Putin: 'Babi-babi Eropa Ingin Pesta atas Runtuhnya Rusia, tapi...' - SindoNews
3 min read
Putin: 'Babi-babi Eropa Ingin Pesta atas Runtuhnya Rusia, tapi...'
Kamis, 18 Desember 2025 - 07:12 WIB
Presiden Vladimir Putin menyatakan para pemimpin Eropa, yang dia sebut babi, ingin berpesta atas runtuhnya Rusia. Namun, dia tegaskan 92 persen senjata nuklir Rusia sudah dimodernisasi. Foto/Kremlin.ru
A
A
A
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin mencela para pemimpin Eropa, menyebut sekutu-sekutu Ukraina tersebut sebagai “babi” yang ingin berpesta atas keruntuhan Rusia. Dia kembali menyalahkan Barat atas perang Moskow-Kyiv dan mengancam akan terus melancarkan invasi skala penuhnya.
Putin mengatakan Moskow akan berusaha untuk memperluas keuntungannya di Ukraina jika Kyiv dan sekutu Barat-nya menolak tuntutan Kremlin dalam perundingan damai.
Berbicara pada pertemuan tahunan dengan para perwira militer Rusia tingkat atas, Putin menolak kemungkinan Kremlin menerima rencana perdamaian yang telah diubah yang dipimpin Amerika Serikat untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina.
Baca Juga: Putin Nyatakan Rusia Siap Perang Lawan Eropa, NATO: Kami Juga Siap!
Dia mengatakan bahwa Moskow lebih memilih untuk mencapai tujuannya dan menghilangkan akar penyebabnya melalui cara diplomatik. "Tetapi jika pihak lawan dan para pendukung asingnya menolak untuk terlibat dalam dialog substantif, Rusia akan mencapai pembebasan tanah bersejarahnya melalui cara militer," katanya pada hari Rabu.
Menurut Moskow, akar penyebabnya termasuk aspirasi Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa dan NATO, serta dugaan pelanggaran komitmen NATO untuk tidak melakukan ekspansi ke timur, dugaan diskriminasi Kyiv terhadap etnis Rusia, dan apa yang disebut Putin sebagai "denazifikasi” Ukraina.
Putin dan pejabat Rusia lainnya telah menggunakan argumen ini untuk membenarkan invasi skala penuh ke Ukraina pada Februari 2022.
Dengan Putin yang masih bersikeras mencapai tujuan-tujuan ini, Kremlin kemungkinan akan melanjutkan perangnya melawan Ukraina.
Sementara itu, Putin sekali lagi menyalahkan Barat atas perang Moskow melawan Ukraina, dengan mengatakan bahwa Barat-lah yang memulai perang tersebut.
Presiden Rusia itu secara khusus menyalahkan pemerintahan AS sebelumnya di bawah Presiden Joe Biden karena memulai perang habis-habisan Rusia, menambahkan bahwa sekutu Washington di Eropa bergabung dengan tindakan pemerintahan AS saat itu dalam apa yang digambarkan Putin sebagai upaya untuk mendapatkan keuntungan dari kemungkinan runtuhnya Rusia.
"Babi-babi Eropa ingin berpesta atas runtuhnya Rusia," katanya, menggunakan istilah yang tidak umum "podsvinki", sebuah kata yang sebelumnya digunakan oleh mantan Presiden Dmitry Medvedev sebagai hinaan terhadap demokrasi Barat.
"Segera setelah runtuhnya Uni Soviet, tampaknya bagi kami bahwa kami akan segera menjadi anggota dari apa yang disebut keluarga beradab bangsa-bangsa Eropa. Hari ini ternyata tidak ada peradaban di sana, hanya degradasi total," paparnya.
Dia kemudian mengecam Eropa, mengatakan bahwa meskipun dia berharap Eropa akan kembali berdialog dengan Moskow, skenario ini tidak mungkin terjadi dengan elite Eropa saat ini.
Putin mengatakan ini merujuk pada kemungkinan kecil para pemimpin Eropa memulihkan dialog dengan Rusia dengan syarat-syarat Moskow dan berpihak pada tuntutan Rusia.
"Tidak mungkin hal ini terjadi dengan elit politik saat ini. Tetapi bagaimanapun, itu akan menjadi tak terhindarkan karena kita terus memperkuat posisi kita. Jika tidak dengan politisi saat ini, maka ketika elite politik di Eropa berubah," paparnya.
Berbicara kepada para perwira militer tertinggi Rusia, Putin juga memuji militer Rusia dan secara khusus mencatat modernisasi persenjataan nuklirnya, mengeklaim tidak ada negara lain yang dapat menyainginya.
“Sembilan puluh dua persen dari kekuatan nuklir kami telah dimodernisasi. Tidak ada negara lain, tidak ada kekuatan nuklir lain di dunia yang memiliki ini,” katanya.
“Kami sedang mengembangkan senjata baru dan sarana penghancuran baru. Tidak ada negara lain di dunia yang memilikinya, dan itu tidak akan muncul dalam waktu dekat," paparnya, seperti dikutip dari euronews, Kamis (18/12/2025).
Putin secara khusus berbicara tentang rudal balistik jarak menengah Oreshnik berkemampuan nuklir baru Rusia yang menurutnya akan secara resmi memasuki tugas tempur bulan ini.
Rusia pertama kali menguji versi Oreshnik yang dipersenjatai secara konvensional untuk menyerang pabrik Ukraina di Dnipro pada November 2024, dan Putin telah membanggakan bahwa rudal tersebut tidak mungkin dicegat.
