Skip to main content
728

Balik Badan Khianati China & NKRI, Negara Tetangga Tak Lagi Bela Indonesia Lawan AUKUS Bak Jilat Ludah Sendiri - Zona Jakarta

 

Balik Badan Khianati China & NKRI, Negara Tetangga Tak Lagi Bela Indonesia Lawan AUKUS Bak Jilat Ludah Sendiri

By Zulaika Rizkia
zonajakarta.pikiran-rakyat.com
6 min
Jilat Ludah Sendiri, Dulu Ikut Indonesia & Malaysia Lawan AUKUS, Negara Tetangga Kini Khianati China dan NKRI /Westmincom via Philstar.com
Jilat Ludah Sendiri, Dulu Ikut Indonesia & Malaysia Lawan AUKUS, Negara Tetangga Kini Khianati China dan NKRI /Westmincom via Philstar.com

Zonajakarta.com- Seperti kita tau, pada 15 September 2021 lalu, AS, Australia, dan Inggris mengumumkan pembentukan AUKUS, pakta keamanan baru di mana Canberra akan membangun setidaknya delapan kapal selam bertenaga nuklir dengan bantuan teknologi Amerika yang meresahkan sejumlah negara termasuk China dan Indonesia.

Dikutip Zonajakarta.com dari Antara, untuk pertama kalinya pemimpin lima negara dari China, Prancis, Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat mengeluarkan kesepakatan bersama untuk mencegah perang nuklir dan menghindari perlombaan nuklir.

China juga mendorong Indonesia agar terus menyuarakan kekhawatirannya atas rencana pengembangan kapal selam nuklir Australia lewat AUKUS.

"Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN harus menyuarakan (kekhawatiran) itu," kata Direktur Jenderal Departemen Pengendalian Senjata, Kementerian Luar Negeri China (MFA), Fu Cong, kepada ANTARA di Beijing, Selasa.

Sebelumnya, Indonesia merasa keberatan dengan AUKUS bentukan InggrisAustralia dan Amerika Serikat.

Dilansir Zonajakarta.com dari Deutsche Welle, Kementerian Luar Negeri RI juga telah mengeluarkan pernyataan resmi mengenai rencana pengadaan kapal selam bertenaga nuklir Australia. Dalam 5 poin pernyataan yang diterbitkan di laman resmi kemlu.go.id, Jumat (17/09/2021) itu, Indonesia mengaku prihatin atas terus berlanjutnya perlombaan senjata dan proyeksi kekuataan militer di Kawasan.

"Indonesia mencermati dengan penuh kehati-hatian tentang keputusan Pemerintah Australia untuk memiliki kapal selam bertenaga nuklir,” demikian bunyi poin pertama pernyataan tersebut.

Selain menekankan pentingnya komitmen Australia untuk terus memenuhi kewajibannya mengenai non-proliferasi nuklirIndonesia juga mendorong Australia untuk terus memenuhi kewajibannya untuk menjaga perdamaian, stabilitas, dan keamanan di Kawasan sesuai dengan Treaty of Amity and Cooperation.

Terakhir, Indonesia mendorong Australia dan pihak-pihak terkait lainnya untuk terus mengedepankan dialog dalam menyelesaikan perbedaan secara damai.

Indonesia menekankan pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional termasuk UNCLOS 1982 dalam menjaga perdamaian dan keamanan di Kawasan.

Tapi keberatan Indonesia masih dianggap bersahabat oleh Australia namun tidak dengan pernyataan China.

Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton bahkan menyebut keberatan China itu sebagai hal memalukan.

"Saya pikir propaganda yang kami lihat dari sejumlah juru bicara atau media yang berbicara atas nama Partai Komunis China

"Saya pikir komentar mereka kontraproduktif dan tidak dewasa dan terus terang memalukan," tambah Dutton.

Memanasnya tensi ini membuat Malaysia berpikir kritis.

Apabila AUKUS diserang China maka otomatis Malaysia akan ikut berperang di pihak AS.

Bagi Malaysia pembentukan AUKUS harus diperhatikan lebih jauh lagi dampaknya bagi Kuala Lumpur.

"Kita perlu mendapatkan pandangan dari pimpinan China, khususnya pertahanan China, tentang apa yang diumumkan oleh ketiga negara tersebut dan apa tindakan mereka (China) terhadap kemitraan AUKUS," kata Menteri Pertahanan Malaysia Hishammuddin Hussein seperti dikutip dari Bloomberg, Sabtu 25 September 2021.

