Mengungkap Rahasia Genetik: Mengapa Kucing Memiliki Bintik dan Garis?
- Dua gen utama, Taqpep dan Dkk4, telah diidentifikasi sebagai penentu utama ukuran dan bentuk bintik serta garis pada berbagai jenis kucing, baik domestik maupun liar.
- Mutasi pada gen Taqpep dapat mengubah pola bulu kucing dari garis menjadi bercak-bercak, seperti yang terlihat pada “king citah”, sementara gen Dkk4 mempengaruhi jumlah dan ukuran bintik.
- Selain Taqpep dan Dkk4, kemungkinan adanya gen ketiga yang belum teridentifikasi berperan dalam menciptakan pola bintik pada kucing, menunjukkan kompleksitas genetika di balik variasi bulu kucing.
- Penelitian silang antara kucing Abyssinian dan serval menunjukkan bagaimana kombinasi gen normal dan mutan dapat menghasilkan pola bintik yang unik, memperkaya pemahaman kita tentang pewarisan genetik pola bulu.
Macan tutul, citah, hingga ras kucing Egyptian mau merupakan beberapa contoh kucing dengan pola bintik yang menakjubkan. Di sisi lain, terdapat kucing seperti harimau yang memiliki garis-garis khas, sementara singa tampil polos tanpa pola pada bulunya. Di Indonesia sendiri, berbagai spesies kucing liar seperti kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis), macan dahan (Neofelis diardi) dan kucing emas (Catopuma temminckii) juga menunjukkan pola bulu yang unik dan menarik. Keanekaragaman pola-pola ini menimbulkan pertanyaan menarik: bagaimana sebenarnya kucing-kucing tersebut mendapatkan pola bintik atau garis yang khas?
Pola bulu pada kucing tidak hanya berfungsi sebagai kamuflase di alam liar, tetapi juga mencerminkan adaptasi genetik yang kompleks. Di Indonesia, keberagaman habitat mulai dari hutan tropis hingga savana memberikan kondisi yang berbeda bagi kucing untuk berkembang biak dan mempertahankan pola bulu mereka. Selain faktor lingkungan, budaya lokal juga sering kali mengagumi dan menghargai keindahan pola bulu kucing, yang tercermin dalam seni dan cerita rakyat.
Para ilmuwan masih belum menemukan jawaban pasti untuk pertanyaan ini, namun mereka telah mengungkap banyak petunjuk yang relevan. “Kami belum mengetahui mengapa beberapa kucing memiliki bintik sementara yang lainnya memiliki garis-garis,” ujar Dr. Greg Barsh, profesor emeritus genetika dan pediatri di Universitas Stanford, kepada Live Science. Meski demikian, para peneliti telah mengidentifikasi dua gen yang mempengaruhi ukuran dan bentuk bintik serta garis pada kucing domestik maupun kucing liar.
Baca Juga: Mengapa Kucing Putih Sering Dianggap ‘Bodoh’? Inilah Penjelasan Ilmiah di Baliknya
Peran Gen Taqpep dalam Pembentukan Pola Bulu
Kucing domestik yang memiliki satu atau dua salinan normal dari gen yang disebut Taqpep cenderung memiliki garis-garis, sebagaimana dilaporkan oleh Barsh dan rekan-rekannya dalam sebuah artikel tahun 2012 yang diterbitkan di jurnal Science. Namun, menurut artikel yang sama, kucing yang mengalami mutasi pada kedua salinan gen ini (satu dari induk betina dan satu dari induk jantan) akan memiliki bulu dengan pola bercak atau pusaran.
Mutasi pada gen Taqpep ini menghasilkan pola khas pada kucing tabby, menurut Leslie Lyons, ahli genetika kucing di University of Missouri College of Veterinary Medicine. Mutasi Taqpep juga dapat memodifikasi bintik-bintik, setidaknya pada citah. Citah dikenal dengan bintik-bintik hitam pada latar belakang kuning kecoklatan. Namun, menurut artikel Science tahun 2012, “king citah”—jenis citah yang langka dan unik dengan mutasi pada kedua salinan gen Taqpep—memiliki bintik besar dan bercak-bercak dan membentuk pola garis-garis di sepanjang tulang belakang mereka.
