Pertamina Proyeksi Kinerja di 2025 Melandai, Ini Penyebabnya - Bagian all


Perseroan memproyeksi pada 2025 kinerja keuangan perseroan masih menghadapi sejumlah tantangan.

Pertamina Proyeksi Kinerja di 2025 Melandai, Ini Penyebabnya (FOTO:iNews Media Group)
IDXChannel - Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini memproyeksi pada 2025 kinerja keuangan perseroan masih menghadapi sejumlah tantangan. Bahkan diperkirakan kinerja pada 2025 tidak lebih baik dari 2024.
Emma menjelaskan pada 2025 akan menghadapi sejumlah tantangan karena perburukkan seluruh parameter bisnis. Baik dari sisi minyak mentah brent (brent crude), maupun harga minyak mentah (crude price) diperkirakan melandai di 2025.
"Mungkin kalau dilihat dari seluruh parameter 2025 dari seluruh parameter di global, 2025 dibandingkan 2024 terjadi perburukkan dari seluruh parameter, baik itu brent, crude price, mobs semuanya melandai di 2025 jadi kita prediksikan bahwa akan terjadi pelandaian dibandingkan 2024," ujarnya dalam konferensi capaian kinerja Pertamina 2024 di Jakarta, Jumat (14/6/2025).
Emma melihat potensi tren pelemahan harga minyak dunia akan berlanjut di 2025. Belum lagi bisnis upstream atau hulu Pertamina juga tengah mengalami tekanan, yang turut berkontribusi pada gelapnya kinerja perseroan di 2025.
"Namun, kita lihat bahwa ini terhindarkan dari sisi ICP (Indonesian crude price), kalau kita lihat dari posisi year to date saja sekarang di level sudah di USD70 dan saat ini Mei itu levelnya sudah di USD62," lanjutnya.
Emma menambahkan pelemahan harga minyak tersebut akan menyeret dampak terhadap kinerja investasi di sisi hulu migas atau upstream jika tidak disikapi dengan regulasi yang baik. Terutama dalam menyikapi volatilitas dari harga minyak mentah sehingga tidak menghambat produksi dan lifting.
"Ini yang harus kita mitigasi betul, jadi kalau kita lihat ini di samping investasi akan menjadi terhambat kalau tidak disikapi dengan regulasi yang harus ada breakthrough secara fundamental. Kita akan koordinasikan betul dengan pemerintah, bagaimana penyikapan dari volatility crude price ini sehingga tidak menghambat dari sisi produksi dan lifting," kata Emma.
"Ke depan kita akan sikapi betul bagaimana reform regulatory framework dari sisi upstream dan oil and gas, sektor ini yang harus kita sikapi betul untuk tidak menghambat percepatan dan target pemerintah 1 juta barrel di 2028 ini ke depan," kata dia.
Jika menilik laporan keuangan Pertamina, laba bersih perseroan pada 2024 merosot sekitar 29 persen jika dibandingkan dengan 2023. Pada 2023 laba bersih perseroan USD4,44 miliar atau setara Rp72,34 triliun, sedangkan pada 2024 turun menjadi USD3,13 miliar atau setara Rp49,54 triliun.
Sedangkan jika melihat kontribusi penerimaan negara, PT Pertamina memang mengalami peningkatan sekitar 11 persen pada 2024 jika dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2023 perseroan menyumbang Rp360,8 triliun ke kas negara, sedang di 2024 naik menjadi Rp401,8 triliun.
Akan tetapi peningkatan setoran ke kas negara pada 2024 ini didominasi oleh naiknya setoran dari sisi pajak. Sedangkan setoran dividen, atau PNBP justru mengalami penurunan.
Setoran pajak 2023 Pertamina Rp224,5 triliun, 2024 naik menjadi Rp275,7 triliun. Sedangkan dari sisi dividen, pada 2023 Pertamina menyumbang Rp14 triliun, tahun 2024 turun menjadi Rp9,4 triliun. Adapun setoran PNBP perseroan tahun 2023 Rp122,2 triliun, tahun 2024 turun menjadi Rp116,7 triliun.
"Memang kalau kita lihat year on year 2025 dan 2024 memang sudah terjadi perburukan, nah namun demikian kita coba mitigasi dan strategize ini yang kita akan coba di second half," kata Emma.
(kunth fahmar sandy)
0 Komentar