Indonesia Beralih ke Jet Tempur J-10 China, Pilihan yang Dipaksakan atau Manuver Strategis? - Zona Jakarta

ZONAJAKARTA.com - Indonesia mungkin mengambil langkah tak terduga dalam kebijakan persenjataannya dengan membeli 42 unit jet tempur J-10 bekas China.
Langkah mengejutkan ini muncul di tengah kondisi regional yang tegang dan tantangan ekonomi domestik yang dihadapi Indonesia.
Ekspansi militer negara-negara tetangga Indonesia tengah berkembang pesat.
Seperti pengerahan jet tempur J-20 oleh China dan pengerahan jet tempur F-35 oleh Australia.
Alhasil Indonesia harus memodernisasi kemampuan udaranya tanpa melebihi anggaran pertahanan yang tidak lebih dari USD 9 miliar, lapor aboutmsr.com, Sabtu (31/5/2025).
J-10 China, terutama versi yang lebih canggih seperti J-10C, disajikan sebagai solusi berbiaya relatif rendah yang mampu menjalankan berbagai misi, mulai dari pertahanan udara hingga serangan darat dan laut.
Bila laporan itu benar, pesawat yang dimaksud adalah pesawat bekas, yang berarti mereka bisa diperoleh dengan harga antara USD 20 hingga USD 30 juta tiap unit.
Harganya jauh lebih rendah dibanding pesawat buatan Barat.
Perjalanan Indonesia untuk memodernisasi angkatan udaranya ditandai oleh keraguan dan kompleksitas.
Baca Juga:
Indonesia sebelumnya telah membatalkan kesepakatan Su-35 dengan Rusia di bawah tekanan AS dan ancaman sanksi CAATSA.
Namun Jakarta malah menandatangani kontrak besar senilai USD 8,1 miliar untuk membeli 42 jet tempur Rafale Prancis pada tahun 2022.
Indonesia juga berpartisipasi dalam pengembangan jet tempur KF-21 Boramae Korea Selatan, dan kemudian menjajaki kerja sama dengan proyek KAAN Turki.
Namun tantangan keuangan dan program yang tidak tuntas memaksanya mencari alternatif yang lebih praktis dan lebih cepat terlaksana.

J-10 tampaknya mengisi kekosongan ini sebagai platform yang terbukti di Pakistan, multiperan, dan lebih murah daripada pesawat sejenis buatan Barat.
Melansir laman dw.com, jet tempur J-10 mulai beroperasi pada tahun 2004 dan dikembangkan untuk menjembatani kesenjangan generasi antara pesawat China.
Pesawat ini tersedia dalam beberapa versi, yang paling menonjol adalah J-10C yang mengintegrasikan radar AESA dan teknologi peperangan elektronik canggih.
Secara operasional, desain mesin tunggalnya membuatnya lebih murah untuk dioperasikan dan dirawat, sebuah faktor penting di negara kepulauan yang luas seperti Indonesia.
Jika China menyertakan persyaratan pembiayaan yang menguntungkan atau tawaran transfer teknologi pada kesepakatan itu, hasilnya bisa menguntungkan Beijing.
Namun pilihan ini bukannya tanpa tantangan.
Baca Juga:
Pembelian jet tempur bekas menimbulkan pertanyaan tentang sisa umur pesawat, kesiapan teknis, dan biaya rehabilitasi dan integrasi dengan sistem yang ada, terutama mengingat beragamnya sumber persenjataan Indonesia (AS, Rusia dan Prancis).
Pergeseran mendadak ke arah China juga dapat membuat mitra Barat kesal dan menempatkan Indonesia dalam posisi geopolitik yang sensitif antara Beijing dan Washington.
Apakah langkah menuju J-10 merupakan langkah taktis untuk memperluas opsi pengadaan, atau rencana serius untuk mengganti sebagian besar armada, keputusan Indonesia akan membentuk kembali keseimbangan kekuatan udara di Asia Tenggara.
Di kawasan yang tidak menoleransi pelonggaran pencegahan, Indonesia tampaknya bergerak cepat tetapi hati-hati, antara keharusan modernitas, tuntutan kedaulatan, dan kendala ekonomi.
***

ZONAJAKARTA.com - Indonesia mungkin mengambil langkah tak terduga dalam kebijakan persenjataannya dengan membeli 42 unit jet tempur J-10 bekas China.
Langkah mengejutkan ini muncul di tengah kondisi regional yang tegang dan tantangan ekonomi domestik yang dihadapi Indonesia.
Ekspansi militer negara-negara tetangga Indonesia tengah berkembang pesat.
Seperti pengerahan jet tempur J-20 oleh China dan pengerahan jet tempur F-35 oleh Australia.
Alhasil Indonesia harus memodernisasi kemampuan udaranya tanpa melebihi anggaran pertahanan yang tidak lebih dari USD 9 miliar, lapor aboutmsr.com, Sabtu (31/5/2025).
J-10 China, terutama versi yang lebih canggih seperti J-10C, disajikan sebagai solusi berbiaya relatif rendah yang mampu menjalankan berbagai misi, mulai dari pertahanan udara hingga serangan darat dan laut.
Bila laporan itu benar, pesawat yang dimaksud adalah pesawat bekas, yang berarti mereka bisa diperoleh dengan harga antara USD 20 hingga USD 30 juta tiap unit.
Harganya jauh lebih rendah dibanding pesawat buatan Barat.
Perjalanan Indonesia untuk memodernisasi angkatan udaranya ditandai oleh keraguan dan kompleksitas.
Baca Juga:
Indonesia sebelumnya telah membatalkan kesepakatan Su-35 dengan Rusia di bawah tekanan AS dan ancaman sanksi CAATSA.
Namun Jakarta malah menandatangani kontrak besar senilai USD 8,1 miliar untuk membeli 42 jet tempur Rafale Prancis pada tahun 2022.
Indonesia juga berpartisipasi dalam pengembangan jet tempur KF-21 Boramae Korea Selatan, dan kemudian menjajaki kerja sama dengan proyek KAAN Turki.
Namun tantangan keuangan dan program yang tidak tuntas memaksanya mencari alternatif yang lebih praktis dan lebih cepat terlaksana.
0 Komentar