata Wamenkes di Puskesmas Krembangan Selatan, Kamis (5/12/2024).
Pemeriksaan dini menjadi tahap awal menuju pengobatan kepada pasien. Screening dilakukan kepada pasien dan kontak erat. "Kontak erat mencakup 8 orang dari anggota keluarganya," ujarnya.
Karenanya, saat ini Indonesia tengah menggencarkan pemeriksaan dini sebagai upaya menurunkan jumlah kasus TB. Dengan melakukan pemeriksaan lebih, maka penanganan bisa cepat dilakukan.
Komentar
Posting Komentar