Demo di Kawasan Gladak Solo Ricuh, Patung Ikonik Pahlawan Nasional Slamet Riyadi Ditulisi 'ACAB' - Halaman all - Tribunsolo
Demo di Kawasan Gladak Solo Ricuh, Patung Ikonik Pahlawan Nasional Slamet Riyadi Ditulisi 'ACAB' - Halaman all - Tribunsolo
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Anang Ma'ruf
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Sejumlah fasilitas di kawasan Bundaran Gladak, Kota Solo, Jawa Tengah, pada Jumat (29/8/2025) malam, mengalami kerusakan, termasuk Patung Slamet Riyadi.
Pantauan TribunSolo.com, Patung Slamet Riyadi yang menjadi salah satu ikon Kota Solo itu ditulisi ACAB menggunakan cat semprot warna hitam.
ACAB adalah singkatan dari All Cops Are Bastards atau All Coppers Are Bas*ards.
Baca juga: Aparat Paksa Mundur Massa dengan Gas Air Mata, Fasilitas Umum di Kawasan Gladak Solo Rusak Parah
Dalam bahasa Indonesia, All Cops Are Bastards yang menyiratkan tenteng keburukan semua polisi.
Melansir dictionary.com, cop dan copper adalah istilah slang untuk petugas polisi yang muncul di Amerika pada abad ke-19.
Sementara Istilah "bas*ards"" telah lama digunakan sebagai bentuk penghinaan kasar bagi "orang yang tercela".
Diketahui secara persis, siapa yang pertama kali mencetuskan frasa All Cops Are Bastards atau ABCA.
Namun, frasa ini diyakini ditemukan sejak tahun 1970-an.
Baca juga: Demo di Solo Ricuh hingga Malam, Massa Terdorong Gas Air Mata di Bundaran Gladak
Selain Patung Slamet Riyadi, beberapa fasilitas tampak hancur dan tidak berfungsi.
Halte bus di sisi utara Bundaran Gladak mengalami kerusakan pada kaca dan bangku tempat duduk.
Selain itu, sejumlah rambu lalu lintas tampak roboh akibat terdorong massa yang berlarian.
Kerusakan juga terjadi pada pembatas jalan (barrier) rusak, dan berserakan di badan jalan.
Sekitar pukul 19.30 WIB, aparat kepolisian melakukan upaya pembubaran paksa setelah massa tidak kunjung membubarkan diri.
Baca juga: Demo di Mako Brimob Solo Ricuh, Pedagang Makanan Ngaku Merugi : Pelanggan Lari, Belum Sempat Bayar
Polisi melepaskan tembakan gas air mata untuk mendorong mundur kerumunan.
Seketika, suasana menjadi ricuh.
Para demonstran panik dan lari berhamburan ke berbagai arah. Ada yang berlarian ke timur menuju Jalan Urip Sumoharjo, sebagian lain menyebar ke arah selatan Jalan Slamet Riyadi, ke barat Jalan Jenderal Sudirman, hingga ke utara kawasan Pasar Klewer.
Beberapa pedagang terkena imbas kepulan gas air mata dan berusaha menyelamatkan diri.
Sejumlah ruas jalan utama di sekitar Bundaran Gladak tampak dipenuhi massa yang tercerai-berai.
Baca juga: Sejumlah Peserta Aksi Solidaritas Ojol Kena Lontaran Peluru Gas Air Mata, Kapolresta Solo Minta Maaf
Hingga berita ini diturunkan, kepolisian masih melakukan pengamanan ketat di sekitar titik konsentrasi massa.
Petugas terlihat menutup beberapa akses jalan untuk mencegah demonstran kembali masuk ke kawasan Gladak.
Situasi terkini menunjukkan massa masih menyebar di beberapa titik dengan kondisi lalu lintas terganggu.
Belum ada laporan resmi terkait jumlah korban luka maupun kerugian akibat kericuhan tersebut.
Baca juga: Demo di Solo Ricuh hingga Malam, Massa Terdorong Gas Air Mata di Bundaran Gladak
Sekilas Sejarah Patung Slamet Riyadi
Patung Slamet Riyadi dibangun sebagai pengingat akan jasa besar Brigadir Jenderal Anumerta Slamet Riyadi, salah satu pahlawan nasional Indonesia.
Patung Slamet Riyadi diresmikan pada 12 November 2007, setelah melalui proses pembangunan yang dimulai pada 18 Desember 2006.
Pembangunannya merupakan inisiatif dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai bagian dari program pembinaan tradisi dan sejarah.
Peletakan batu pertama dilakukan oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Djoko Santoso.
Slamet Riyadi dikenal sebagai tokoh militer yang berperan penting dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, khususnya di wilayah Solo dan sekitarnya.
Ia terlibat aktif dalam pertempuran melawan pasukan Belanda dalam agresi militer, serta dalam menjaga stabilitas di masa-masa awal kemerdekaan.
Salah satu tujuan pembangunan patung ini adalah untuk menghapus jejak-jejak kolonial Belanda di kota Solo, dan menggantinya dengan simbol perjuangan bangsa sendiri.
Lambat laun, Patung Slamet Riyadi menjadi landmark kota Solo yang dikenal luas karena letaknya yang strategis di pusat kota.
Pemicu Unjuk Rasa di Solo
Sebelumnya, ribuan pengemudi ojek online (ojol) di Kota Solo menggelar aksi solidaritas atas meninggalnya rekan mereka, Affan Kurniawan, yang tewas setelah dilindas mobil rantis milik Brimob pada Kamis (28/8/2025) di Jakarta.
Aksi dimulai pukul 13.00 WIB, saat para driver ojol berkumpul di Plaza Stadion Manahan Solo.
Affan Kurniawan adalah seorang pengemudi ojek online (ojol) berusia 21 tahun yang meninggal dunia pada Kamis malam, 28 Agustus 2025, setelah dilindas kendaraan taktis (rantis) milik Brimob di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat.
Saat itu, Affan sedang mengantar pesanan makanan dan tidak terlibat dalam aksi demonstrasi yang berlangsung di sekitar Gedung DPR RI.
Ketika kericuhan terjadi dan aparat mulai membubarkan massa, sebuah kendaraan barracuda melaju cepat di tengah kerumunan dan menabrak dua pengemudi ojol, Affan dan Moh Umar Amarudin.
Affan tewas di tempat, sementara Umar mengalami luka serius.
(*)