"Kiamat" Beras India Bawa Malapetaka, Malaysia-Filipina Kena - CNBC Indonesia

 

"Kiamat" Beras India Bawa Malapetaka, Malaysia-Filipina Kena

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
News
Rabu, 02/08/2023 15:10 WIB
Foto: Ilustrasi bendera Malaysia dan Singapura

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan India untuk melarang ekspor beras non basmati ke luar negeri dipastikan akan berdampak ke jutaan manusia. Konsumen Asia dan Afrika bakal menjadi yang sangat rentan.

Namun, beberapa negara tetangga Indonesia diramalkan terkena dampak yang paling signifikan dari kebijakan itu. Salah satunya Negeri Jiran, Malaysia.

Pilihan Redaksi

"Malaysia tampaknya menjadi yang paling rentan menurut analisis kami," sebut laporan Barclays yang dikutip CNBC International, Rabu (2/8/2023).

"Negara ini mengimpor sebagian besar pasokan berasnya, dan India menyumbang bagian yang relatif besar dari impor berasnya," tulis para analis.

Mengutip data Observatory for Economic Complexity (OEC), impor beras Malaysia mencapai US$ 207 juta pada tahun 2021. Ini sekitar Rp 3,1 triliun

Singapura juga akan menjadi salah satu negara yang paling terdampak. Di mana laporan menunjukkan bahwa India menghasilkan sekitar 30% dari impor beras negara kota tersebut.

Namun, pemerintah Singapura menyebut telah menghubungi otoritas India untuk meminta pengecualian atas larangan ekspor beras non basmati. Pencarian sumber lain juga dilakukan untuk menghindari kekurangan pasokan dan kenaikan harga domestik.

"Singapura berhubungan dekat dengan otoritas India untuk mencari pengecualian dari larangan tersebut," kata Badan Pangan Singapura (SFA).

Sementara itu, tetangga RI berikutnya yang dikhawatirkan mengalami dampak kuat adalah Filipina. Barclays menunjukkan bahwa Negeri Tagalog akan menjadi yang paling rentan terhadap kenaikan harga beras global mengingat bobot beras tertinggi dalam keranjang Index Harga Konsumen (IHK) negara tersebut.

Saat ini saja, Manila sedang berupaya untuk mencari pasokan beras baru. Pasalnya, fenomena iklim El Nino diramalkan akan merusak panen hasil pertanian, mengancam stok pangan negara itu.

Filipina, salah satu importir beras terbesar di dunia, biasanya membeli beras pokok terutama dari tetangganya Vietnam. Tetapi Presiden Filipina Ferdinand Marcos mengatakan pasokan dari Vietnam mungkin terbatas karena pembeli lain yang berbondong-bondong masuk.

"Saya sedang memikirkan pasokan beras nasional. Semua bersiap menghadapi El Nino, seluruh Asia Tenggara," ujarnya seperti dimuat -

India adalah pengekspor beras terbesar di dunia. Selain India, Thailand dan Vietnam juga manjado eksportir terbesar kedua dan ketiga.

Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya India melarang ekspor beras non-basmati. Pada Oktober 2007, India juga memberlakukan larangan ekspor non-basmati meski mencabut larangan pada April 2008

Kebijakan itu mengirimkan harga naik hampir 30% ke rekor tertinggi US$22,43 per berat seratus (cwt). Tetapi dampaknya kali ini, diyakini, bisa lebih luas dari sebelumnya.

"Harga naik tiga kali lipat dalam kurun waktu enam bulan," menurut sebuah perusahaan riset pertanian, International Potato Center (CIP).

Sebelumnya India melarang ekspor beras non-basmati sejak 20 Juli. Kenaikan harga di dalam negeri dan pasokan menjadi penyebab.

Harga pangan naik di Asia Selatan dan mendorong inflasi India ke posisi 4,8% di Juni. Target pemerintah sendiri di rentang 2 sampai 6%.

Baca Juga

Komentar