Skip to main content
728

Kartun "Pokemon" Pernah Sebabkan Ribuan Anak di Jepang Alami Kejang pada 1997, Kok Bisa? - Kompas

 

Kartun "Pokemon" Pernah Sebabkan Ribuan Anak di Jepang Alami Kejang pada 1997, Kok Bisa?

KOMPAS.com - Salah satu episode kartun Pokemon pernah menyebabkan ribuan anak di Jepang mengalami kejang pada 16 Desember 1997.

Episode tersebut adalah "Denno Senshi Porygon" (Prajurit Listrik Porygon) yang tayang dalam musim perdana kartun Pokemon.

Awalnya, hanya 685 anak yang mengalami kejang, terdiri dari 310 laki-laki dan 375 perempuan. Namun, dua hari kemudian, total ada 12.000 anak dilaporkan mengalami keluhan serupa.

Dikutip dari The Guardian (16/12/2022), media Jepang menamai fenomena tersebut dengan “Pokemon Shock” dan menjadi pemberitaan besar saat itu.

Taktik Apa yang Bisa "Dimainkan" Iran untuk Melawan Israel?

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses produksi episode kartun Pokemon tersebut segera diperiksa oleh kepolisian Jepang.

Sementara, Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang mengadakan rapat darurat untuk menanggapi fenomena itu.

Lantas, mengapa ratusan anak bisa alami kejang setelah menonton episode Pokemon tersebut?

Baca juga: Imbas Nonton Kartun, Anak 2,5 Tahun Naik Genteng Sendirian untuk Cari Ayam, Bagaimana Ceritanya?

Awal mula ratusan anak kejang usai menonton Pokemon

Ratusan anak tersebut mengalami kejang epilepsi fotosensitif karena animasi yang ditampilkan dalam episode kartun Pokemon tersebut.

Epilepsi fotosensitif adalah suatu kondisi ketika kejang yang disebabkan oleh kedipan cahaya secara cepat.

Dalam episode itu, karakter utama Ash dan kelompoknya diangkut ke dalam mesin pemancar pokemon menuju alam semesta alternatif digital.

Di sana, mereka harus bertarung melawan karakter bernama Porygon, pokemon digital yang digunakan oleh tim Rocket (musuh) untuk mencegat dan mencuri pokemon tim lain.

Namun, setelah mengalahkan Porygon, tim Ash kemudian diserang oleh sebuah program antivirus.

Untungnya, Pikachu meledakkan program tersebut dengan serangan petirnya dan terlihat kilatan cahaya kuning cukup terang.

Baca juga: Bocah 4 Tahun Lompat dari Lantai 26 Pakai Payung Setelah Menonton Kartun Tom and Jerry

Saat itu, muncul teknik animasi yang dikenal sebagai paka paka, ketika dua warna berkedip dengan cepat.

Paka paka itu memperlihatkan kedipan cepat warna merah dan biru secara bergantian pada kecepatan 12 Hz selama enam detik.

Setelah menonton tayangan itu, ratusan anak mengalami kejang epilepsi fotosensitif. Bahkan, beberapa di antaranya perlu menjalani perawatan di rumah sakit.

“Menjelang akhir acara, terdengar suara ledakan, dan saya harus memejamkan mata karena ada cahaya kuning yang sangat besar seperti lampu kilat kamera,” ucap seorang anak laki-laki berusia 10 tahun.

“Ketika saya melihat cahaya biru dan merah berkedip-kedip di layar, saya merasakan tubuh saya menjadi tegang. Saya tidak ingat apa yang terjadi setelah itu,” ujar seorang anak perempuan berusia 15 tahun.

Baca juga: Mengapa Mata Karakter Anime Jepang Berukuran Besar?

Mengapa bisa dialami 12.000 anak?

Seorang peneliti di Committee for Skeptical Inquiry Amerika Serikat, Benjamin Radford mencari tahu penyebab 12.000 anak di Jepang mengalami keluhan serupa.

Laporan menyebutkan, sebanyak 12.000 anak mengalami pusing, penglihatan kabur, dan kejang-kejang setelah menonton episode Pokemon tersebut.

Sekitar 1 persen anak menderita epilepsi dan hanya 3 persen dari mereka yang menderita epilepsi fotosensitif.

Banyak anak-anak yang menonton tayangan tersebut secara langsung. Namun, tak sedikit pula yang menonton keesokan harinya, setelah laporan berita dan obrolan di halaman sekolah tentang "Pokemon Shock" menyebar.

“Keesokan harinya, saya menemukan laporan berita yang membahas tentang bagaimana serangan Pokemon menjadi perbincangan di halaman sekolah,” ucap Radford.

“Ada sekitar 600 anak yang benar-benar mengalami sakit kepala, kejang-kejang, dan masalah pernapasan. Baru setelah dua hari kemudian semua orang mendengarnya, semua orang di halaman sekolah membicarakannya,” lanjutnya.

Baca juga: Apa Itu Tsundere dalam Anime?

Radford mengatakan, fenomena yang lebih luas bukanlah epilepsi fotosensitif, melainkan suatu kondisi yang dikenal sebagai histeria massal.

Ini adalah fenomena nyata ketika orang berada di bawah tekanan sampai pada titik di mana mereka menghasilkan reaksi fisik.

Mereka diyakinkan oleh pengaruh eksternal bahwa sesuatu akan terjadi pada mereka, kemudian hal itu benar-benar terjadi.

“Bukan berarti mereka berpura-pura. Bukan berarti mereka sedang membayangkannya,” ujar Radford.

“Gejala-gejala itu nyata, hanya saja gejala-gejala itu disebabkan oleh paparan terhadap orang lain yang menunjukkan gejala-gejala tersebut,” tambahnya.

Baca juga: Apa Arti Isekai dalam Anime?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.,

Posting Komentar

0 Komentar

728