Dunia Internasional,Konflik Timur Tengah,
Media Barat Bongkar Operasi Rahasia Israel Teror Elite Militer Iran, Apakah Berhasil? | Republika Online


Iran tegaskan akan melawan jika diserang.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON— The Washington Post mengungkapkan bahwa intelijen Israel meluncurkan operasi rahasia setelah serangan militer pertamanya ke Iran pada 13 Juni lalu.
Sponsored
Operasi bertujuan untuk mengintimidasi para pejabat senior militer Iran melalui panggilan telepon langsung dan peringatan pribadi, dalam upaya untuk menciptakan kekacauan dan perpecahan di dalam rezim Iran.
Dikutip Republika.co.id, Selasa (24/5/2025), menurut laporan eksklusif tersebut, agen-agen keamanan Israel yang fasih berbahasa Farsi menghubungi setidaknya 20 pejabat senior Iran dan memperingatkan mereka bahwa mereka akan menjadi target berikutnya kecuali jika mereka meninggalkan dukungan mereka untuk Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei.
Surat kabar tersebut melaporkan bahwa mereka berhasil mendapatkan rekaman audio dari salah satu panggilan telepon tersebut, yang berisi ancaman langsung dari seorang jenderal IRGC.
Ancaman itu berbunyi demikian: "Anda punya waktu 12 jam untuk melarikan diri bersama istri dan anak Anda... kami lebih dekat dengan Anda daripada urat nadi Anda."
Scroll untuk membaca
Surat kabar tersebut mendapatkan nama jenderal Iran tersebut, tetapi menahan diri untuk tidak mempublikasikannya dan menghapus suaranya dari rekaman audio untuk melindungi identitasnya.
Sebagai bagian dari operasi yang lebih luas
Komunikasi-komunikasi ini merupakan bagian dari operasi yang lebih luas yang diluncurkan oleh Israel dengan nama "Singa Bangkit".
Operasi menargetkan fasilitas nuklir, situs militer, dan depot senjata di dalam Iran, di samping melakukan pembunuhan terhadap para pemimpin terkemuka, termasuk Jenderal Hossein Salami, Jenderal Mohammad Bagheri, dan ilmuwan nuklir Fereydoun Abbasi Dawani, demikian menurut investigasi tersebut.
Operasi intelijen, menurut Washington Post, tidak terbatas pada komunikasi, tetapi juga termasuk mengirimkan surat peringatan tertulis kepada beberapa pejabat atau berkomunikasi dengan mereka melalui istri mereka, dengan pesan yang jelas bahwa mereka sepenuhnya terekspos oleh intelijen Israel.
Menurut sumber-sumber investigasi, tujuan operasi ini adalah untuk melumpuhkan kemampuan kepemimpinan Iran dalam mengisi kekosongan yang diciptakan oleh pembunuhan para pemimpin barisan pertama, dan untuk menciptakan rasa takut di benak barisan kedua dan ketiga.
Apakah ini mencapai tujuannya?
Salah satu sumber mencatat bahwa beberapa tokoh sekarang menolak untuk mengambil posisi sensitif karena takut bernasib sama.
Meskipun para pejabat Barat belum mendeteksi adanya pembelotan di dalam tubuh militer Iran, operasi ini merupakan eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pekerjaan intelijen dan psikologis terhadap Teheran.
Ini bersamaan dengan serangan militer yang diprakarsai oleh Israel dan kemudian ditambah oleh Amerika Serikat dengan serangan yang menargetkan situs nuklir di Fordo, Natanz, dan Isfahan.
The Washington Post berkomentar operasi Israel bertujuan untuk melakukan lebih dari sekadar menyerang kemampuan nuklir Iran, tetapi juga merupakan upaya sistematis untuk membongkar struktur kepemimpinan Iran dan mengacaukannya dari dalam.
Ini dengan menggunakan perangkat intelijen dan intimidasi pribadi, dalam preseden yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam konflik antara kedua belah pihak.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengumumkan Israel dan Iran telah menyetujui gencatan senjata secara penuh dan menyeluruh, menyusul serangan Iran terhadap pangkalan Al Udeid di Qatar.
Trump mengatakan dalam sebuah postingan bahwa gencatan senjata akan mulai berlaku dalam waktu sekitar enam jam, dan menambahkan bahwa gencatan senjata akan berlangsung selama 12 jam dan kemudian perang akan dianggap berakhir secara resmi, dikutip dari Aljazeera, Selasa (24/6/2025).
Trump mengucapkan selamat kepada Israel dan Iran atas apa yang dia gambarkan sebagai memiliki stamina, keberanian, dan kecerdasan untuk mengakhiri perang, mencatat bahwa perang ini bisa berlangsung selama bertahun-tahun dan menghancurkan seluruh Timur Tengah.
