Skip to main content
728

Masih Ada Makanan MBG Tersisa, HIPPI Serukan Selera Lokal, Sayur Asem Bisa Jadi Menu Pilihan - Halaman all - TribunNews

 

Masih Ada Makanan MBG Tersisa, HIPPI Serukan Selera Lokal, Sayur Asem Bisa Jadi Menu Pilihan - Halaman all - TribunNews

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebijakan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto berupa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) mendapatkan perhatian Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DPC Jakarta Selatan.

Meski pada prinsipnya MBG meningkatkan kualitas gizi generasi muda serta membangun sumber daya manusia yang sehat, kuat, dan produktif, HIPPI Jakarta Selatan turut mencermati sejumlah dinamika dan tantangan yang perlu segera mendapat perhatian.

Tujuannya bukan untuk mengkritisi, melainkan memperkuat fondasi program agar benar-benar tepat sasaran dan berkelanjutan.

Bagi HIPPI Jakarta Selatan, program ini bukan hanya langkah strategis dalam bidang kesehatan publik, tetapi juga merupakan peluang luar biasa untuk mendorong tumbuhnya ekosistem usaha pangan nasional.

MBG membuka ruang keterlibatan langsung bagi pelaku usaha lokal, UMKM, koperasi pangan, hingga petani dan nelayan yang menjadi bagian dari rantai pasok dapur-dapur komunitas di seluruh negeri.

Menurut Azka Aufary Ramli Ketua Umum DPC HIPPI Jakarta Selatan dan Regan Yapwito selaku Kepala Badan Otonom F&B HIPPI, masih ada beberapa catatan perbaikan untuk menjadi evaluasi pelaksaan program MBG tersebut.

 “Tidak sedikit laporan dari daerah yang menyebutkan bahwa meskipun menu sudah bergizi dan sesuai hitungan kalori, makanan tetap tersisa karena rasa yang kurang cocok dengan lidah anak-anak. Kondisi ini tentu menjadi tantangan serius, karena makanan yang tidak dimakan artinya manfaat gizi tidak terserap secara optimal, dan dalam skala besar, ini berpotensi menimbulkan pemborosan anggaran negara.”

HPPI Jakarta Selatan berpandangan bahwa penentuan standar gizi memang keharusan, namun aspek rasa dan selera masyarakat lokal tidak boleh diabaikan.

Di negeri yang begitu kaya akan keragaman kuliner ini, satu jenis masakan yang disukai di Jawa belum tentu dapat diterima di Sulawesi atau Papua.

Oleh karena itu, HIPPI Jakarta Selatan mendorong agar Badan Gizi Nasional (BGN) menyusun pedoman rasa atau standar menu lokal yang mengintegrasikan kekayaan kuliner nusantara dengan prinsip gizi seimbang.

”Kami percaya bahwa makanan sehat tidak harus hambar. Justru dengan mengangkat menu-menu tradisional seperti ikan kuah kuning di Maluku, coto di Sulawesi Selatan, atau sayur asem di Jawa Barat anak-anak bisa merasa bangga dengan warisan kuliner daerahnya sekaligus mendapatkan asupan gizi yang memadai.

 Dalam hal pengolahan makanan, HIPPI Jakarta Selatan juga melihat pentingnya adanya standarisasi teknik memasak di dapur-dapur komunitas.

Sebab cara masak sangat memengaruhi nilai gizi dan rasa. Ayam yang digoreng tentu memiliki kandungan lemak yang berbeda dibanding ayam bakar atau rebus.

Sementara itu, Regan Yapwito selaku Kepala Badan Otonom F&B HIPPI Jakarta Selatan berpendat bahwa ketidakterpaduan dalam metode masak ini dapat menimbulkan ketimpangan hasil akhir antara satu dapur dengan dapur lainnya.

Oleh karena itu, diperlukan pelatihan teknis, best practices memasak sehat, serta manual pengolahan yang terstandardisasi namun tetap fleksibel pada kearifan lokal.

”Lebih jauh, kami menilai bahwa peningkatan mutu rasa dan konsistensi penyajian makanan bisa dicapai melalui kolaborasi dengan koki profesional yang tersertifikasi, sekolah kejuruan tata boga, serta asosiasi kuliner nasional. Mereka dapat dilibatkan dalam pelatihan tim dapur MBG untuk menciptakan standar cita rasa dan presentasi makanan yang lebih menggugah selera, tanpa mengorbankan kandungan gizinya.”

 Salah satu perhatian HIPPI Jakarta Selatan adalah pentingnya memperhatikan keamanan pangan (food safety) secara menyeluruh dalam setiap tahap mulai dari produksi, pengemasan, hingga distribusi makanan.

Dalam skala program sebesar MBG, potensi kontaminasi biologis, kimia, maupun fisik dapat berdampak besar bila tidak dikendalikan secara ketat.

Untuk itu, HPPI mendorong agar protokol keamanan pangan yang ketat diterapkan berdasarkan standar internasional seperti HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point).

HACCP memungkinkan identifikasi titik-titik kritis dalam proses penyediaan makanan dan menetapkan langkah-langkah pencegahan sebelum risiko muncul. Sistem ini terbukti efektif dalam industri makanan global dan sudah semestinya menjadi standar wajib dalam program MBG terutama untuk makanan yang diproduksi secara massal dan disalurkan ke berbagai wilayah, termasuk daerah terpencil.

“Memberi makan anak-anak Indonesia adalah tujuan yang mulia. Tapi memberi makan yang aman adalah tanggung jawab besar yang tidak bisa dikompromikan. Kami siap mendorong penerapan standar HACCP dan keamanan pangan nasional dalam setiap dapur MBG agar tidak hanya bergizi, tapi juga higienis dan aman untuk dikonsumsi.”

Selain aspek manusia, HIPPI Jakarta Selatan mendorong pemanfaatan teknologi pangan modern. Mesin seperti retort, autoclave, dan dapur pintar berbasis teknologi bisa digunakan untuk menjaga konsistensi mutu, memperpanjang masa simpan makanan, serta meningkatkan efisiensi proses produksi di dapur-dapur besar.

Teknologi ini sangat relevan, terutama bagi wilayah terpencil atau 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) yang memiliki kendala logistik dan keterbatasan sumber daya manusia.

HIPPI Jakarta Selatan juga mengusulkan agar pemerintah mulai memberikan insentif kepada pelaku usaha kecil dan menengah di bidang inovasi pangan lokal.

Produk makanan sehat, siap saji, tahan lama, dan berbasis bahan pangan lokal dapat menjadi alternatif penting dalam mendukung keberhasilan program MBG, sekaligus mendorong tumbuhnya ekonomi kerakyatan.

“Program Makan Bergizi Gratis adalah bentuk nyata kehadiran negara dalam mempersiapkan generasi unggul Indonesia. Tapi kita tidak boleh melupakan satu hal sederhana, makanan bergizi harus enak. Anak-anak harus makan dengan senang hati, bukan karena terpaksa, dan mereka merasa antusias dengan makanan dari pemerintah. Rasa, selera, dan gizi adalah satu kesatuan. HIPPI siap membantu pemerintah mewujudkan dapur-dapur rakyat yang berstandar tinggi baik dari segi rasa, gizi, maupun teknologi.”

HIPPI Jakarta Selatan menegaskan bahwa kesuksesan program MBG tidak hanya ditentukan oleh besar anggaran, tetapi oleh ketepatan dalam perencanaan menu, pemilihan metode pengolahan, pelibatan tenaga lokal, dan adaptasi terhadap selera masyarakat.

Posting Komentar

0 Komentar

728