11 WNI Ditahan di Kamboja, Anak-Istri di Pamulang Menanti Ayah Pulang
Steven dan 10 Warga Negara Indonesia (WNI) korban penipuan perekrutan tenaga kerja masih tertahan di balik terali besi Imigrasi di Ibu Kota Kamboja, Phnom Penh. Di Pamulang, Tangerang Selatan, dua anak Steven menunggu ayahnya pulang.
Rahma, istri Steven, harus berjuang menutup kebutuhan hidup dua bulan belakangan ini saat tak ada lagi kiriman uang dari Steven. Padahal, kebutuhan keluarga harus terus dicukupi.
"Harapan saya, suami saya cepat pulang. Saya bingung juga ini, tidak ada pemasukan," kata Rahma kepada detikcom, Senin (24/7/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua anak Steven dan Rahma masing-masing berusia 4 tahun dan 5 tahun, masa-masa usia anak yang sangat membutuhkan dukungan orang tuanya. Untuk mencukupi kebutuhan, Rahma memutar otak.
"Kemarin saya habis jual sepeda motor. Sampai sekarang, sisa-sisa jual sepeda motor saja yang saya gunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari," kata Rahma.
Dia bertempat tinggal di rumah kontrakan. Dia berusaha mendapatkan tambahan uang dari bekerja sebagai pramuniaga di acara-acara lepas yang dapat dia jajaki. Bila dia sedang bekerja, kedua anaknya dia titipkan sementara kepada orang tuanya.
Bila dihitung sejak penjemputan pertama dari tempat kerja mereka sebagai online scammer di Mocbai Bavet, 29 Juni, dari perbatasan Kamboja dengan Vietnam, maka sekarang sudah hari ke-46 sebelas WNI tersebut menjalani proses kepulangan ke Indonesia.
11 WNI ini dulunya direkrut agen tenaga kerja dari Indonesia. Mereka dijanjikan untuk bekerja sebagai tenaga call center. Mereka dibawa sampai ke Kamboja dan ternyata janji bekerja di call center hanya bohong. 11 WNI itu dipekerjakan sebagai penipu daring alias online scammer. Mereka dipaksa menipu sesama orang Indonesia.
Di dalam sel Imigrasi Phnom Penh, Steven dan 10 WNI lainnya tetap bisa berkomunikasi dengan keluarga di rumah via ponsel. Makanan sehari-hari juga didapat oleh para WNI. Namun yang mereka keluhkan, mereka tidak bisa memberi nafkah kepada keluarga di rumah. Mereka sedih merenungi nasib ini dan minta negara segera 'sat-set' mempercepat kepulangan mereka, entah deportasi atau dipulangkan lewat jalur legal lain.
"Kami juga sudah mulai hopeless (kehilangan harapan)," kata Steven kepada detikcom, 14 Juli lalu.
Steven dan 10 WNI lainnya menyatakan mereka bukan penjahat. Mereka merasa ditipu dan menjadi korban perdagangan orang. Pekerjaan mereka sebagai scammer bukanlah pekerjaan yang mereka tuju, dan mereka berusaha keluar dari pekerjaan itu. Kini setelah mereka berhasil keluar dari pekerjaan itu, mereka malah tertahan di sel Imigrasi Kamboja terlalu lama.
(dnu/dnu)
Komentar
Posting Komentar