Trump menulis: Tuhan memberkati Israel dan Iran.
Menyusul serangan Iran terhadap pangkalan udara al-Udeid Qatar pada Senin (24/6/2025) malam, Trump memuji bahwa tidak ada warga Amerika atau Qatar yang terbunuh atau terluka.
Dia menambahkan bahwa mungkin Iran dapat bergerak menuju perdamaian sekarang, dan bahwa dia dengan antusias akan mendorong Israel untuk melakukan hal yang sama.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Yang Mulia Emir Qatar atas semua upayanya untuk perdamaian di kawasan ini," cuit Trump.
Dalam rincian serangan Iran di pangkalan al-Udeid, Trump mengatakan bahwa 13 dari 15 rudal yang ditembakkan oleh Iran berhasil ditembak jatuh.
“Iran secara resmi menanggapi penghancuran fasilitas nuklirnya dengan respons yang sangat lemah, yang kami perkirakan dan dibalas dengan sangat efektif."
Iran meluncurkan rudal ke Qatar dilaporkan menargetkan pangkalan militer AS di Al Udeid. Beberapa media sepeti AFP mengonfirmasi serangan ini. Saksi mata dikutip Reuters juga mengaku mendengar ledakan di kawasan Doha.
Beberapa saat sebelumnya, Pemerintah Qatar pada Senin (23/6/2025) malam menutup sementara ruang udara mereka. Penutupan ini disebut-sebut sebagai antisipasi atas rencana serangan balasan Iran usai Amerika Serikat (AS) mengebom fasilitas nuklir mereka.
"Ini adalah bagian dari serangkaian tindakan yang diambil sebagai respons atas perkembangan terkini di kawasan," ujar Kementerian Luar Negeri Qatar dalam pernyataan resminya dikutip Kantor Berita Qatar.
"Otoritas secara cermat dan terus-menerus memonitor situasi, mengasesmen perkembangan dengan koordinasi dengan rekan kawasan dan internasional, dan akan menyediakan perkembangan informasi kepada publik lewat kanal resmi."
Amerikaa Serikat diketahui memiliki pangkalan militer di Qatar. Iran pun telah bersumpah akan membalas serangan Amerika Serikat dan kemungkinan pangkalan Al Udeid akan menjadi salah satu yang menjadi target.
Media AS, Fox News, mengutip sumber menginformasikan bahwa serangan Iran terhadap Qatar akan terjadi dalam waktu dekat. "Serangan Iran ke pangkalan militer AS di Qatar, 'segera'," demikian keterangan berita Fox News pada Senin.
Sementara itu, Korps Garda Revolusi Iran ( IRGC) mengonfirmasi serangan rudal balistik menyasar pangkalan udara AS dibAl Udeid pada Senin (23/6/2025) malam. Al Udeid adalah pangkalan militer AS paling strategis di Asia Barat.
"Sebagai respons atas agresi militer AS yang menargetkan fasilitas nuklir Iran yang damai dan pelanggaran atas hukum internasional, IRGC di bawah arahan Dewan Kemanan Nasional Tertinggi dan Pusat Komando Khatam al-Anbiya, telah melancarkan sebuah serangan rudal menghanucrkan tehadap pangakalan As Al Udeid di Qatar'l demikian keterangan resmi IRGC dikutip the Cradle.
Serangan ini di bawah kode suci "Ya Aba Abdillah al-Hussain (AS)", menandai dimulainya operasi di mana pangkalan Al-Udeid dipilih menjadi target pertama.
Sebelumnya, Trump menyatakan tak akan membalas peluncuran rudal Iran ke Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar, Senin malam waktu setempat. Dia justru mendorong Iran dan Israel berdamai selepas serangan tersebut.
Dalam cuitannya, Trump berterima kasih kepada Iran yang ia klaim telah memberitahu lebih dulu sebelum menyerang. “Mungkin Iran sekarang dapat melanjutkan Perdamaian dan Harmoni di Kawasan, dan saya akan dengan antusias mendorong Israel untuk melakukan hal yang sama," kata Trump.
Menurut Trump, tak ada korban akibat serangan tersebut. Dia berharap serangan simbolis itu meredakan kemarahan Iran. "Yang paling penting, mereka sudah mengeluarkan semuanya dari 'sistem' mereka, dan mudah-mudahan tidak akan ada lagi kebencian," kata Trump.
Serangan Iran dilakukan setelah AS secara tiba-tiba melakukan serangan ke tiga fasilitas nuklir Iran pada Ahad lalu. Serangan itu menyertai agresi Israel ke Iran yang dimulai pada 13 Juni lalu. AS dan Israel berdalih menyerang untuk menghentikan program senjata nuklir Iran. Iran berulang kali menyatakan tak sedang mengembangkan senjata nuklir.
