Skip to main content
728

Dedi Mulyadi Buat Gebrakan Lagi, Kini Blak-blakan Minta Nama Kabupaten Bandung Barat Diganti - Halaman all - Tribunpadang

 

Dedi Mulyadi Buat Gebrakan Lagi, Kini Blak-blakan Minta Nama Kabupaten Bandung Barat Diganti - Halaman all - Tribunpadang

TRIBUNPADANG.COM - Gubernur Jawa BaratDedi Mulyadi, kembali membuat gebrakan baru. 

Pada Rapat Paripurna Hari Jadi ke-18 Kabupaten Bandung Barat, Kamis (19/6/2025), ia terang-terangan mengusulkan pergantian nama daerah tersebut. 

Dalam pidatonya, Dedi Mulyadi menuturkan bahwa nama Kabupaten Bandung Barat kurang menunjukkan identitas wilayah. 

Pasalnya, Kabupaten Bandung Barat sering keliru diasosiasikan dengan Kota Bandung atau Kabupaten Bandung.

"Ini memang kalimat 'Bandung Barat' jika dilihat dari kacamata branding, agak susah mem-branding-nya. Disebut Bandung Barat yang terbayang selalu Bandung," ujar Dedi.

Dedi menilai nama tersebut hanya menunjuk arah mata angin dan tidak mencerminkan karakter khas wilayah.

Ia menekankan bahwa arah mata angin bersifat relatif dan bisa berbeda tergantung dari sudut pandang orang.

Mengapa Penamaan Awal Kabupaten Ini Tidak Menggunakan Nama Lain? 

Menurut Dedi, saat Kabupaten Bandung Barat terbentuk, sempat muncul beberapa opsi nama yang mencerminkan wilayah seperti Mandalawangi atau Padalarang.

Namun, nama-nama tersebut tidak diterima oleh semua pihak.

"Kalau memakai nama Mandalawangi, orang Padalarang nggak terima, kalau pakai nama Padalarang, orang Lembang nggak terima. Akhirnya pakai nama Bandung Barat," jelas Dedi.

Meski demikian, Dedi menyatakan dirinya siap membantu jika ada inisiatif untuk penggantian nama daerah demi membangun citra dan identitas baru yang lebih kuat.

"Biarlah kalau sudah begini namanya. Tapi kalau ada niat untuk membranding, merubah namanya, saya siap membantu agar ada wibawa atau kharismanya," tegasnya. 

Bagaimana Karakteristik Wilayah Bandung Barat Menurut Dedi? 

Dedi juga mengingatkan pentingnya memahami karakteristik wilayah sebelum mengganti nama.

Ia menyoroti bahwa sebagian wilayah KBB memiliki kedekatan budaya dengan Kota Bandung, sementara sebagian lain lebih dekat ke kultur Cianjur dan Purwakarta.

"Sebagian wilayah memiliki kecenderungan kultur yang sama dengan sebagian Cianjur dan Purwakarta. Mereka suka dengan kultur (budaya Sunda) leluhur," ujarnya.

Ia menekankan bahwa arah mata angin bersifat relatif dan bisa berbeda tergantung dari sudut pandang orang.

"Kata siapa Bandung Barat? Kata orang Bukanagara, Subang. Tapi bagi orang Cianjur bisa jadi Bandung Timur. Bagi orang Purwakarta, Bandung Selatan. Jadi sulit untuk mengidentifikasi wilayah," lanjutnya.

Lebih lanjut, Dedi menekankan perlunya pendekatan berbasis ekologi dan budaya dalam menata wilayah.

Ia mengutip prinsip-prinsip lokal yang mencerminkan harmonisasi antara alam dan masyarakat. 

"Gunung kudu awian, lengkob kudu balongan, lebak kudu sawahan. (Gunung harus tumbuh pohon, cekungan harus berkolam, lembah harus jadi ladang sawah)," tuturnya.

Dengan memahami karakter dan potensi lokal, Dedi menilai wilayah ini dapat membangun identitas baru yang lebih mandiri dan kuat secara budaya maupun ekologis.

(Kompas.com)

Posting Komentar

0 Komentar

728