Kerajinan dari Drum Bekas di Yogyakarta Tembus Pasar Ekspor
Bantul, Beritasatu.com - Di tengah maraknya furnitur modern dengan bahan olahan kayu dan plastik, pria asal Daerah Istimewa Yogyakarta berhasil menciptakan produk furnitur dan kerajinan dari barang bekas atau recycle. Produk-produk tersebut bahkan sudah dipasarkan ke luar negeri.
Dengan memanfaatkan drum bekas, T Vintage and Recycled Iron menghasilkan berbagai macam produk bernilai tambah tinggi. Ide ini dimulai sejak 2013 dengan membuka bengkel produksi di Jalan Imogiri Timur, Yogyakarta.
"Ide pembuatan furnitur dari barang bekas bermula saat mengunjungi pasar loak di Jawa Timur. Di sana saya melihat ada orang memotong drum, akhirnya tahu kalau drum bisa di-recycle. Dari situ kita mencoba membuat produk pertama mirror dan menjadi salah satu best seller hingga saat ini," ungkap pemilik T Vintage and Recycled Iron, James Silalahi kepada Beritasatu.com, Senin (21/8/2023).
Tidak sekadar memelihara lingkungan, menurut James produk olahan drum ini juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi, serta membuka lapangan usaha bagi masyarakat sekitar.
Untuk bahan baku barang bekas, T Vintage and Recycled Iron awalnya hanya mengandalkan dari pengumpul rongsok dan bengkel otomotif, tetapi saat ini telah dibentuk tim untuk mencari bahan baku di beberapa daerah di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Pasalnya, permintaan untuk furnitur dan kerajinan dari barang bekas sudah semakin meningkat.
Saat ini 95% produk yang dihasilkan T Vintage and Recycled Iron dipasarkan ke luar negeri. Sisanya, sekitar 5% dipasarkan di dalam negeri. Pasalnya, memasarkan produk hasil olahan barang bekas di dalam negeri memiliki tantangan tersendiri, sehingga perlu diubah dari sisi marketing agar masyarakat Indonesia bisa lebih mencintai produk recycle.
Dalam sebulan, T Vintage and Recycled Iron rata-rata menghasilkan 300 furnitur dan kerajinan. Produk ini kebanyakan diekspor ke negara-negara di kawasan Eropa dan Asia.
"Pemasaran melalui pameran-pameran. Pasar terbesar di Perancis, Belgia, Italia, Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan," kata James.
Komentar
Posting Komentar