Iran mengatakan pihaknya melancarkan serangan terhadap pasukan Amerika Serikat di Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar, setelah Teheran mengatakan akan membalas serangan AS itu. Pihak Qatar telah mengkonfirmasi bahwa total 19 rudal ditembakkan dari Iran.
Mereka menambahkan bahwa hanya satu serangan yang menghantam Pangkalan Udara Al Udeid namun tidak menimbulkan korban jiwa.
Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran secara resmi mengkonfirmasi pada Senin malam bahwa mereka melancarkan serangan rudal balasan yang menargetkan pangkalan Al Udeid, kantor berita Iran Tasnim melaporkan. Tasnim mengatakan operasi tersebut dinamakan “Pemberitaan Kemenangan”.
Aljazirah, media yang didanai pemerintah Qatar melansir, Pangkalan Udara Al Udeid adalah fasilitas mandiri yang terletak sekitar 50-60 km di luar pusat kota Doha. Pangkalan udara tersebut jauh dari pusat kota, dan penduduk sipil tidak berinteraksi dengannya atau dengan personel militer yang ditempatkan di sana. Terletak di Jalan Salwa, jalan yang menghubungkan Doha ke perbatasan dengan Arab Saudi. Gedung ini sepenuhnya mandiri, sama seperti yang dirancang ketika Qatar membangunnya pada tahun 1996.
Pejabat militer AS mengatakan bahwa Pangkalan Udara Al Udeid adalah satu-satunya pangkalan militer AS yang menjadi sasaran Iran, menurut kantor berita Reuters. Pejabat tersebut mengkonfirmasi tidak ada dampak terhadap pangkalan di luar ibu kota Qatar, Doha.
Seorang pejabat pertahanan AS menambahkan bahwa “Pangkalan Udara Al Udeid diserang oleh rudal balistik jarak pendek dan jarak menengah yang berasal dari Iran hari ini”. "Saat ini, tidak ada laporan mengenai korban di AS. Kami memantau situasi ini dengan cermat dan akan memberikan lebih banyak informasi ketika tersedia."
Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei dalam postingan X mengatakan setelah serangan itu bahwa “kami tidak melanggar hak siapa pun, dan dalam keadaan apa pun kami tidak akan menerima pelanggaran apapun terhadap kami, kami juga tidak akan menyerah pada agresi siapapun; ini adalah logika bangsa Iran.”
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan negaranya siap merespons lagi jika AS mengambil tindakan lebih lanjut, menurut pernyataan yang diposting di Telegram.
Kementerian Dalam Negeri Qatar mengatakan situasi di negara itu “sepenuhnya stabil” dan semua pihak berwenang bekerja dalam koordinasi untuk menjamin keselamatan masyarakat. Jabr al-Naimi dari Keamanan Publik Qatar mengatakan keselamatan warga negara, penduduk, dan penduduk adalah “prioritas utama”.
“Kami tidak akan membiarkan krisis atau konflik internasional atau eksternal mempengaruhi kehidupan kami di Qatar,” katanya dalam konferensi pers yang disiarkan televisi. Kementerian Luar Negeri Qatar juga mengatakan kehidupan akan kembali “normal” setelah serangan itu, dan menegaskan kembali seruannya kepada pihak-pihak yang bertikai untuk bernegosiasi.
Kementerian Luar Negeri Oman mengecam serangan terhadap Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar sebagai pelanggaran yang “tidak bisa disetujui” terhadap kedaulatan negara.
“Kesultanan Oman mengutuk eskalasi yang sedang terjadi di kawasan ini, yang disebabkan oleh Israel ketika melancarkan serangan bom tidak sah pada 13 Juni terhadap Republik Islam Iran,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Bahrain juga mengumumkan “kecaman keras” atas serangan terhadap pangkalan di Qatar, dan menekankan bahwa mereka menganggapnya “pelanggaran mencolok terhadap kedaulatan dan wilayah udara Qatar, serta hukum internasional dan Piagam PBB”.
Pernyataan itu mengatakan bahwa Bahrain menegaskan dukungannya terhadap Qatar setelah serangan Iran di wilayahnya, dan menyatakan solidaritas penuhnya terhadap negara tersebut selama “keadaan sensitif yang dihadapi kawasan tersebut”.
Beirut bergabung dengan daftar ibu kota Arab yang mengecam serangan rudal Iran di Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar.
“Saya mengutuk keras agresi yang dialami negara persaudaraan Qatar, dan saya menekankan solidaritas Lebanon dengan pemerintah dan rakyat Qatar,” kata Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam dalam sebuah pernyataan.
Youve reached the end
0 Komentar