Kesehatan
Makan Bergizi Gratis di Daerah Terpencil Papua Harus Perhatikan Kearifan Lokal - Jawa Pos

JawaPos.com–Mantan Wakil Komandan Tim Kampanye Nasional (TKN) Fanta Wawan Sugiyanto mengklaim bahwa program makan bergizi gratis (MBG) mendapat tanggapan dan respons positif dari masyarakat, termasuk dari rakyat Papua.
”Persoalannya bagi Papua yang memiliki daerah terisolasi, menyelenggarakan makan bergizi gratis tidak bisa menjadi sederhana. Banyak sekolah dasar yang tersebar di daerah terpencil dan hanya bisa dijangkau pesawat kecil, penyeragaman makanan beras bisa mengancam mutasi genetik dan hal ini adalah buruk untuk jangka Panjang,” kata Wawan.
Menurut Wawan, MBG memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur’an pada Surat Abasa ayat 24 yang berbunyi Maka Hendaklah Manusia Itu Memperhatikan Makanannya. Ayat ini mengandung perintah kepada manusia untuk memperhatikan makanan yang dikonsumsi.
Baca Juga: Polisi Tangani Makan Bergizi Gratis Diduga Tak Layak, Sejumlah Siswa Sakit Perut
”Allah SWT telah memudahkan manusia untuk mendapatkan makanan yang tersedia di bumi, baik yang masih berupa bahan baku maupun yang sudah siap dikonsumsi,” ujar Wawan Sugiyanto.
Menurut dia, untuk Papua, khususnya daerah terisolasi di pegunungan dan daerah rawa, akan membutuhkan skema MBG yang tersendiri sesuai dengan keadaan setempat. Seperti, melibatkan pelayanan gereja. Memberi porsi pada makanan lokal yang lebih dominan dengan memberi peran yang total dalam melibatkan masyarakat setempat, program ini akan menumbuhkan rasa kebangsaan.
”Persoalan yang ada di masyarakat Papua adalah adanya perasaan tak pernah dilibatkan atau diberi peran dalam proses pembangunan nasional,” ucap Wawan Sugiyanto.
Baca Juga: Di Konkernas PGRI, Titiek Soeharto Minta Guru Dukung Program Makan Bergizi Gratis
Pemberian peran ini tidak dilepaskan begitu saja melainkan dipimpin kepala daerahPada dasarnya tradisi makan bersama di Papua sampai sekarang masih ada, seperti bakar batu. Sehingga program MBG itu bukan hal baru, melainkan sudah ada dalam kebudayaan masyarakat Papua.
”Hanya mekanisme detailnya saja yang perlu dibuat skema khusus agar tujuan tercapai dan dapat memberi peran kepada OAP (orang asli Papua),” ungkap Wawan Sugiyanto.
Untuk kabupaten di gunung dan rawa perlu harga yang sesuai dengan kondisi kemahalan daerah. Hal ini supaya porsi makanan bergizi yang para siswa peroleh dapat menyamai dengan siswa daerah lain. Barang-barang di Papua mahal, terlebih ke pegunungan yang menggunakan pesawat kecil.
Baca Juga: Kelompok Tani Usulkan Hidroponik Jadi Suplai untuk Program Makan Bergizi Gratis
Daerah terpencil pegunungan seperti delapan kabupaten di Provinsi Pegunungan Tengah (Jaya Wijaya, Pegunungan Bintang, Yahukimo, Yalimo, Memberamo Tengah, Tolikara, Lani Jaya dan Nduga). Di Provinsi Papua Tengah ada enam kabupaten (Puncak Jaya, Puncak, Intan Jaya, Paniai, Deiyai dan Dogiai).
Untuk kabupaten di daerah rawa, ada Memberamo Raya di Papua Induk dan Kabupaten Mapi dan Asmat di Papua Selatan. Sedangkan untuk kabupaten yang sudah terjangkau transportasi darat dan laut, perlu melibatkan peran OAP minimal separuh dari dapur gizi yang ada agar dapat menghadirkan rasa keadilan.
Komentar
Posting Komentar