Pengaruh Gen Lain dalam Pola Bintik Kucing
Meskipun kucing domestik dengan pola bintik tidak menampilkan garis-garis, mereka tampaknya memiliki versi normal dari gen Taqpep, ungkap Eduardo Eizirik, profesor genetika di Pontifical Catholic University of Rio Grande do Sul, Brasil. Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Genetics pada tahun 2010, ia membiakkan kucing domestik berbintik dengan kucing bercak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kucing berbintik asalnya—sebuah Egyptian mau—memiliki gen Taqpep yang normal, karena beberapa keturunannya justru memiliki garis-garis. Tim peneliti juga menduga bahwa satu atau lebih gen lain pada kucing berbintik tersebut berperan dalam mengubah garis-garis yang biasanya disebabkan oleh gen Taqpep menjadi bintik-bintik. Namun, gen-gen tambahan tersebut masih belum diidentifikasi.
Baca Juga: Setelah 60 Tahun, Ilmuwan Temukan Gen Penyebab Warna Oranye pada Kucing
Gen Dkk4 dan Pengaruhnya terhadap Pola Bintik pada Kucing
Gen lain yang tampaknya mempengaruhi pola bintik adalah Dkk4, kata Barsh. Ras kucing domestik Abyssinian memiliki satu atau dua salinan mutasi dari gen Dkk4. Pada pandangan pertama, bulunya terlihat berwarna coklat solid atau kayu manis. Namun, pandangan lain menggambarkan bulunya sebagai permukaan yang dipenuhi bintik-bintik hitam kecil, jelas kata Barsh.
Serval, salah satu kucing liar dengan bintik-bintik besar, memiliki dua salinan normal dari gen Dkk4. Oleh karena itu, jika Abyssinian dikawinkan dengan serval, seperti yang telah dilakukan, beberapa keturunannya akan mewarisi satu salinan normal dan satu salinan mutan dari gen Dkk4. Keturunan tersebut memiliki bintik yang lebih besar dan lebih jarang dibandingkan dengan bintik kecil pada induk Abyssinian, namun lebih kecil dan lebih banyak dibandingkan bintik pada induk serval. “Ini adalah contoh yang sangat jelas tentang bagaimana gen Dkk4 dapat mempengaruhi jumlah dan ukuran bintik pada hewan,” kata Barsh.
Baca Juga: Anak Kucing Bertaring Berusia 35.000 Terawetkan Alami di Siberia
Kompleksitas Genetik di Balik Pola Bulu Kucing
Meskipun mutasi pada gen Taqpep dan Dkk4 dapat mengubah pola bintik dan garis pada kucing, gen-gen ini tidak sepenuhnya menentukan apakah kucing akan memiliki bintik atau garis sejak awal. Menurut Barsh, seekor harimau dengan gen Taqpep yang normal akan memiliki garis-garis, sementara cheetah dengan gen Taqpep yang normal memiliki bintik-bintik. Mutasi pada Taqpep dapat membuat bintik-bintik citah menjadi bercak-bercak, namun bintik tersebut tidak berubah menjadi pola garis-garis.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Eizirik menunjukkan bahwa kucing domestik dengan gen Taqpep yang normal dapat memiliki pola garis atau bintik. “Kemungkinan ada faktor lain, mungkin gen ketiga, yang berperan dalam pembentukan bintik-bintik tersebut,” ujar Leslie Lyons.
Pola bintik dan garis pada bulu kucing merupakan hasil interaksi kompleks antara berbagai gen. Meskipun gen Taqpep dan Dkk4 memainkan peran penting dalam menentukan pola ini, masih ada faktor genetik lain yang perlu diidentifikasi untuk memahami sepenuhnya bagaimana kucing mendapatkan pola bintik mereka. Penelitian lebih lanjut di bidang genetika kucing diharapkan dapat mengungkap lebih banyak rahasia di balik keindahan pola bulu kucing yang beragam ini.
Komentar
Posting Komentar