Hishammuddin malah meminta Malaysia meminta pendapat China mengenai pembentukan AUKUS, sebuah sikap yang dicap penakut oleh Barat tentunya.

Ia secara pribadi menyarankan agar Malaysia segera mengadakan kunjungan bilateral ke China mengenai pembentukan AUKUS.

"Kita perlu mendapatkan pandangan dari pimpinan China, khususnya pertahanan China, tentang apa yang diumumkan oleh ketiga negara tersebut dan apa tindakan mereka (China) terhadap kemitraan AUKUS," kata Hishammuddin.

Lantas kenapa Malaysia sangat khawatir dengan pembentukan AUKUS?

Alasannya klasik, Malaysia terikat dengan Five Power Defense Arrangement (FPDA) sejak 1971.

Anggota pakta ini Malaysia, Singapura, Australia, Selandia Baru, dan Inggris yakni mempunyai kewajiban membantu mempertahankan diri dari serangan musuh.

Jadi bila Inggris dan Australia diserang China, maka wajib bagi Malaysia siap tidak siap harus membantu keduanya berperang.

Tapi Malaysia takut karena bila berperang dengan China wilayah negaranya yang akan disasar rudal-rudal Beijing terlebih dahulu jarak geografis.

Maka dari itu Malaysia harus menyikapi berbeda pembentukan AUKUS.

"Apa yang telah kita bangun sejak 50 tahun lalu dari FPDA dapat digunakan sebagai leverage untuk menyeimbangkan kekuatan besar," kata Hishammuddin.

Apa yang dikhawatirkan Malaysia memang berdasar karena menyelesaikan masalah tanpa pertempuran bersenjata melawan China menjadi fokus pemerintahan Kuala Lumpur.

Sikap IndonesiaMalaysia dan China terhadap AUKUS sempat mendapat dukungan Filipina.

Namun, bak menjilat ludah sendiri, Filipina kini merubah pernyataannya soal AUKUS dan mengkhianati IndonesiaMalaysia serta China yang menentang pakta tersebut..

Hal ini seperti dikutip Zonajakarta.com dari artikel terbitan East Asia Forum pada 2 Juni 2022 lalu, dimana Filipina disebut sebagai negara ASEAN pertama yang mendukung AUKUS.

"Filipina adalah yang pertama dari ASEAN yang mengumumkan dukungan untuk AUKUS — pakta kapal selam bertenaga nuklir tripartit antara AustraliaInggris dan Amerika Serikat yang bertujuan untuk melawan China di Indo-Pasifik," tulis East Asia Forum dalam artikelnya.

"Tak lama setelah pengumuman AUKUS pada September 2021, Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr mengatakan peningkatan kapasitas militer Australia sangat penting untuk mencapai dan menjaga keseimbangan geostrategis di kawasan. Sekretaris Pertahanan Nasional Filipina Delfin Lorenzana juga menanggapi dengan sikap yang ramah , meskipun tidak terlalu bersemangat.

Namun kurang lebih seminggu kemudian, Presiden Rodrigo Duterte mengatakan dia khawatir kemitraan pertahanan dapat memicu perlombaan senjata nuklir regional, menggemakan kekhawatiran Malaysia dan Indonesia," lanjut East Asia Forum.

Tak cuma Menteri Luar Negerinya, Presiden Filipina sebelumnya, Duterte juga terbilang mencla mencle dengan statmentnya.

"Pada pertengahan Oktober, Locsin muncul di sebuah acara online yang diselenggarakan oleh Lowy Institute dan menegaskan kembali antusiasmenya terhadap AUKUS tanpa menyebutkan kekhawatiran Duterte. Pada bulan yang sama, Duterte terdengar secara pribadi mengakui AUKUS di depan umum untuk pertama kalinya. Presiden yang akan keluar berbicara sedikit, memohon kekuatan regional untuk menahan diri dan menyatakan bahwa AUKUS 'harus melengkapi dan tidak memperumit' metode kerja sama ASEAN," tulis East Asia Forum.

Sikap negara tetangga Indonesia ini sontak bikin dahi berkerut lantaran sering berubah-rubah.***ZJ


Posting Komentar

0 Komentar

728