Putin memuji perang habis-habisan Moskow terhadap Ukraina, mengatakan berkat invasi skala penuh, "Rusia telah mendapatkan kembali kedaulatan penuhnya dan menjadi negara berdaulat dalam setiap arti kata.”
“Kita telah mendapatkan kembali status ini,” kata Putin. Rusia telah menjadi negara berdaulat sejak mendeklarasikannya pada Juni 1990, menjelang pembubaran Uni Soviet pada Desember 1991.
Putin mengatakan Moskow akan berusaha untuk memperluas keuntungannya di Ukraina jika Kyiv dan sekutu Barat-nya menolak tuntutan Kremlin dalam perundingan damai.
Berbicara pada pertemuan tahunan dengan para perwira militer Rusia tingkat atas, Putin menolak kemungkinan Kremlin menerima rencana perdamaian yang telah diubah yang dipimpin Amerika Serikat untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina.
Baca Juga: Putin Nyatakan Rusia Siap Perang Lawan Eropa, NATO: Kami Juga Siap!
Dia mengatakan bahwa Moskow lebih memilih untuk mencapai tujuannya dan menghilangkan akar penyebabnya melalui cara diplomatik. "Tetapi jika pihak lawan dan para pendukung asingnya menolak untuk terlibat dalam dialog substantif, Rusia akan mencapai pembebasan tanah bersejarahnya melalui cara militer," katanya pada hari Rabu.
Menurut Moskow, akar penyebabnya termasuk aspirasi Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa dan NATO, serta dugaan pelanggaran komitmen NATO untuk tidak melakukan ekspansi ke timur, dugaan diskriminasi Kyiv terhadap etnis Rusia, dan apa yang disebut Putin sebagai "denazifikasi” Ukraina.
Putin dan pejabat Rusia lainnya telah menggunakan argumen ini untuk membenarkan invasi skala penuh ke Ukraina pada Februari 2022.
Dengan Putin yang masih bersikeras mencapai tujuan-tujuan ini, Kremlin kemungkinan akan melanjutkan perangnya melawan Ukraina.
Sementara itu, Putin sekali lagi menyalahkan Barat atas perang Moskow melawan Ukraina, dengan mengatakan bahwa Barat-lah yang memulai perang tersebut.
Presiden Rusia itu secara khusus menyalahkan pemerintahan AS sebelumnya di bawah Presiden Joe Biden karena memulai perang habis-habisan Rusia, menambahkan bahwa sekutu Washington di Eropa bergabung dengan tindakan pemerintahan AS saat itu dalam apa yang digambarkan Putin sebagai upaya untuk mendapatkan keuntungan dari kemungkinan runtuhnya Rusia.
"Babi-babi Eropa ingin berpesta atas runtuhnya Rusia," katanya, menggunakan istilah yang tidak umum "podsvinki", sebuah kata yang sebelumnya digunakan oleh mantan Presiden Dmitry Medvedev sebagai hinaan terhadap demokrasi Barat.
"Segera setelah runtuhnya Uni Soviet, tampaknya bagi kami bahwa kami akan segera menjadi anggota dari apa yang disebut keluarga beradab bangsa-bangsa Eropa. Hari ini ternyata tidak ada peradaban di sana, hanya degradasi total," paparnya.
Dia kemudian mengecam Eropa, mengatakan bahwa meskipun dia berharap Eropa akan kembali berdialog dengan Moskow, skenario ini tidak mungkin terjadi dengan elite Eropa saat ini.
Putin mengatakan ini merujuk pada kemungkinan kecil para pemimpin Eropa memulihkan dialog dengan Rusia dengan syarat-syarat Moskow dan berpihak pada tuntutan Rusia.
"Tidak mungkin hal ini terjadi dengan elit politik saat ini. Tetapi bagaimanapun, itu akan menjadi tak terhindarkan karena kita terus memperkuat posisi kita. Jika tidak dengan politisi saat ini, maka ketika elite politik di Eropa berubah," paparnya.
Berbicara kepada para perwira militer tertinggi Rusia, Putin juga memuji militer Rusia dan secara khusus mencatat modernisasi persenjataan nuklirnya, mengeklaim tidak ada negara lain yang dapat menyainginya.
“Sembilan puluh dua persen dari kekuatan nuklir kami telah dimodernisasi. Tidak ada negara lain, tidak ada kekuatan nuklir lain di dunia yang memiliki ini,” katanya.
“Kami sedang mengembangkan senjata baru dan sarana penghancuran baru. Tidak ada negara lain di dunia yang memilikinya, dan itu tidak akan muncul dalam waktu dekat," paparnya, seperti dikutip dari euronews, Kamis (18/12/2025).
Putin secara khusus berbicara tentang rudal balistik jarak menengah Oreshnik berkemampuan nuklir baru Rusia yang menurutnya akan secara resmi memasuki tugas tempur bulan ini.
Rusia pertama kali menguji versi Oreshnik yang dipersenjatai secara konvensional untuk menyerang pabrik Ukraina di Dnipro pada November 2024, dan Putin telah membanggakan bahwa rudal tersebut tidak mungkin dicegat.
Putin memuji perang habis-habisan Moskow terhadap Ukraina, mengatakan berkat invasi skala penuh, "Rusia telah mendapatkan kembali kedaulatan penuhnya dan menjadi negara berdaulat dalam setiap arti kata.”
“Kita telah mendapatkan kembali status ini,” kata Putin. Rusia telah menjadi negara berdaulat sejak mendeklarasikannya pada Juni 1990, menjelang pembubaran Uni Soviet pada Desember 1991.
(mas)